06 | On your Knees

1K 153 26
                                    

Hola

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola. Kaia Francis UPDATE!

Tolong kasih komen yang banyak sesuai isi cerita. Jangan lupa pencet vote dan bantu share.

Info : Chapter 6,7 hingga 8 sudah ada di Karyakarsa Shineamanda 🔞❗

•••

“Hei, aku harus keluar sebentar. Apa tidak masalah jika Hunter di sini?” tanya Atlas, mendadak tegang. Berdiri tegap sambil memegang ponsel yang berdering. Mata birunya tampak membola, penuh harapan.

Kaia mengulum bibir, meneliti sebentar dari kejauhan. Dia lalu tersenyum, mengangguk ragu. Napasnya terdengar pelan, nyaris tercekat di ujung tenggorokan.

“Dia tidak akan macam-macam padamu. Promise!” Atlas tersenyum simpul. Membuat Kaia berdecak pelan. Lalu terkekeh sebentar, waktu Atlas melompat pergi.

Kaia bergeser, segera meraih botol kaca berisi selai coklat dan memutar tutupnya. Namun, usahanya sia-sia. Benda itu terasa lengket. Tertahan rapat. Membuat Kaia terpaksa mengerahkan seluruh tenaganya.

“Biar aku saja,” ucap Hunter, mendadak muncul. Lekas meraih botol berisi selai itu.

Kaia terdiam, gugup. Menelan ludahnya hingga berdegup. Dalam sekejap, Hunter telah membuka botol selainya.

Thanks,” ucap Kaia, meraih kembali botol kacanya.

Hunter mendengus. Mengangguk dengan senyum terbaik. Dia mendelik, diam-diam menatap Kaia yang kini telah bergeser mendekati roti tawar di atas meja.

“Sudah empat tahun, ya.” Hunter membuka percakapan, yang langsung dibalas anggukan dari Kaia. “Bagaimana kabarmu?”

Kaia menoleh. Menenggelamkan tatapan pada kedua mata pria itu yang cerah. Berbinar keabu-abuan. “Baik. Kau?”

Same with you.”  Hunter mendekat. Nyaris menyentuh jari-jemari tangan Kaia yang halus. “Aku tidak pernah memberitahu Atlas, tentang kita.”

“Yah. Memang seharusnya tidak ada yang tahu. Bagaimana pendidikan mu? Apa itu berhasil?” tanya Kaia. Menaruh tangan pada beberapa lembar roti dihadapannya, mulai memoles selai di sana dengan hati-hati.

“Mungkin.”

“Aku harap itu akan setimpal.”

“Kaia....” Hunter berdiri dekat. Meraih tangan Kaia dan menggenggamnya rapat.

Kaia menoleh. Menatap Hunter, memperhatikan rambut hitam ikal, mata berwarna abu-abu yang biasanya berani, dengan tubuh tinggi tegap serta rahang tegas itu, adalah pria yang menjadi cinta sekaligus luka pertamanya. Keduanya menjalin hubungan setahun penuh di usia muda, backstreet.

Overdose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang