Dekorasi

1.5K 221 32
                                    

Qiya sedang membersihkan kamarnya bersama Raffa. Keduanya mengeluarkan barang-barang yang ada dikamar tersebut karena mau dicat ulang dan sedikit diberi sentuhan ala bohemian.

"Aduh pagi-pagi udah repot banget pasutri baru" ucap Ajeng yang melihat dua anaknya sibuk mengeluarkan barang secara bergantian.

"Iya bu, mau buat mezanine" balas Qiya.

"Bikin pakai apa kan ngga ada rangka betonnya" tanya Ajeng.

"Kata dr. Raffa pakai plat bu" balas Qiya

"Ko masih dok? Biasain panggil mas kalau dirumah" pinta Ajeng dengan tangan yang terulur membelai pucuk kepaka Qiya yang tak tertutup hijab.

"Iya bu" balas Qiya malas

Keduanya sibuk dengan beberapa barang yang sedang dipilah untuk dipakai, dibuang atau disumbangkan pada yang membutuhkan dengan kondisi yang masih baik tentunya. Tak lama tukang yang akan membantu memasang plat datang bersamaan dengan Satya dan Petter. Keduanya habis mengatar Artha ke Rumah Sakit dan membawa Artha kembali ke rumah Cassandra/rumah Petter.

"Sibuk banget gua liat pasutri baru" ucap Satya.

"Iya, gua mau bikin mezanine" balas Raffa

"Apa engga bahaya?" Tanya Satya lagi

"Bahaya apanya kan kuat dan kokoh" balas Raffa yang sudah melakukan survey mengenai plat yang ia pakai.

"Bahaya kalo ibadah nanti bunyi" tambah Petter lalu mengundang gelak tawa dari Satya. Keduanya memang kompak meledek Qiya.

"Lah kalo sholat kan dibawah abang, kasur nya aja yang diatas. Lagian kalo sholat kan engga berisik dan bunyi" ucap Qiya polos

"Ya justru karena kasur diatas, kalo lo buat anak jadi berisik dong" balas Satya pada adiknya yang menggemaskan.

"ABANGGGGGGG!!!!" teriak Qiya yang kaget dengan pikiran kotor kakaknya tersebut. Hal ini mengundang tawa ketiga pria dihadapannya sedangkan dirinya berlari menuju sang ibu yang berada di dapur. Menutupi wajahnya yang memerah akibat diledek oleh abang-abangnya.

"Ibuuu...." lapor Qiya pada Ajeng.

"Kenapa?" Tanya Ajeng yang kaget karena Qiya langsung menyambar tubuhnya dan mendekapnya.

"Abang tuh ngeledekin Qiya" adunya lagi.

"Bang!!! Adiknya diledek apa si sampe mukanya merah kaya gini?" Tanya Ajeng bingung.

Satya yang mendengar kembali tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Ajeng.

Kehadiran Raffa tenyata dapat menjadi obat bagi keluarga ini, keluarga yang penuh kehangatan bertambah lebih hangat karena adanya Raffa ditambah Petter dan Reffa.

Benar kata Qiya jika kebahagian hadir bukan karena sebuah harta namun karena rasa bersyukur yang dimiliki.

"Malam ini kita tidur dirumah ayah dulu ya sambil nunggu kamarnya beres" usul Raffa. Dan diangguki Qiya.

Merenovasi kamarnya memang membutuhkan waktu lebih dari satu hari karena memang memerlu ketelitian.

Kini kedua pasangan suami istri itu sedang dalama perjalanan menuju rumah Hutama. Sepanjang perjalanan Qiya menyanyikan lagu-lagu dari playlist yang terputar dimobil Raffa.

"Qiy, tolong ambilin tas saya dibelakang dong" pinta Raffa pada Qiya

Qiya tak menjawab, tubuhnya ia arahkan ke belakang dan mengambil tas kecil milik Raffa.

"Buka Qiy" perintah Raffa. Qiya menurut.

"Udah Qiya buka resletingnya, terus ngapain?" Tanya Qiya.

"Ambil dompet saya" kata Raffa dan Qiya menurut lagi.

Bangsal TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang