🚩🚩🚩21+ | Dark romance, Angst, politic, manipulatif, grumpy, abusive, matured, Guilt Trip, revenge.
Menjadi tawanan, membuat Kaia terjebak di dalam sangkar emas. Tubuhnya dilecehkan sepenuhnya, dipaksa menikmati ketakutan dan penderitaan bertahun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kaia Francis UPDATE! Tolong sampaikan chapter ini dengan komen sesuai isi cerita. Biar makin cepat dan rajin update. Karena kemarin aku gercep, malah sepi. 😅
Happy reading!
••••
"Lihatlah! Dia bertingkah seperti nyonya di sini. Padahal, semua orang tahu, bahwa dia hanya pelacur tuan Francis."
"Kau benar, yang bisa dia lakukan di sini hanya bersantai. Aku bahkan membersihkan kotoran kucingnya. Menjijikkan."
"Bukankah tuan sangat tidak suka kucing? Kenapa dia mengizinkan perempuan itu membawa kucingnya ke sini?"
"Entahlah. Ku rasa tuan melakukannya agar dia bisa bergoyang lebih keras di atas ranjang."
"Yah. Aku dengar bagaimana mereka bercinta di Inggris. Benar-benar terdengar seperti pelacur."
"Apa kalian tidak punya pekerjaan hingga berkumpul di sini untuk membicarakan orang lain?" Aelia memotong. Menatap satu-persatu wajah para pelayan itu dengan tegang. Segera, mereka pucat. Berlari kelabakan. Terdiam canggung.
Aelia menghela napas. Mengerling ke arah Kaia. Perempuan itu mengatup mulutnya rapat-rapat, seolah semua yang baru saja didengarnya bukan masalah.
"Saya minta maaf nona," kata Lia pelan.
"It's okay, Lia." Kaia mengulum bibir. Menekan kuat-kuat giginya di sana. Berusaha keras menenangkan diri. Untuk bertahan, Kaia harus berusaha untuk tidak memperdulikan sekitarnya. Mereka hanya orang asing. Kaia tidak perlu berdampingan lebih jauh.
"Ayo, saya tunjukkan di mana bahan makanannya. Anda bisa menggunakan apapun di sini," kata Lia, mengulum senyum ramah. Berjalan lebih dulu menuju lemari pendingin. "Tuan Francis alergi kacang. Jadi, anda harus memastikan bahwa makanan yang dia makan harus aman dari jenis kacang apapun."
"Ya." Kaia mengangguk. Berusaha mengingat-ingat pesan Lia.
"Tapi, kenapa anda ingin memasak hari ini? Tuan punya koki. Dia biasanya sangat pemilih dalam makanan." Lia memperingatkan lagi. Menatap lekat pada Kaia yang terdiam menatapnya. "Ah. Maksud saya, tuan Francis...."
"Dia memintaku untuk melayaninya dalam segala hal. Bukankah, itu artinya dia ingin aku memasakkan sesuatu untuknya juga?" tanya Kaia. Segera memotong percakapan Lia yang mendadak canggung.
"Baiklah. Saya akan mendampingi dan membantu anda. Selama dan sebanyak anda butuhkan."
"Thanks."
"Anda tidak perlu berterima kasih."
***
Francis tersenyum tipis. Duduk bersandar pada kursi makannya. Sesekali, pria itu menyeka ujung bibir, menyentuh lembut, sambil menatap Kaia lekat-lekat. Perempuan itu tengah sibuk. Mengisi piringnya dengan makanan. Lalu menaruh benda itu tepat dihadapan Francis tanpa mengatakan apapun. Francis menarik napas panjang. Mengunci pergelangan tangan Kaia, saat perempuan itu berniat pergi.