Masuk base

2.9K 277 20
                                    

Mentari sudah bangun dari tidur panjangnya, bulan memilih menghilang karena lelah berjaga semalaman, begitu pula dengan Raffa yang sudah membuka matanya karena sinar matahari masuk kedalam sela-sela gordain nya. Diri nya sudah bersiap untuk berangkat ke rumah sakit. Hari ini jadwal nya cukup padat, selain praktek di poliklinik dirinya juga memiliki beberapa jadwal tindakan operasi dan mengunjungi bangsal rawat inap dimana beberapa pasiennya dari berbagai umur dirawat. Dirinya juga harus menghadiri kelas kedokteran sore ini.

Berbeda dengan Qiya, kini dirinya sedang sibuk membersihkan etalase toko milik Hutama. Ditatanya kembali barang-barang yang terlihat berantakan. Beberapa orang lalu lalang memasuki toko alat kesehatan yang kini terlihat begitu bersih. Qiya memang rajin, ia suka melakukan tugas bersih-bersih.

Tak lama Hutama datang dengan seringai senyum disudut bibirnya. Memperhatikan Qiya yang tengah sibuk melayani pembeli disana. Sekepergian pembeli tersebut Qiya menyunggingkan senyum pada Hutama sebagai salam sapa nya.

Keduanya memang tampak tak akan menikah dan memilih menyibukkan diri masing-masing. Semua hal-hal tentang pernikahan telah di urus oleh Ajeng dan Dinda. Rencana nya satu bulan lagi. Tentu tak ada penolakan dari keduanya karena memang niatnya hanya membuat Hutama senang.

Hari semakin siang, Qiya masih sibuk dengan pembeli yang tak henti-hentinya datang dan banyak dari mereka membeli dalam jumlah yang cukup banyak. Hutama dan Qiya tentu merasa kewalahan dengan banyak nya pelanggan datang. Namun senyum Qiya tak pernah luntur, ia menjalani aktivitasnya pekerjaannya dengan baik hingga sore saat toko ditutup oleh kedua orang yang kedepannya akan menjadi keluarga.

"Bapak sudah dapat kendaraannya?" tanya Qiya menunggu Hutama mendapatkan taxi

"Sudah, kamu duluan aja nanti telat!" ujar Hutama

"Saya tunggu aja pak, saya belum telat ko" ujar Qiya pada Hutama yang dengan setia menunggu bos nya itu mendapatkan taxi

Tak lama setelahnya taxi yang dipesan Hutama datang. Qiya bersiap melangkahkan kakinya menuju halte transjakarta disebrang toko untuk menuju rumah sakit tempatnya koas.

Dengan derup nafas yang tak beraturan Qiya berlari dari halte terdekat dari rumah sakit karena sebenarnya ia berbohong pada Hutama tadi. Dirinya akan telat 10 menit.

"dr. Petter, maaf saya telat. Saya izin masuk boleh?" tanya Qiya tepat didepan poliklinik tempat praktek dr. Petter

"Masuk Qiy!" Persilakan Petter pada Qiya

"Masih ada 5 pasien lagi, hari ini saya hanya buka 6 orang karena mau jalan sama Reffa" terang Petter pada Qiya

Qiya mengangguk. Lalu turut ikut kedalam pemeriksaan beberapa pasien. Kebanyakan pasien merupakan lansia dengan berbagai macam diagnosa.

"Qiya bantu saya ambil hasil rotgen Tn. Danu ya" perintah Petter

Qiya mengangguk berjalan menuju ruang radiologi lalu mengambil hasil pemeriksaan Tn. Danu.

"QIYA!" teriak seseorang dari lorong rawat inap

"Nando?" monolog Qiya ketika Nando berjalan kearahnya

"Sombong lo ngga pernah nongkrong lagi di pojok bahari" ujar Nando saat berada tepat di hadapan Qiya

"Sorry Nan gue sekarang part time, lumayan buat tambah-tambah uang jajan" balas Qiya

Keduanya larut dengan tawa yang cukup mengganggu indra pendengaran dan penglihatan seseorang yang mengamati dari kejauhan.

Qiya berlalu kembali menuju poliklinik praktek dr. Petter. Senyumnya merekah setelah pertemuannya dengan Nando; tak luntur bahkan tak berkurang.

Bangsal TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang