02 | invitation

6.1K 517 47
                                        

Cus, aku minta tolong buat kalian kasih reaksi yang banyak buat cerita ini, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cus, aku minta tolong buat kalian kasih reaksi yang banyak buat cerita ini, yaa.

Happy reading.

•••

Francis masih terjaga di antara seperempat malam. Tenggelam bersama kegelapan untuk mengolok-olok dirinya sendiri dengan memikirkan burung kecilnya yang cantik. Dia telah berjuang keras, menyingkirkan Kaia Decker dari khayalan dan tindakannya yang tak bermoral. Secara sadar menggunakan perempuan itu sebagai 'bahan' melepas beban bernama gairah.

Fuck!” Francis mengumpat. Mengatasi  kerongkongan yang terasa kering dengan saliva hingga berkali-kali. Sementara tangannya, gigih bekerja keras untuk memenuhi keinginan kejantanannya. Francis mengerang panjang, menerima puncak kepuasan.

Ck— “Karena perempuan itu, aku harus melakukan pekerjaan menjijikkan ini,” desisnya kesal. Membiarkan dinginnya air mengguyur seluruh otot-ototnya yang besar. Francis menyandarkan kedua tangannya ke tembok. Menikmati ketenangannya sebentar. Hingga seluruh kegiatan selesai, dan Francis bergeser keluar.

“Panggilkan Vektor!” titah Francis, melangkah santai dengan bathrobe yang belum terikat sempurna.

“Baik Tuan muda,” angguk pria yang menjabat sebagai private assistant itu.

Francis berjalan menuju meja di ujung kamar, mengisi ulang alkohol ke dalam gelasnya yang telah kosong. Dia menenggaknya sedikit. Lalu kembali melangkah untuk mengistirahatkan diri pada kursi berwarna gelap.

“Anda memanggil saya, Sir?” seorang pria masuk, berdiri tegap tepat dihadapan Francis dengan raut cemas.

“Cari tahu lebih banyak tentang Kaia Decker.  Warna favoritnya, kesukaannya, hobby, parfum, merk pakaian yang biasa dia gunakan, impian, kelemahan, keunggulan, catatan kesehatan, dengan siapa dia berteman, dekat atau berpacaran, dan yang paling penting, cari tahu, apakah dia seorang perawan atau bukan!” Francis mengerling, menatap Vektor tajam. Dia lalu mendengus, membakar sebatang cerutu untuk menciptakan asap yang mengepul.

“Baik, Tuan Muda!” kata Vektor, tanpa terbebani.

“Terakhir, bagaimanapun caranya, aku ingin pergi ke panti itu untuk menemui burung kecilku.”

“Segera, Tuan.”

Leave!” usir Francis, setelah menyerukan keinginannya dengan tegas. Kembali asyik bersama aroma tembakau yang menyengat.

***


Pagi-pagi sekali, Kaia telah beranjak dari tempatnya tidur, sendiri mengunjungi rumah kaca yang penuh dengan tanaman herbal, maupun bunga dari berbagai jenis dan warna. Kaia menyukai keindahan ini, dia seperti hidup di dalam kastil yang cantik.

Overdose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang