14 - (S2) Widower's Passion (21+)

30.2K 323 33
                                    

WIDOWER'S PASSION
─ Gairah Duda ─

***

"Say hai sama Mommy,"

Aldrich menepuk-nepuk tumpukan tanah di atas makam mendiang Ibunya, Aiona yang berdiri ikut menjatuhkan diri dalam posisi tengkurap ke atas makam mendiang Mia. Aleya terkekeh, melihat betapa polosnya kedua bocah yang kehilangan figur Ibu kandung dari kecil.

"Mommy, Abang datang sama Adek dan Muma. Adek say hai sama Mommy,"

"Hai, my!"

Aleya mengusap penuh sayang kepala Aiona, bocah perempuan yang dia rawat dari masih merah. Karena Aiona juga, Aleya di paksa mengerti tentang bayi dan paham cara mengurus bayi. "Ai kangen sama Mommy?"

"Ndak!"

Kening Aleya berkerut, "Kok enggak? Kenapa, sayang?"

"Tan da Ma!"

Aleya paham apa yang bocah perempuan 2 tahun ini ucapkan padanya, "Muma sama Mommy itu berbeda, sayang. Yang harus Ai sayang seluas samudra itu Mommy bukan Muma,"

"Ote! Angen My,"

"Lucunya,"

Setelah mengajak Adik Kakak ini berkunjung ke makam mendiang Ibu mereka, Aleya pun membawa mereka ke perusahaan Devan. Dia ada rapat mendadak hari ini, pengasuh kedua bocah itu juga sedang cuti. Jadi pilihan terakhir, Aleya akan menitipkan kedua bocah ini pada Ayah mereka saja.

Sesampainya di parkiran, Aleya turun lebih dulu, mengeluarkan stroller untuk Abang Aldrich sedangkan Aiona di gendong karena tidak ingin turun.

"Nanti sama Daddy, Abang jangan ganggu Daddy kerja ya? Adek juga,"

"Siap!"

"Ap!"

Aleya semakin gemas dengan keduanya, mereka masuk ke dalam lift yang membawa ke lantai di mana ruangan Devan berada. Sesampainya di sana, Aleya mengulurkan tangan ingin membuka pintu ruangan Devan tanpa ketuk lebih dulu, lagi pula sudah biasa. Tiap dia datang, memang asal masuk saja.

Ceklek.

"Mas, aku─ Astaga!"

***

"

Untuk apa lagi kau datang Bianca?"

"Devan, pernikahan kita sudah di depan mata masa harus dibatalkan?"

"Memang harus begitu, aku tidak akan pernah menerima wanita mana pun yang tidak bisa menerima anak-anakku."

Bianca adalah mantan kekasih Devan semasa mereka menengah atas, mereka putus karena Bianca lebih memilih kuliah diluar negeri. Karena tak ingin hubungan jarak jauh, mereka pun putus. Tak lama dari sana, sambil kuliah, Devan menikah dengan Mia. Dikarunia seorang anak laki-laki di susul kelahiran anak perempuannya yang bertepatan dengan hari kematian Mia.

Devan sebenarnya mudah untuk mencintai Bianca kembali tapi sikap buruknya pada kedua anaknya, membuat Devan enggan melanjutkan rencana pernikahan keduanya.

"Devan, aku tahu aku salah kemarin. Tolong beri aku kesempatan, aku akan menjadi Ibu tiri yang baik untuk kedua anak kamu."

"Dari awal, sudah kelihatan bagaimana sifatmu, Bianca. Aku tidak akan menikahimu, keputusanku juga sudah bulat."

"Devan!!" Bianca yang geram langsung mendekati Devan yang duduk di sofa tunggal. Secara tiba-tiba tanpa di duga, dia duduk di pangkuan Devan, membuat pria itu ingin mendorongnya tapi Bianca sudah lebih dulu mencium bibirnya.

Ceklek.

"Mas, aku─ Astaga!"

Bruk!

Kaget akan kedatangan tiba-tiba Aleya dengan kedua anaknya, sontak Devan mendorong Bianca dari pangkuannya hingga wanita itu terjerembab, jatuh ke belakang dengan punggungnya yang membentur meja. Bianca berteriak menahan sakit sedangkan Devan langsung berdiri tanpa memperdulikan wanita itu.

Devan berjalan menghampiri Aleya yang langsung memutar stroller serta membalikkan tubuhnya membelakangi Devan.

"Sayang,"

Aleya mengerucutkan kening, "Mas panggil aku sayang?" Tanya Aleya tanpa membalikkan tubuhnya.

"Bukan kamu, anak-anak saya."

"Oh," Aleya terdiam sejenak, "Sudah anu-anunya Mas?"

"Anu-anu apa maksud kamu?"

"Itulah pokoknya!"

Raut wajah Devan berubah datar, dia mendekat untuk mengambil alih Aldrich dari stroller. Melihat Devan yang sudah ada di sampingnya, barulah Aleya berbalik badan. "Mas tuh kalau mau lakukan hal dewasa harusnya tahu waktu dong!"

"Tidak seperti yang kamu pikirkan,"

"Tidak seperti bagaimana?! Jelas-jelas Mas ena-ena sama Mbak Bianca tanpa ingat waktu! Di kantor tuh harusnya kerja! Jangan macam-macam! Nanti dikutuk jadi batu, nanti─"

Cup.

Mata Aleya membulat sempurna, merasakan benda lembut juga basah menyentuh bibirnya yang masih ingin mengomel. Bianca yang baru berdiri dengan memegang pinggangnya juga memelotot melihat apa yang Devan lakukan pada Aleya.

"DEVAN!"

Aleya tersadar, langsung dia dorong Devan menjauh dengan satu tangan.

Shit! Apa yang Devan lakukan?!

Sial! Bibirnya terlalu menggemaskan saat mengomel.

***

Maaf ya dikittt, aku lagi banyak banget pekerjaan guys.

Siang nanti, kalau sempat aku double up!

Koment yaa!

Kira-kira mau cerita ini lanjut atau enggak nih?

Ranjang Panas Kakak Ipar (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang