CHAPTER 33 - DEJAVU AND DREAM

37 13 48
                                    

Hal yang mustahil untuk menghentikan perputaran waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal yang mustahil untuk menghentikan perputaran waktu. Biarpun malam semakin larut, masih sempat-sempatnya menghabiskan satu putaran film. Seakan menentang keras hari yang hangat itu berlalu begitu saja, namun tetap saja hari itu harus segera diakhiri dengan beranjak tidur.

Mata Zoe Sachi nyaris terpejam setelah menguap entah ke yang berapa kalinya, ketika dirasakan tangannya yang berada di bawah selimut digenggam oleh tangan hangat itu.

Gadis itu menoleh cepat, meski remangnya ruangan menghalangi, tetap saaja mata ambernya mampu menangkap kilat ragu di mata laki-laki itu.

"Ada apa?" Zoe Sachi agak heran. "Masa belum mengantuk?"

Laki-laki itu menggeleng ragu. Dirasakan remasan jari-jemari laki-laki itu semakin erat. Tapi tak ada apa pun yang terjadi, bahkan suaranya tak kunjung melontarkan jawaban.

Jadi di tengah kantuk, pikir Zoe Sachi tak masalah jika terlelap dalam interaksi seperti itu, saling berpegangan tangan di bawah selimut. Yah, mungkin laki-laki itu sedikit terbawa suasana oleh kebersamaan mereka yang cukup hangat di beberapa jam terakhir.

Omong-omong ini pertama kalinya Boneka Rilakkuma itu tak mengisi ruang di tengah-tengah mereka. Terakhir kali Zoe Sachi melihat, boneka itu dilemparkan ke kursi yang menghadap ke meja kerja laki-laki itu.

"Boleh aku memelukmu?" lirihnya bimbang.

Mata Zoe Sachi kembali terbuka. Dilanjutkan terlibat adu tatap dalam sekejap.

"Tidur sambil berpelukan di malam yang cukup dingin sepertinya akan menyenangkan," tambahnya, masih belum sanggup menanggalkan keraguan.

Jadi, ini pertama kalinya juga dia meminta suatu hal yang berhubungan dengan interaksi fisik. Selama ini dia selalu menuruti apa yang Sachi inginkan maupun yang membuat gadis itu nyaman. Jika dipikir-pikir laki-laki itu selalu mengutamakan kenyamanannya lebih awal.

Entah mengapa, tanpa berpikir panjang Sachi mengangguk begitu saja, dan menggeser dirinya mendekat. Meletakkan kepalanya di lengan laki-laki itu, serta berada di dekapannya kemudian.

Dapat dirasakan hangat dan nyaman di waktu yang sama. detakan jantungnya mengalun pelan sebagai irama pengantar tidur gadis itu. Saat itu Zoe Sachi tak sanggup berasumsi macam-macam akibat dikalahkan oleh kantuk luar biasa.

.
.
.

6 Februari 20xx

Pagi ini aku membuka mata dengan posisi menghadap ke jendela. Gorden telah terbuka, kupikir mungkin dia bangun lebih awal di akhir pekan, untuk berolah raga misalnya. Tapi aku merasakan sesuatu menekan pinggangku, dan sedetik kemudian aku tahu bahwa itu adalah lengan yang melingkar.

Aku menoleh ke belakang dan menjumpai dia yang telah membuka matanya. Menyambutku dengan senyum cerahnya. Lalu mengucapkan kata 'Ohayou' dengan begitu cerianya.

One More LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang