"Kenapa tidak ada kemajuan? Kalian ini becus atau tidak?!"
Dokter pribadi keluarga Van Solveig, Dokter Sam, menundukkan kepala, mereka segan pada kemarahan pimpinan Van Solveig yang selama 1 bulan ini terus memakai kaca mata hitam bahkan pakaiannya selalu warna hitam. Dia dalam masa gelap, anak satu-satunya tengah bertarung antara hidup dan mati seorang diri.
Meski Rickards memiliki sikap yang tegas pada anak tunggalnya, dia tetap menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dia ingin Katrina sehat, menjalani hari dengan lebih baik. Bukan terbaring tak sadarkan diri seperti ini, Rickards tak bisa melihatnya. Melihat anak satu-satunya yang paling dia cintai tak berdaya di ruang rawat intensif dengan banyak alat ditubuhnya.
Seperti yang kepala pelayan De Grasse sampaikan, Nona muda Van Solveig mengalami penembakan ilegal di kediaman besarnya sendiri. Dia tertembak di bagian dada kanan, perut, dan paha kirinya. Jika tak ada kuasa dari pihak Rickards, sudah dari Minggu pertama semua alat ditubuh Katrina telah dilepas sepenuhnya.
"Tuan,"
Rickards menoleh, menatap tangan kanannya yang datang. Pria yang berpuluh-puluh tahun menjadi orang kepercayaan Rickards itu mendekat ke arah sang Tuan, "Saya menemukan ini saat mencari jejak bukti di kamar Nona, Tuan."
Rickards langsung merebut sebuah buku kecil dari tangan orang kepercayaannya, "Mengapa kau mengambil barang pribadi putriku?!"
"Bukan begitu, Tuan. Saya menemukannya di dekat nakas, tertutup pecahan lampu tidur. Saya rasa, saat terjatuh setelah penembakan terjadi, buku itu ditangan Nona dan terlempar. Nona, terakhir kali sepertinya sedang menulis sesuatu. Mungkin ada petunjuk dari yang Nona tulis,"
Mendengar itu, Rickards langsung membuka halaman terakhir dari buku yang dia pegang. Di balik kaca mata hitam, matanya berkaca-kaca membaca tiap kata yang terangkai indah menjadi kalimat sendu nan menyedihkan.
Tulisannya, aku tidak tahu keindahan apa yang Tuhan takdirkan untukku di masa depan. Tapi Tuhan, bahagiakan Daddy. Daddy segalanya untukku, kelak, akan ada yang sama segalanya untukku yaitu suamiku dan anakku. Bahagiakan mereka ya Tuhan, aku mohon ....
Sepertinya, Katrina belum selesai menulis namun sebuah peluru sudah lebih dulu membuat pergerakannya tumbang. Rickards langsung melepas kaca mata hitamnya, dia mengusap air matanya dengan kasar. Di saat itu, tidak ada satu pun kepala yang berani mendongak. Mereka tidak berani menyaksikan pimpinan besar Van & Solveig Bank menangisi putrinya lagi dan lagi.
Rickards menatap tangan kanannya yang masih menunduk, "Bagaimana dengan cucuku?"
Sang tangan kanan terdiam karena kaget, setelah 6 tahun, baru kali ini Rickards menanyakan secara langsung bagaimana keadaan cucunya bahkan sudi menyebut kata cucu dari yang semula, setiap bertanya, Rickards selalu menyebutnya sebagai bocah itu alih-alih kata cucu.
"T-Tuan muda kecil baik-baik saja, Tuan. Saya melihatnya, hari ini sedang pengambilan hasil nilai ujian. Diwakili Ayahnya,"
"Jacobs, kau percaya keajaiban?"
"Keajaiban?"
Rickards mengangguk, "Apa jika aku pertemukan anakku dengan cucuku, anakku bisa bangun?"
Asisten Jacobs memalingkan wajah, tak bisa melihat Tuannya yang selalu tegas kini tampak putus asa karena tak ada sedikit pun peningkatan pada kesehatan putrinya. "Anda bisa mencobanya, Tuan."
Rickards mengangguk, "Buat konferensi pers darurat, Jacobs. Katakan jika aku akan mengklarifikasi terkait putri tunggalku,"
"Langsung saya lakukan, Tuan."
***
Di hadapan banyaknya kamera dan mikrofon, Rickards tetap mempertahankan kaca mata hitam dan pakaian serba hitam. Dia duduk dengan tegap, kesedihan tidak membuat aura tegasnya berkurang sedikit pun. Semua orang tampak begitu segan pada sosok pimpinan besar Van & Solveig Bank ini.
"Selamat siang semua!"
Seisi tamu undangan menjawab serempak, Rickards berusaha keras bersikap profesional. "Saya, Rickards Van Solveig selaku pimpinan utama Van & Solveig Bank ingin mengungkapkan terkait kebenaran tentang putri tunggal saya yang kalian kenal dengan nama Katherine Rickards."
Seisi ruangan saling pandang, mereka menayangkan konferensi pers ini secara langsung di semua saluran televisi, tanpa terkecuali. Membuat semua petinggi di kediaman mau pun perusahaan masing-masing, menonton siaran langsung tersebut. Termasuk Nicholas yang menonton lewat ponsel tangan kanannya seusai dia menerima nilai hasil ujian putranya dan putranya yang kembali sekolah.
"Hal penting yang harus saya klarifikasi, putri saya bukanlah bernama Katherine Rickards melainkan Katrina Rickards."
Riuh terdengar teredam, termasuk Nicholas yang tiba-tiba merasa jantungnya berdebar keras tanpa dia tahu apa penyebabnya.
"Wajah yang kalian semua lihat sebagai wajah putri saya bukanlah wajah aslinya, melainkan wajah hasil operasi plastik atas perintah saya sendiri. Kalian bisa melihat wajah asli putri saya," Layar besar di belakang Rickards memperlihatkan potret cantik wajah asli Katrina Rickards.
Melihat itu dari ponselnya, jantung Nicholas semakin bertalu dengan sangat cepat. Dia memerintah kan sopirnya untuk berputar arah ke gedung di mana Rickards tengah melakukan konferensi pers. Dia tahu sekarang, alasan kenapa dia tak bisa mencari jejak wanita satu malamnya karena dibalik semua itu, ada kuasa seorang pimpinan besar seperti Rickards.
Rickards menahan sesak di dada, dia selalu menyalahkan dirinya sendiri selama ini. Andaikan dia tak memaksa putrinya, pasti semua ini tidak akan terjadi. Yang bahkan, Rickards menutup konferensi persnya dengan fakta jika putrinya telah memiliki seorang anak laki-laki. Nicholas semakin tak karuan, tangannya mulai berkeringat dingin dengan gemetar kecil.
Dia tiba di gedung, bertepatan dengan mobil yang digunakan Rickards melaju pergi.
"Ikuti mobil itu sekarang!"
Sopir bergegas mengikuti yang ternyata membawanya ke sebuah rumah sakit ternama, Nicholas tahu tentang Nona muda Van Solveig yang menjadi korban penembakan ilegal satu bulan lalu. Jangan bilang, jika Nona muda yang menjadi korban itu, wanita yang selama ini Nicholas cari? Jangan Tuhan! Mengapa semuanya harus berjalan seperti ini?
6 tahun Nicholas mencari jejak wanitanya, ketika bertemu jejak, haruskah wanitanya dalam kondisi tak berdaya di rumah sakit? Nicholas tak bisa membayangkan, akan sehancur apa hati putranya yang selama ini selalu berharap bisa bertemu dengan Ibu kandungnya.
Nicholas, dia berlari menuju Rickards yang hendak masuk lift.
"Tunggu!"
Rickards menoleh, tahu jika Nicholas pasti akan mengejarnya setelah melihat konferensi persnya di tayangkan. "Ikut aku, jangan bicara di sini."
Ditekannya perasaan yang semakin tak karuan, Nicholas tetap ikut masuk ke dalam lift sesuai intrupsi dari pimpinan besar Van & Solveig Bank. Dia bahkan terus mengikuti langkah Rickards yang membawanya ke dalam sebuah ruang rawat intensif, jantungnya kian bertalu.
Melihat sosok cantik yang terbaring dengan wajah pucat pasi, tubuhnya terpasang banyak alat penopang hidup. Nicholas bergantian menatap ke arah Rickards yang tak meliriknya sedikit pun.
"Tuan Van Solveig?"
"Dia putriku, yang pernah mengandung dan melahirkan darah dagingmu."
***
Huwaaa! Akhirnya mereka ketemu, penasaran ga sama kelanjutannya?
Koment yaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Muncikari Nakal
FantasiaWarning mature content (21+) Katrina Rickards, seorang muncikari nakal yang punya rumah bordil terbesar di Ibu kota. Dia mengayomi 'anak-anaknya' yang menghasilkan uang untuknya dengan cara menjual diri mereka. Pada suatu malam, Katrina tidak senga...