Diiringi perasaan was-was mereka berderap ke luar. Ditemukanlah serpihan-serpihan botol kaca berhamburan, bersamaan aroma sake yang menguar tajam dan memenuhi jalanan. Ketika mereka mengitari bagian depan truk, dilihatlah pemandangan yang mampu menerbangkan jiwa Sachi dari raganya saat itu juga.
Bahkan, Sachi pun tak peduli jika saja pecahan botol sake itu menyayat kulit kakinya. Karena mungkin rasa sakitnya tak akan seberapa dibanding ketika melihat adiknya terkapar dengan darah bercucuran yang keluar dari bagian tubuhnya.
"Mengapa ... mengapa?" Nada kacau gadis itu ia arahkan pada Kana dan Akira yang berada di lokasi itu lebih awal. Ketakutan itu mampu menyerap seluruh tenaganya, sehingga gadis itu jatuh terduduk tepat di samping Sotha. "Bagaimana bisa dia seperti ini?"
"Kami yakin sekali semula sangat sepi, makanya dia menyeberang, tapi truk itu tiba-tiba muncul entah dari mana," Kana menjawab gelagapan.
"Sotha ... bangun!" desis Sachi, suaranya nyaris lenyap di balik isakan yang datang secara beruntun. Bahkan terlalu hebatnya tangisan itu, ia hampir kehabisan napas. "Hei, anak nakal! Bangun!" pekiknya tak karuan.
"Sotha! Jangan mengerjaiku, ya!" tangannya yang gemetaran mengguncang tubuh terkapar itu. "Bangun! Aku tak akan memaafkanmu jika kau tak membuka matamu."
Sayangnya Sotha sama sekali tak bereaksi, sama sekali tak ada pergerakan sekecil apa pun. Bahkan tarikan napasnya pun nyaris tak terdengar.
"Sachi!" Rasa-rasanya lutut Akira pun turut lemas dibuatnya. "Jangan seperti itu, yang kau lakukan justru membahayakan kondisinya."
Akira tak mahir dalam mendeteksi kondisi kesehatan seseorang. Tapi, bukti bahwa genangan darah yang tak henti mengucur, dan dasyatnya tubrukan itu hingga membuat Sotha terpental, mungkin apa yang di dalam tubuhnya tak terlihat utuh dibanding fisik luarnya. Dan guncangan-guncangan dari Sachi bisa saja memperparah pendarahan di dalam tubuh laki-laki itu.
Namun, gadis itu enggan mempercayai apa yang memenuhi pandangannya. Berharap bahwa yang ia lihat hanya sekadar ilusi optik kala diserang lelah, atau beratnya beban pikiran.
"Hiro-kun!" panggilnya, ketika Hiro berjongkok di sampingnya, rupanya kebekuan merambat cepat pada laki-laki itu. "Bagaimana ini? Mengapa harus Sotha?"
Tangannya pun dipaksa mengguncang bahu Hiro cukup keras, berharap laki-laki itu mampu menjawab.
Secara bersamaan benaknya ricuh luar biasa, ingin melemparkan pertanyaan apakah insiden ini merupakan efek perubahan takdir?
Namun, Akira dan Kana yang tak tahu-menahu mengenai hal ini beserta si sopir truk yang disibukkan memanggil bantuan darurat berada di sekitarnya.
Walau Hiro telah bangun dari tercengangnya, kebekuan dalam otak belum mampu dicairkan, sulit dibuat berpikir hal sepele sekalipun. Apalagi disuguhi pemandangan di mana orang yang cukup dekat dengannya terkapar tak berkutik. Atau di sampingnya, Sachi yang terlihat dunianya hancur berkeping-keping dengan raungan pilu yang bergemuruh di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Light
RomanceDia rela mengorbankan hidupnya, untuk mengubah masa lalu ibunya. Dia rela terhapus memorinya, untuk menyelamatkan adiknya. *** Kecelakaan tragis di hari pernikahan yang menewaskan Ibu dan Calon Pendamping Hidupnya, membuat gadis itu dan adiknya te...