Mas?

4.8K 403 42
                                    

Menuju ujiannya, Qiya selalu disibukan dengan belajar hingga malam. Raffa selalu menunggunya, bahkan terkadang Raffa meminta Qiya belajar didalam ruangannya saja karena dirinya sedang bekerja di poliklinik. Tapi Qiya selalu menolak dengan alasan mau bersama teman-temannya saja.

H-7 ujian Qiya bahkan menyewa kontrakan dengan teman-temannya. Mau tak mau Raffa membiarkannya karena ia pernah berada pada posisi Qiya. Namun Raffa selalu memperhatikan Qiya. Mulai dari mengantarnya pulang praktek ke rumah tersebut. Lalu memasukan beberapa vitamin untuk Qiya konsumsi di dalam tasnya. Tengah malam pun Raffa sering terbangun untuk mengecek apakah Qiya sudah tidur atau belum. Seperti malam ini Raffa terbangun pukul 2 pagi. Ia mencari ponsel yang ia simpan disamping kasur miliknya. Lalu dengan mata yang belum sempurna terbuka ia mencari kontak milik Qiya yang kini ia namain "Sasa".

Raffa :
Udah sampai mana belajarnya?

Qiya :
Halo dr. Raffa, saya Nando. Qiya nya sudah masuk kamar dan tertidur. Handphone nya sedang saya pinjam untum menyalin beberapa tugas karena handphone saya lowbat dan sedang di charger.

Raffa mematikan sambungan telphonenya lalu ia duduk di tepi kasurnya.

"Ini nih kalo gua biarin terus si Nando malah sengaja ngambil kesempatan" monolognya dengan rahang yang mengeras.

Pukul 6 pagi Qiya terbangun dari tidurnya. Ia keluar kamarnya dan menuju kamar mandi. Saat keluar dari kamar ia kaget melihat teman-temannya yang berjejer bak ikan teri tidur diluar. Ada 5 pria disana. Nando, Akbar, Ricko, Damar dan Andi. Qiya memilih mengabaikannya dan menuju tujuannya. Setelah beres ia mengambil handphone nya yang berada di meja. Meja yang tak jauh dari teman-temannya tertidur. Handphone nya sedang di charger.

"Hah dr. Raffa telphone gue? Duh ini pasti yang angkat Nando" monolognya setelah menggulir ponsel pintarnya tersebut.

Kaki Qiya berjalan menuju ke teras untuk mencari angin dan mengambil nafas karena ia ingin melakukan panggilan telpon balik ke Raffa.

"Astagfirullah, mobil dr. Raffa?" Matanya membulat sempurna setelah melihat SUV yang ia ketahui milik Raffa. Ia tarik nafasnya cepat lalu ia berjalan kearah mobil yang terparkir di halaman tersebut. Qiya berjalan menuju pintu kemudi dan mengetuk kacanya.

"Dok... dok...." panggilnya dengan tangan yang ia gunakan untuk mengetuk kaca tersebut. Raffa tersadar dan menerjapkan matanya perlahan. Melihat Qiya dari kaca nya. Lalu ia turunkan kaca tersebut.

"Masuk!" Ucap Raffa dengan suara khas bangun tidur namun begitu terdengar tegas. Qiya hanya mengangguk sebagai jawaban

Qiya sudah duduk sempurna di dalam mobil yang terdapat Raffa juga di dalamnya. Tangan Qiya terulur mencium punggung tangan Raffa. Sudah seminggu ini Qiya mulai melakukan tugas sebagai istri yang paling sederhana, yaitu mencium punggung tangan Raffa.

"Ko bisa disini?" Tanya Qiya

"Kamu pikir?" Balas Raffa dengan tangan yang di letakan pada dada bidangnya.

"Karena handphone saya di Nando?" Tebak Qiya hati-hati

"Tuh tau" balas Raffa

"Jadi saya ngantuk dok, saya tidur lah ke kamar sama Nisa, Anggi dan Laura. Terus Nando pinjam handphone karena handphonenya lowbat" terangnya

"Kenapa engga pinjam handphone Laura, Anggi atau Nisa?" Tanyanya

"Karena handphone mereka di pake sleepcallan sama pacarnya" balas Qiya polos

"Oh gitu ya? Kenapa kamu engga ada pikiran buat kabarin saya?" Tanya Raffa lagi

"Udah ngantuk dok" balas Qiya dengan binar mata memohon.

Bangsal Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang