Kicauan burung terdengar begitu nyaring menusuk indra pendengaran Qiya dan Raffa. Keduanya sedang duduk diatas rumput yang menjulang luas. Senyum keduanya merekah, membuat pipi keduanya terangkat. Setelan keduanya yang menggunakan kaos hitam dan celana jeans lalu topi dan kacamata yang bertengger pada mata keduanya membuat sangat serasi. Pandangan mereka mengarah pada danau besar yang menjuntai dihadapan keduanya.
"Cheerrsss" ucap Qiya menyodorkan botol minuman kaleng bersoda miliknya ke milik Raffa. Lalu menenggak minuman tersebut.
"Kamu seneng?" Tanya Raffa pada Qiya dengan tatapan penuh harap, beruntungnya tertutup kacamata hitamnya
"Seneng! Ko bisa?" Ungkap Qiya dan merasa suka pula
"Qiya pikir mas tuh engga pernah jalan-jalan soalnya hidupnya lurus mulu kaya jalan tol" ungkap wanita yang berstatus istri tersebut
"Don't judge by cover!" Kesal Raffa namun mengundang tawa bagi wanita tersebut.
"Hahaha iya deh iya" balas Qiya yang tampak menggemaskan
Mereka kembali menikmati sabtu sore mereka di kawasan Bandung. Setelah semalam Qiya melakukan first kiss nya tentu suami sah nya, Raffa. Paginya Raffa mengajak Qiya untuk melakukan acara ngedate layaknya anak muda masa kini.
Keduanya berangkat pada 6 pagi dan tiba di Bandung pada pukul 9. Keduanya langsung mengantri untuk makan di Rumah Makan bu Imas. Lalu menjelang siang mereka menuju kawasan Lembang. Mungkin ada untungnya perjalanan macet sehingga keduanya dapat menikmati suasana yang sejuk di sore hari.
Kata Raffa pada Qiya ini merupakan kado atas kelulusan Qiya sabagai seorang dokter. Tentu hal ini membuat Qiya tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.
"Laper engga?" Tanya Raffa pada Qiya lalu wanita itu menggeleng cepat.
"Aku izin tiduran boleh?" Tanya Raffa pada Qiya. Qiya tentu mengangguk mengizinkan.
Setelah mendapatkan izin, Raffa merebahkan tubuhnya lalu meletakan kepalanya pada paha Qiya. Wajahnya mengarah pada wajah Qiya dan Qiya pun menundukan kepalanya dan keduanya kini saling pandang tentu juga melempar senyum setelahnya Qiya kembali memandang danau yang terbentang dihadapannya. Tangannya terulur membelai pucuk kepala Raffa.
"Sa?" Panggil Raffa lalu Qiya kembali mengarah pada wajah Raffa
"Kenapa?" Tanya Qiya lembut dengan tangan yang masih terulur membelai Raffa
"Apa alesan kamu berubah? Apakah kamu mau menjalani kehidupan pernikahan kita dengan serius?" Tanya Raffa
"Menikah seumur hidup sekali dan hidup adalah perjalanan mas. Sama hal nya kaya kita jalan di jalan raya. Tak selalu mulus, tak selalu lancar dan pasti banyak sekali hambatan. Bahkan ada pula yang kecelakaan" tutur Qiya.
"Jadi?" Tanya Raffa kembali
"Memangnya mas engga serius menjalin hubungan dengan Qiya?" Tanya Qiya menatap lekat mata sang suami yang berada di pahanya.
"Aku berniat untuk mengakhiri saat di awal pernikahan namun sepertinya aku hanya sedang berperang pada egoku, Sa. Ego ku yang gengsi sama kamu tapi yang sebenarnya terjadi aku memang ingin sekali menggunakan hak ku" terang Raffa.
"Hak? Iya juga aku belum ngasih ya mas" terang Qiya dengan rasa bersalah.
"Bukan. Bukan hak itu tapi hak memiliki mu. Hak mengutarakan rasa cemburu" balas Raffa.
Qiya tersenyum, tangannya kini terulur pada wajah Raffa lalu ia belai dengan begitu lembut. Wajahnya semakin mendekat ke arah Raffa lalu ia kecup bibir milik pria tersebut.
"Mas ko kamu bau bawang?" Tanya Qiya
"Ya orang kamu nyium bawang" balas Raffa dengan tawa renyahnya
"Maksudnya?" Tanya Qiya bingung

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...