Wonwo x Lisa

811 108 23
                                    

Suasana indah nan ramai sungai Han membuat gadis dengan pakaian serba tertutup memejamkan mata menikmati betapa sejuknya udara di sekitar, menutupi segala luka yang kini tengah ia rasakan.

Tanpa sadar setetes air mata jatuh saat kembali teringat begitu banyaknya kenangan bersama seseorang di sini, seseorang yang masih menempati tahta tertinggi di hatinya, seseorang yang memiliki ruang tersendiri di hatinya, dan seseorang yang masih begitu ia cintai detik ini.

Kenangan yang begitu indah sekaligus menyakitkan secara bersamaan.

Semua kenangan tawa yang mereka lalui harus sirna dalam sekejap akan karna tuntutan agensi dan seseorang yang tidak ingin memperjuangkan hubungan mereka.

Lisa selalu bertanya-tanya kenapa dirinya tidak pernah merasakan keadilan dari orang sekitarnya? kenapa? apa karena dia dari negara asing? apa hanya karena itu.

Dari agensi yang selalu memperlakukan nya tidak adil di antara member yang lain, para staf yang masih ada yang membenci dirinya, lalu apa sekarang? kekasihnya sendiri yang tidak memperjuangkan hubungan mereka dan saat ini terkena rumor tengah berkencan degan seorang idol wanita, kekasihnya menyangkal? oh tentu saja tidak, bahkan agensi membenarkan rumor itu untuk keuntungan perusahaan.

Tawa kecil keluar dari bibir Lisa, merasa lucu bahwa ia masih menganggap laki-laki itu kekasihnya, karena sudah jelas semuanya telah berakhir, hubungan dua tahun tidak ada gunanya dalam sekejap mata.

Ia lelah sungguh, benar-benar lelah dengan semua yang ia alami.

Suara isakan terdengar lirih dan menyakitkan saat sang gadis berusaha menahan suara tangis yang terasa ingin bertambah keras.

"Jungkook, kau terlalu pengecut dan bajingan" serak Lisa masih dengan tangisannya.

Mengeratkan topi yang ia pakai Lisa mulai beranjak dari duduknya untuk bersiap kembali, memandang sepasang kakinya yang terus melangkah dengan berusaha untuk tidak bersitatap dengan siapapun walau kini ia menggunakan masker, dengan sesekali mengusap air matanya yang tidak mau berhenti mengalir.

Namun naas pundak serta pantatnya terasa sakit saat merasakan hantaman yang cukup keras hingga membuatnya jatuh terduduk tidak elit dengan di barengi suara keras di samping.

Benar-benar hari sialnya.

"Maafkan aku, maafkan aku karena tidak melihat jalan dengan baik" ucap Lisa terburu-buru berdiri membenarkan topi yang ia pakai seraya membungkuk mengakui bahwa ia yang bersalah di sini.

Tidak mendapat jawaban apapun dari pemuda yang masih terduduk, membuat Lisa mendongak perlahan dan bersitatap dengan mata tajam nan datar yang terhalang oleh kacamata.

Lisa merasa tidak asing dengan lelaki yang bersitabrak dengannya ini.

Laki-laki di hadapannya berpenampilan sama sepertinya saat ini membuat Lisa sedikit mengernyit saat masih tidak ada tanggapan, "anda tidak apa-apa?" tanya Lisa mengeratkan topi yang ia pakai karena merasa terintimidasi oleh tatapan laki-laki berkacamata yang masih betah akan posisi terduduk.

"Apa perlu bantuan untuk berdiri?".

Lagi-lagi keheningan yang menjawab perkataan yang ia ucapkan, berdehem pelan Lisa mulai melangkah mendekat untuk menggapai lengan kanan si pemuda dan membantunya untuk berdiri dari posisi sebelumnya, benar-benar sangat berat dan harus membuatnya mengeluarkan tenaga ekstra.

Setelah si pemuda berdiri sempurna, Lisa melangkah mendekati sepeda yang tergeletak di samping dan membenarkan untuk berdiri di samping sang pemuda.

Merasa tatapan yang semakin tajam mengarah padanya membuat Lisa tersenyum canggung, "sekali maaf, dan aku pergi dulu" bungkuk Lisa sebelum memutuskan untuk berbalik pergi.

LALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang