11 | Your owner

882 150 41
                                    

Hola! KAIA FRANCIS Update! Cus, malam minggu, ramaikan chapter ini! Btw, yang udah nggak sabar buat baca chapter Red Party, aku udah update di Karyakarsa sampai chapter 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola! KAIA FRANCIS Update!
Cus, malam minggu, ramaikan chapter ini!
Btw, yang udah nggak sabar buat baca chapter Red Party, aku udah update di Karyakarsa sampai chapter 17.

••••

Kaia mengerutkan kening. Menatap langit-langit kamar yang tampaknya sangat tinggi. Dia berbaring cemas, dengan kedua kaki yang masih bergelantungan ke bawah ranjang.

"Tarik napasmu sebentar, dan embuskan perlahan-lahan!" suara perempuan memerintah. Jelas dan tegas. Membuat Kaia melakukan gerakan yang membuatnya sedikit lebih relaks. Keningnya bertambah mengerut. Melihat Francis berdiri di sisi kanannya tanpa ekspresi.

"Good. Kontrasepsi nya sudah terpasang."

Kaia membuang napas. Melepaskan seluruh beban ketakutannya, sesaat suara itu akhirnya terdengar. Pukul sepuluh pagi tadi, Vektor datang menjemputnya, memaksa Kaia untuk segera datang ke perjamuan yang dibuat-buat Francis di Villa. Kaia harus menuruti, atau Francis akan menggila karena penolakan.

"Aku berharap, benda itu bisa bekerja dengan benar. Kau tidak boleh hamil!" ucap Francis. Bersikeras mengingatkan.

"Tenang saja. Implan biasanya bekerja hingga tiga tahun. Tapi, pastikan memeriksa keadaanya minimal tiga atau enam bulan sekali."

"Thanks, doctor." Kaia mendengus. Menarik pakaian, untuk menutu-nutupi tubuhnya. Kaia yakin, bahwa dokter itu bisa melihat dengan jelas bekas kissmark yang mulai pudar.

"Efek awalnya akan membuatmu pusing. atau mual. Kabari aku jika itu terjadi."

"Jadi, kapan aku bisa mulai bercinta?" tanya Francis arogan. Membuat mata biru milik Kaia yang sudah terlanjur malu itu kini berubah kesal.

"Segera. Tapi, gunakan pengaman lainnya seperti kondom untuk satu minggu pertama."

"Aku tidak butuh kondom. Seks tanpa menyentuh bukanlah sesuatu yang disebut seks." Francis berdecak. Mempertahan egonya.

"Sebaiknya aku segera pergi."

Kaia menelan saliva. Cukup terganggu dengan ocehan Francis. Dia menghela napas dengan keras, meremas-remas tengkuknya yang putih, sambil menunggu Hannah menyelipkan satu-persatu alatnya ke dalam tas. Demi Tuhan, Kaia tidak sabar menunggu dokter itu pergi. Tatapannya sedikit mengintimidasi, seperti berteriak mengatainya pelacur.

"Aku juga sebaiknya pulang," decak Kaia pelan, saat kamar milik Francis akhirnya sepi akan orang-orang asing.

"Kau mau kemana, burung kecil?" Francis mendekat, mendorong Kaia jatuh terduduk di atas ranjang nya kembali.

Sontak, Kaia kaget. Menatap pria itu dengan matanya yang lebar. "Tidak, Francis. Aku sedang tidak bisa menangani mu."

"Why?" Francis menarik salah satu alisnya.

Overdose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang