CHAPTER 34 - MAIRE

39 10 83
                                    

Musim dingin satu tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim dingin satu tahun lalu ....

Omong-omong, ini pertama kalinya Ryuichi Hiro ke Prefektur Hokkaido demi mengikuti seminar. Tak menduga sama sekali jika hujaman salju di musim dingin amat parah hingga membenamkan kakinya melebihi mata kaki.

Meski tengah mengenakan sepatu, tetap saja kakinya nyaris ditelan oleh kebekuan. Mantel tebal yang menyelimuti tubuh, maupun syal yang melilit lehernya pun tetap saja tak mampu mengakumulasikan sumber panas untuk menangkal suhu yang teramat rendah.

Karena dirasa jarak gedung seminar dengan hotel tempat ia bermalam tak terlalu jauh, maka ia memutuskan untuk jalan kaki. Tak menduga juga bahwa musim dingin di Hokkaido berbanding jauh dari Tokyo yang seringnya tak turun salju.

Padahal pagi ini matahari berhasil mengusir awan tebal di langit, dan sore ini cuaca kembali tak menentu. Salahnya juga tak memastikan ramalan cuaca yang seringnya 99% tepat.

Untungnya, tak jauh dari tempatnya berpijak sebuah kedai kopi yang sebagain besar fasadnya terdiri dari kaca bening, di mana menampilkan bagian dalamnya dengan amat jelas.

Hanya saja, di rendahnya suhu, sudah pasti embun beku melapisi permukaan kaca. Tapi, tak dapat dipungkiri bahwa cahaya kuning terang yang menyala dari dalam sana mampu menghadirkan bayangan akan begitu hangatnya berdiam diri di ruang itu sambil menikmati kopi panas.

Diputuskan untuk menyeberang jalan demi mencapai kedai kopi, sampai di mana langkahnya tertahan oleh sebuah wajah yang cukup familier. Seorang gadis yang nampak sangat bosan. Dagunya menumpu malas pada lengannya, menggunakan ujung jari ia membentuk coretan absurd di kaca berembun. Sesekali juga ia menguap lebar.

Tunggu dulu! Gadis itu ... jika ingatannya masih bagus ia dapat memastikan bahwa pernah melihat sekali.

Walau tak bertatap muka secara langsung. Melainkan melalui sebuah foto yang dicantumkan pada portofolio data dirinya. Seorang gadis asing yang hendak dikenalkan sahabatnya di musim gugur.

Akan tetapi ingatannya akhir-akhir ini cukup payah. Mau ditelisik bagaimana pun, tak semudah itu memori yang memudar ditemukan. Hiro sadar betul, bahwa ada yang menghilang darinya, sesuatu yang sangat penting—yang merupakan segala napas dalam hidupnya.

Maka dari itu nyaris setiap hari ia selalu menyempatkan ke kuil, demi memanjatkan do'a pada Kami-sama, supaya yang pernah lenyap darinya, segera tergantikan keberadaannya. Sebab saat ini hanya kekosongan yang tersisa.

Entah mengapa ada senyum yang mengancam terlukis di wajah. Debaran yang dirasa tak lagi menyambangi jantungnya kini kembali hidup. Maka dari itu langkahnya ia dorong ke dalam kedai kopi tanpa ragu, demi memastikan secara benar, apakah dia gadis yang sama?

Usai memesan segelas kopi yang ia inginkan, laki-laki itu mengambil tempat yang tak bakal gadis itu jangkau. Jikalau gadis itu melihatnya, dijamin tak akan mengenali karena akun Line-nya tak memakai foto dirinya.

One More LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang