25

129 27 1
                                    

Ren berdiri di tengah hutan yang gelap dan hanya disinari cahaya bulan, merasakan aliran chakra yang kuat melalui setiap gerakan pedangnya. Latihan yang telah dia jalani selama ini terasa sepadan, karena dia tahu bahwa dengan berakhirnya latihan ini, Illia akan bebas dari kutukan yang mengikatnya.

Di tepi hutan, Illia, dalam wujud kucing, duduk dengan tenang.

Selama bertahun-tahun, kutukan tersebut telah mengubahnya menjadi seekor kucing, dan kini, saat kutukan itu akhirnya akan dihapus, suasana di sekitar mereka terasa penuh harapan.

Ren mengumpulkan chakranya dan cakra bulan dengan hati-hati, ia perlahan menggabungkan cakra itu kemdian menyiapkan jutsu terakhir yang akan membebaskan Illia.

Ren menghampiri Illia dan, dengan gerakan yang hati-hati, mengarahkan energi chakra ke arah kucing itu.

Cahaya lembut mulai menyelimuti Illia, dan pelan-pelan, bentuk kucingnya mulai memudar.

Proses ini berlangsung dengan lambat dan penuh keajaiban, cahaya yang memancar semakin terang, menggantikan bentuk kucing dengan sosok manusia yang perlahan muncul kembali.

Saat cahaya meredup, Illia terlihat dalam wujud manusianya lagi.

Raut wajahnya lembut, penuh rasa syukur dan kebebasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Raut wajahnya lembut, penuh rasa syukur dan kebebasan. Ren melihat dengan penuh harapan dan kekaguman saat Illia berdiri kembali dengan tubuh manusia. “Illia... kau kembali seperti semula,” kata Ren, suaranya penuh emosi.

Illia menatap Ren dengan mata yang bersinar, penuh rasa terima kasih. “Terima kasih, Ren. Aku akhirnya bisa kembali ke bentukku yang sebenarnya. Ini adalah hadiah terindah setelah semua penderitaan ini.”

Dengan lepasnya kutukan itu, Illia mulai merasakan adanya pergeseran dalam dirinya, seperti sebuah kekuatan yang perlahan menghilang.

Dia menatap tangan dan tubuhnya, merasakan bahwa dia tidak akan bisa bertahan lama di dunia manusia.

“Ada sesuatu yang lain,” kata Illia dengan nada yang lembut namun penuh kesedihan. “Kutukan immortal yang mengikatku selama ini kini telah hilang. Aku... aku merasa bahwa waktuku di dunia ini hampir berakhir.”

Ren merasa hatinya tertekan oleh berita itu. “Apa maksudmu? Apakah ada cara untuk menahannya?” tanyanya, cemas.

Illia menggelengkan kepala dengan lembut dan tersenyum manis. “Tidak, Ren. Kutukan immortal adalah bagian dari nasibku. Dengan kutukan itu terhapus, aku harus kembali ke alam baka. Tapi jangan khawatir, aku merasa damai dan bahagia karena bisa bebas dari penderitaan yang lama.”

Seiring waktu berlalu, Illia perlahan-lahan memudar. Sosoknya semakin transparan, dan cahaya lembut yang mengelilinginya semakin redup. Ren berdiri di sana, merasa campur aduk antara kebanggaan dan kesedihan.

“Illia, aku akan selalu mengenangmu,” kata Ren dengan suara bergetar. “Terima kasih atas semua yang telah kau ajarkan dan berikan padaku.”

Illia tersenyum dengan lembut, wajahnya dipenuhi rasa damai. “Dan aku akan selalu menghargai kenangan kita. Jangan lupa, Ren, setiap perjalanan memiliki akhir, dan setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. suatu saat nanti, temui aku ya, muridku. Tapi, jangan terlalu cepat menemuiku”

Naruto world x Male ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang