Opening

3.5K 240 25
                                    

• Overdose | Sekuel of Midnight Obsession 𝓢𝓱𝓲𝓷𝓮 𝓐𝓶𝓪𝓷𝓭𝓪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Overdose | Sekuel of Midnight Obsession
𝓢𝓱𝓲𝓷𝓮 𝓐𝓶𝓪𝓷𝓭𝓪

•———•———•

0.0 | Opening

Belum lama, Francis memadamkan api gairahnya, kemudian berpindah posisi untuk melanjutkan ritualnya, membakar cerutu berlapis emas sekaligus menenggak wine ratusan tahun yang terasa menyegarkan. Dia duduk di tengah sofa, menatap wanitanya dengan iris gelap hingga bosan.

Francis mendapatkan mainan sekaligus makananya, terbaring di sisi ranjang bersama wajah pucat yang memanjakan. Akhir-akhir ini, perempuan itu masuk ke dalam daftar favorit. Hingga susah payah, Francis muncul dikamarnya setiap Rabu hingga Jumat malam untuk merasakan kenikmatan yang telah dibuktikannya.

Francis bahkan hapal, bagaimana perempuan itu bicara, harum aroma tubuhnya, mimik wajah yang dibuatnya kala mereka bercinta. Francis tahu betul, hingga dia sengaja memakai perempuan itu terlalu banyak malam ini, untuk memastikan sepenuhnya. Ada yang berbeda, gerakan perempuan itu tak biasa dan cemas. Bahkan sekarang, cara perempuan itu bernapas dalam tidurnya benar-benar berbeda. Cepat dan waspada.

Tujuh detik, Francis berdiam diri, mengulum bibir sendiri bersama pikirannya yang porak-poranda. Kemudian ia bangkit, setelah menekan cerutu ke atas kristal berbentuk setengah lingkaran. Francis kembali mendekati wanita berkulit pucatnya itu. Menatapnya lebih lekat dan tajam.

“Aku tahu, kau mengelabui ku. Bangunlah!” kata Francis, bersama suara yang dingin menantang.

Perempuan itu diam tak bergerak, tapi napasnya benar-benar tak bisa berbohong. Sangat kacau, seperti keadaanya.

Francis tersenyum miring. Kini menaruh tubuhnya di tepi ranjang. Kemudian sengaja menunduk dengan salah satu tangan yang menyentuh perut datar perempuan itu. Telanjang tanpa busana.

“Mainanku.” Francis memprovokasi. Berbisik di tepi kuping perempuan itu. “Kau sudah ketahuan, burung kecil-ku.”

Seketika, perempuan itu merinding. Membuka matanya dengan lebar. Dia bergerak, menarik pisau tersimpan dari bawah bantal yang di sembunyikannya. Lalu membidik Francis secara tiba-tiba. Namun, serangan itu terbaca. Francis berhasil menahan pergelangan tangannya sebelum sampai batas tujuan.

“Kau menyerangku dengan tangan lemah ini, Kaia Decker?” Francis terkekeh. Memutar arah pergelangan tangan perempuan itu. Hingga membuat ujung runcing pisaunya berbalik arah.“Give me back!”  kata Francis, menggores leher Kaia dengan badan pisau.

“Ah. Kau menyakitiku,” rengek perempuan itu dengan sorot mata yang kejam. Kaia merintih, tapi tak menangis.

Francis mendongak. Menekan tangan Kaia ke ranjang dan menghempasnya kasar. Hingga pisau itu terlepas. Francis tersenyum pias, memungut pisau. Jari-jari tangannya yang besar dan dingin itu menggenggam sempurna wilayah gagang.

“Sebelum kau melakukan hal buruk padaku, biarkan aku merasakan darahmu, hingga tidak ada sisa dari tubuhmu yang kulewatkan,” tatap Francis, menjilat pisau dengan lidahnya yang basah serta rakus.

Kaia hancur. Terdiam takut, seluruh bulu kuduknya meremang. Seketika panas dingin.

Francis berhenti sebentar. Menikmati ketakutan Kaia. Pria itu memang senang membuatnya menangis apalagi ketakutan seperti sekarang. Seolah-olah Kaia memang mainan dan hiburannya kala bosan.


“Francis.” Kaia mengerang kecil. Menyebut nama pria itu sebagai tanda bahwa dia telah menderita.

“Aku akan mengampuni mu, jika kau memberiku nama. Siapa yang menyuruhmu?” tanya Francis. Lalu melempar pisau ke sebuah lukisan, membuat benda itu rusak terkoyak.

Kaia diam. Semakin menggigil. Dia mulai menggeleng dan menangis. Hingga mulut milik Francis berlabuh di bibirnya. Menyatukan lidah yang beraroma darah.

“Aku tidak akan menyakitimu, karena kau mainanku, mainan terbaikku, tapi anak-anak asuhmu di panti asuhan, bisa menerima akibatnya.”

“Akan kukatakan, please! Jangan libatkan mereka,” ratap Kaia bersama tatapan yang merah berkaca-kaca.

Goodgirl!” Francis tersenyum yakin. Menaruh mulutnya pada leher Kaia, sambil menikmati darah yang keluar dari luka perempuan itu dengan lidahnya.

Kaia tersiksa, menutup mata rapat-rapat. Tertekan kencang, meski napasnya terengah-engah, Kaia menepati janjinya dengan memberikan sebuah nama yang terdengar familiar pada Francis. Laki-laki itu menyeretnya kembali dalam lembah gelap, dia terkekang seperti burung kecil bersangkar emas. Tapi, nama itu menyelamatkan nya.

***

Bagaimana opening cerita ini? Kasih tahu aku kesan, saran atau kritik kalian di sini. Please!

Btw, ini dark romance ya, dan ceritanya akan terasa mengganggu dan memicu.
Jadi, buat kalian yang nggak kuat dengan darah, penyiksaan, rape, atau abusive, sebaiknya tahan dulu untuk baca cerita ini.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Overdose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang