Pagi itu Sachi memutuskan untuk tak datang bekerja dengan memasrahkan segalanya ke orang kepercayaannya yang sanggup mengambil alih pekerjaan yang dibebankan kepadanya, Takeru Yoshino. Jujur saja, Sachi tak ingin kecolongan lagi seperti kemarin, ketika anak nakal itu tiba-tiba melenyapkan dirinya.
Ketika ia hendak menyiapkan sarapan di dapur, Sotha telah duduk patuh di kursi dengan semangkuk sereal di hadapannya. Senyum gadis itu mengembang ketika mendapati adiknya nampak bugar, pun disertai binar cerah yang amat bertentangan dengan manik redupnya kemarin.
"Lapar sekali, ya sehingga tak menunggu masakanku matang." Gadis itu berlalu melintasi Sotha, dan berdiri di depan kulkas sambil mengeluarkan bahan-bahan yang hendak ia butuhkan.
"Tenang saja, aku juga akan memakan masakan buatan Onee-chan," dalihnya. "Aku hanya menemani Hiro-kun yang juga sarapan sereal, dan tertarik untuk mencoba"
Agaknya ungkapan Sotha mampu menahan kesibukannya, "Hiro-kun sarapan sereal?" tanyanya agak heran.
Cukup langka mengingat laki-laki cukup selektif akan kandungan nutrisi yang ia masukkan ke tubuh, masakan jepang yang sehat dan bernutrisi tinggi benar-benar favoritnya, daripada makanan sejenis sereal yang tinggi akan kandungan gula.
Namun, mungkin kondisi yang memaksa gaya hidupnya sedikit bergeser. Seorang laki-laki lajang, tak memiliki kemampuan memasak, dan tinggal sendiri, mungkin di waktu-waktu tertentu akan lebih memilih yang tersimple. Yah, meskipun sekotak bento mudah didapatkan di konbini-konbini terdekat.
Sotha mengangguk, "Setelah itu dia segera pergi, katanya ada urusan yang semestinya diselesaikan, karena kemarin harus meninggalkan pekerjaannya."
Kepala Sachi melongok dari balik pintu kulkas yang belum terkatup, "Apa dia berkata akan pulang ke Tokyo atau Kyoto?" Demi apa pun, mengapa keingintahuan Sachi semakin meninggi.
"Oh, ya jadi selama dua minggu ini dia telah menyewa apartemen di Tokyo. Katanya Hiro-kun baru saja dipindahkan di cabang firma hukum yang terletak Chiyoda."
Satu fakta yang tersuarakan dari mulut Sotha berhasil mencetak kerutan di dahi Sachi, "Menyewa apartemen? Mengapa dia tak pulang ke rumah ini saja?" tanya Sachi cukup heran.
Desahan ringan mengalir dari mulut Sotha, "Onee-chan, pasti tahu alasannya," komentar Sotha.
Walau gadis itu tak mengangguk, tapi benaknya membenarkan. Kadangkala adanya sebuah jarak akan menyelamatkan mereka. Akibat itu sebagian dirinya tenggelam dalam renungan singkat.
"Apa sebaiknya aku kembali ke Amerika, ya? Tak ada alasan lagi 'kan aku berada di negara ini?"
Nyatanya gumaman lirih Sachi berhasil menggebrak benak Sotha, pun menyentak kepalanya supaya menyorot lurus kakaknya yang masih diam tak berkutik di depan kulkas, "Jangan, aku membutuhkan keberadaan Onee-chan," cegahnya sungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Light
Roman d'amourDia rela mengorbankan hidupnya, untuk mengubah masa lalu ibunya. Dia rela terhapus memorinya, untuk menyelamatkan adiknya. *** Kecelakaan tragis di hari pernikahan yang menewaskan Ibu dan Calon Pendamping Hidupnya, membuat gadis itu dan adiknya te...