WARNING!!! ❌⚠ DI LARANG KERAS PLAGIAT‼ KETAHUAN?? TOLONG KLARIFIKASI BUKAN MALAH MENGHILANG SEPERTI DIAA❗
GAK KLARIFIKASI⁉️ SAYA VIRALIN+DENDA (350k) NO NAWAR❗
Menceritakan tentang seorang pemuda yang sangat mencintai sahabat gadisnya, yaitu, bernam...
Haloooo!! Selamat membaca... Jangan lupa vote ya gys yakk!
Oke kita lanjut ceritanya!
Tetapi sebelumnya nih akun tt gue @itmeputry_Wp LeoraRaa1 Harap follow jika berminat... Thanks
Udah! Kita lanjut ceritanya, ya..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• •
-oOo-
Di dalam suatu ruangan, saat ini tengah berada 3 pemuda yang sudah memasang wajah serius. Ruangan itu terlihat gelap namun sedikit terang, banyak dinding-dinding yang bertulisan 'Mati pun saya tidak takut'. Ruangan yang saat ini mereka tempati tentunya adalah milik Fian, pemuda yang sangat mencintai kegelapan.
Saat ini ketiga pemuda itu tengah berkumpul, bisa kalian tebak siapa mereka? Ya mereka adalah Galang dan Alfin, satunya lagi Fian pemilik ruangan sedikit pencahayaan itu.
"Ada apa bos?" tanya Alfin memulai pembicaraan.
Fian tak menjawab, ia hanya menatap datar ke arah depan sembari menyenderkan punggung nya ke sofa yang saat ini tengah ia duduki, tak lupa kaki satunya ia lipat.
"Daftarin gua ke sekolah dimana Risa bersekolah!" perintah Fian membuat Alfin dan Galang segera mengangguk.
"Sekolah mana?" tanya Fian menatap ke arah keduanya secara bergantian.
"Galaksi boss," jawab mereka serempak.
"Perfect."
"Kalian boleh keluar!" ujar Fian menyuruh keduanya keluar.
Tanpa babibu atau permisi lagi, Galang dan Alfin pun melangkah keluar, mereka berdua tidak akan mengganggu istirahat sang pemimpin.
🦋🦋🦋
Saat ini Risa tengah menatap bunga yang di berikan oleh Fian, ia tatap bunga itu sembari mesem mesem sendiri, ntah apa yang sedang ada di pikiran nya.
"Lo tetap cantik."
"Selama gua masih hidup, nggak akan gua biarin lo sendiri."
"Jangan lupa bahagia, karena kebahagiaan lo! Kebahagiaan gua juga."
Jelas perkataan Fian terus saja tergiang giang di pikirannya. Ia selalu membayangkan wajah Fian saat mengucapkan kata tersebut.
