Seminggu setelah penawaran Raffa pada Qiya untuk bekerja di RSP itu akhirnya terbalas. Qiya benar-benar bekerja di RSP menjadi dokter umum di IGD bersama dr. Faradina. Hari ini Qiya mendapatkan jadwal masuk siang yaitu pukul 2. Sedangkan Raffa sudah sibuk berada dikampus.
Setelah operan shift yang dilakukan dr. Faradina pada dr. Qiya. Kini dirinya berjaga di UGD dengan ditemani dr. Rayhan, teman sejawatnya yang keterima di RSP pula. Saat sedang memeriksakan salah satu pasien yang baru datang dengan diagnosis anemia. Qiya dikagetkan dengan kedatangan ambulance. Beberapa nakes berlarian mengambil brankar. Qiya belum turut dalam aksi heroik para teman-temannya bak pahlawan. Ia justru masih sibuk dengan pasien anemia. Setelah mengurus pasien tersebut. Qiya berlari menuju ambulance lain yang baru saja tiba.
"Fraktur luar dok" kata perawat yang ikut mendorong brankar pasien.
"Cari keluarga. Bantu urus administrasi dan hubungi radiologi. Lebih jelasnya pula tolong hubungi ruang operasi. Minta dokter bedah dan orthopedi." Pinta Qiya
"Baik dok. Segera saya lakukan"
Qiya bergegas memeriksakan beberapa pasien. Pasien yang memasuki IGD kini terdapat 20 orang. Hari pertama Qiya bak di timpa runtuhan bangunan karena terasa begitu berat.
"Dok, pasien dr. Petter overload" terang salah satu perawat yang Qiya mintain tolong
"dr. Bedahnya udah oke kan tapi?" Tanya Qiya lalu diangguki oleh perawat tersebut.
"Bantu telphone dr. Raffa ya" pinta Qiya lalu dengan segera perawat itu berlari untuk menghubungi Raffa
Qiya masih sibuk mondar mandir mengecek keadaan pasien. Ia sungguh tenang melakukan tindakan namun raut wajahnya mengartikan kelelahan.
"Dok, kata dr. Raffa beliau sibuk ada kelas" adu perawat tersebut. Qiya menarik nafas panjangnya lalu berjalan menuju telphone yang berada di meja resepsionist IGD.
Raffa :
Saya sudah bilang ada kelas Ayu!IGD :
Tapi pasien urgent mas. Ka Petter juga udah overload pasien. Please mas bantu akuRaffa :
Sa? Yaudah mas kesanaIGD :
Makasih masRaffa memang pantas dinobatkan sebagai budak cinta. Ketika Qiya yang meminta ia tampak lebih bersemangat beda ketika perawat lain yang meminta.
Sibuk kembali dengan beberapa pasien yang membutuhkan pertolongan pertama para tenaga kesehatan membuat Qiya harus turun tangan sendiri mengantar pasien ke ruang operasi. Hal ini biasa dilakukan oleh para perawat namun dalam keadaan genting, semua tenaga kesehatan dalam ruangan tersebut harus saling membantu.
Qiya menelusuri lorong panjang menuju ruang operasi. Ia mendorong brankar pasien sendiri. Jangan anggap Qiya lemah karena otot-ototnya sudah terlatih dalam hal ini. RSP memang memiliki luas tanah yang begitu luas sehingga gedungnya melebar bukan meninggi keatas.
"Perawat yang lain mana?" Interupsi Abiyan yang tengah membantu Qiya mendorong brankar tersebut.
"Kecelekaan bus dan di larikan ke RSP ngebuat semua nakes sibuk. Pasien dalam keadaan darurat. Saya oper pasien sendiri" terang Qiya.
"Apa kabar, Qiy?" Tanya Abiyan
"Hah? Dok lebih baik fokus mendorong brankar saja" tutur Qiya yang fokus pada pasien yang ia dorong. Abiyan juga memilih diam, ia tak enak. Sebenarnya kalimat itu tak sengaja terlontar.
Keduanya memasuki ruang operasi yang cukup ramai. Mata Qiya langsung menemukan Raffa yang sedang berada pada nurse station dengan pakaian operasi yang telah ia ganti. Qiya hanya menganggukan kepalanya seraya menyapa suaminya dari kode anggukan tersebut. Sedangkan Raffa masih terdiam. Matanya membola sempurna mendapati Qiya yang bersama dengan Abiyan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomansaSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...