04. Gadis Yang Rapuh

128 33 12
                                    

Sebulan berlalu, seperti biasa Echa di perpustakaan untuk mengerjakan tugas mata kuliah metode penelitian yang lumayan membuat gadis itu pusing. Kali ini ia tidak sendiri, Selly ikut belajar bersama.

“Cha kamu tahu tidak berita yang sedang banyak dibicarakan akhir-akhir ini tentang Mbak Cantika?” ucap Selly sedikit berbisik mengingat mereka kini berada di perpustakaan.

Echa menatap Selly sebentar lalu menggeleng sebelum kembali fokus pada layar laptopnya.

“Dengar-dengar Mbak Cantika hamil tau Cha.” ucapan Selly sontak membuat Echa menaikkan satu alisnya bingung.

“Hamil?” tanya ulang Echa untuk memastikan, namun segera diangguki oleh sang sahabat.

“Jangan bicara sembarangan Sel, kamu tahu dari mana?” gadis itupun menghentikan kegiatannya.

“Beneran Echa, aku tahu dari temanku sendiri anak perhotelan.” bisik Selly sambil mendekat ke arah Echa.

Echa tampak mengingat kembali dimana sekitar satu bulan yang lalu ia sempat memergoki Cantika membeli testpack di apotik. Apa artinya cerita Selly ini memang benar adanya.

Jika memang benar Cantika hamil, apakah itu juga menjadi alasan mengapa gadis cantik itu tidak menerima pernyataan cinta dari Evan bulan lalu. Semua itu tampak masuk akal dalam otak Echa, jika Cantika hamil apa artinya Evan menyukai istri orang?

Echa kembali menatap Selly penasaran.

“Emang Mbak Cantika sudah menikah Sel?” Selly menggeleng keras.

“Justru karena itu dia jadi bahan perbincangan. Mbak Cantika itu belum menikah, dan katanya itu anak Mas Evan.” Echa mendadak terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu.

“Itu tidak mungkin.” ucap Echa pelan namun masih terdengar oleh Selly.

“Apanya yang tidak mungkin? Selama ini yang dekat dengan Mbak Cantika ya cuman Mas Evan, Cha.”

Echa tetap tidak percaya, jika memang itu anak Evan, lantas kenapa Cantika tidak mau menerima Evan. Sekarang semua menjadi rumit, jujur saja Echa tidak terlalu tertarik mencampuri urusan orang lain.

“Yasudah biarkan saja Sel, ayo kerjakan lagi tugasnya.”

***

Waktu menunjukkan matahari akan tenggelam sebentar lagi. Langit jingga menyapa Echa dan Selly yang sedang berjalan di koridor kampus seusai dari perpustakaan.

“Cha aku duluan ya, kamu hati-hati di jalan.” pamit Selly sebelum gadis itu berbelok ke parkiran mobil. Selly memang lahir dari keluarga yang berada, berbeda dengan Echa yang sehari-hari memakai motor ke sekolah, Selly selalu memakai mobilnya.

Sambil menatap punggung Selly yang menjauh, Echa kini berjalan menuju tempat parkir motor dan mencari keberadaan motor merah kesayangannya.

Sambil memakai helm, gadis itu melihat dari kejauhan Cantika sedang dijemput oleh seseorang menggunakan mobil, namun Echa tidak bisa melihat dengan pasti siapa yang ada di balik kemudi itu.

Echa masih setia melihat pergerakan Cantika yang kini telah masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan area kampus. Dilihat-lihat perut Cantika tidak terlihat seperti wanita yang sedang hamil. Jadi sebenarnya yang diceritakan oleh Selly benar atau tidak. Echa semakin bingung.

“Bocor.” belum cukup keterkejutan Echa, kini ia kembali dikejutkan oleh sosok pemuda yang berdiri di belakangnya.

Echa menoleh ke belakang dan mendapati Evan yang juga menatapnya.

“Ban motor kamu bocor.” ucap pemuda itu sekali lagi.

Gadis itu lantas menoleh ke arah ban motor belakangnya yang sudah tidak ada angin sama sekali alias kempes total.

PRADHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang