"Kau terlalu berani bitch!"
Dengan langkah lebar, Katrina masuk ke dalam kamar tamu. Dia menarik rambut panjang Frannie, membuat perempuan itu berteriak, mengaduh kesakitan apalagi saat Katrina membuatnya jatuh ke atas lantai. Kepala pelayan terlalu syok, dia hanya bisa diam terpaku dengan menutup mulutnya.
Tak menyangka, jika anak perempuannya bisa berlaku dengan kurang ajar seperti itu.
Apalagi, Katrina tak bisa menahan emosinya. Dia mencengkeram dagu Frannie kuat, "Kau akan habis di tanganku, bitch!" Tatapan Katrina beralih pada kepala pelayan dan pelayan di sana, "Bawa dia keluar! Sekarang!!"
Kepala pelayan kaget di bentak sang majikan, dia pun bergegas membawa putrinya yang masih terdiam kaget keluar dari kamar tamu. Dengan napas menggebu, Katrina menghampiri Nicholas yang berbaring di atas ranjang dengan mata tertutup. Pria itu terlalu mabuk, sampai tak suka rasanya memperhatikan situasi di sekelilingnya.
"Nick? Nick bangun, kamu harus pindah ke kamar di atas." Katrina mencoba menetralisir perasaannya, dia tersenyum sembari mengusap rahang tegas Nicholas.
Nicholas pun memaksakan diri untuk membuka mata, pria itu terdiam melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini. "Katrina? Sayang,"
Katrina mengerjap, dirinya memang Katrina. Nama raga ini pun sama, jadilah dia mengangguk. "Iya, ini aku. Ayo bangun, aku bantu untuk pindah ke kamar di atas."
Tapi Nicholas menggeleng, pria itu malah menarik lengannya, membuatnya yang kalah tenaga, terjatuh ke atas tubuh pria itu. "Nick, kamu─"
"Aku merindukanmu, sayang. Aku sudah sangat yakin, jika semua itu hanyalah mimpi. Kamu tidak pernah pergi meninggalkan aku, semuanya hanya mimpi. Aku bersyukur,"
Tubuh Katrina menegang, jadi yang Nicholas lihat saat ini bukan Katrina istri pria itu tapi Katrina Rickards yang sudah meninggal. Betapa miris menjadi raga ini, "Aku Katrina istrimu, Nick. Bukan .... Bukan wanita itu yang sudah meninggal,"
"Enggak, kamu tetap wanitaku dan tidak pernah meninggal."
Katrina ingin buka suara kembali, namun Nicholas sudah lebih dulu mencumbu bibirnya. Katrina ingin mengelak, tapi Nicholas mengubah posisi dalam sekali gerakan yang membuatnya berada di bawah kendali tubuh gagah pria itu. Nicholas terus menjamu bibir manis Katrina dengan bibir proposionalnya, bahkan mengajak lidahnya untuk berperang hangat satu sama lain.
"Nick," Katrina memeluk leher pria itu.
Membuat Nicholas berbisik dengan suara berat, "Sky ingin Adik, sayang. Sebentar lagi, Sky akan memiliki Adik seperti keinginannya."
Bulu kuduk Katrina serasa meremang, dia menelan ludah merasakan kecupan basah yang pasti meninggalkan jejak di lehernya.
Lama kelamaan, sentuhan yang mengingatkan Katrina pada malam itu terngiang kembali. Dia terhanyut dalam segala sentuhan yang Nicholas berikan, sebelum semakin jauh dan keduanya sama-sama tak memikirkan hal lain selain kenikmatan, Katrina menahan tangan Nicholas yang ingin meremas buah dadanya.
"Kunci pintunya Nick," Katrina bicara dengan suara lirih, namun Nicholas mendengar dengan jelas.
Dia pun menjauh, mengunci pintu sembari melepas seluruh pakaiannya. Melihat bagaimana Nicholas melepas pakaian dengan mudahnya, Katrina memalingkan wajah. Wanita itu mengatur napas, menenangkan dirinya jika ini memang sudah tugasnya sebagai seorang istri, sekali pun nanti, Nicholas akan membayangkan wanita lain.
Tapi wanita lain itu tetap dirinya.
Bagaimana caranya Katrina menjelaskan situasi?
Saking sibuk dengan isi kepalanya sendiri, Katrina sampai terperanjat kaget saat Nicholas tiba-tiba mengecup bahunya. "Ugh, Nick ...."
Nicholas semakin ingin yang lebih, pria itu terus menciumi setiap inci tubuh Katrina setelah melepaskan segala pakaian yang wanitanya itu kenakan. Hanyut dalam segala sentuhan yang dalam dan mendebarkan, keduanya lupa segala hal selain kenikmatan yang sama-sama di kejar.
Dengan suara pertemuan kulit, desah, dan erangan yang menyatu di dalam kamar tamu ini, menjadi saksi pasangan suami istri yang untuk kali pertama berbagi peluh keringat setelah menikah lama. Di bawah kendali tubuh Nicholas, Katrina tidak bisa menahan suaranya. Sentuhan yang sama dengan orang yang sama namun jiwanya berada di raga yang berbeda.
Ini adalah pengalaman luar biasa yang pernah Katrina alami di dalam hidupnya.
"Fuck! Sayang,"
Nicholas mendongak, pria itu membenamkan dalam-dalam miliknya dengan rahang yang ikut mengetat. Pula Katrina, wanita itu menggigit bibir bawahnya kuat dengan kedua tangan meremas seprei tak kalah kuat.
***
"Frannie! Kamu tahu apa kesalahan fatalmu itu?!"
Frannie menatap Ibunya tanpa rasa takut sama sekali, "Aku hanya ingin di cintai oleh pria yang aku cintai! Apa itu salah?!"
Kepala pelayan selaku Ibu dari Frannie terkekeh, "Salah! Salah besar!! Karena yang kamu cintai itu, majikan Ibu, Frannie! Kamu harus tahu sampai di batas mana kamu bertindak!!"
"Ibu jangan membentak aku! Aku benci Ibu!!"
Saat Frannie ingin pergi, kepala pelayan menahan tangannya. "Kamu tidak seharusnya berurusan dengan Nyonya, Frannie. Nyonya dan Tuan bukan tandinganmu,"
"Cinta apa peduli tandingan? Aku hanya ingin cintaku terbalas!"
"Tapi bukan begini caranya!!"
"Ibu tidak akan paham!! Ah aku lupa, Ibu memang tidak pernah memahami aku! Ibu adalah Ibu yang tidak becus!!"
Frannie lagi-lagi ingin keluar kamar namun kepala pelayan menahannya, alih-alih menenangkan sang anak, kepala pelayan malah mengunci anaknya di dalam kamar. Di balik pintu, kepala pelayan meneteskan air matanya. Bertahun-tahun bekerja sebagai pelayan di kediaman Nicholas, jelas kepala pelayan tahu bagaimana tabiat Tuannya itu.
"Ibu seperti ini karena tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu, Nak. Tapi kenapa kamu sulit sekali Ibu atur?"
***
"Kakek, apa Daddy tidak akan datang?"
Rickards mengusap kepala cucu satu-satunya, "Mungkin Daddy kelelahan sampai ketiduran, sayang. Sekarang, lebih baik Sky tidur ya sama Kakek."
Sejak pukul 10, Sky sudah tertidur sebenarnya namun tiba-tiba pria kecil itu mengigau memanggil Ibunya yang membuat hati Rickards terasa perih. Cucu kesayangannya itu pun terbangun setelah terus mengigau memanggil Ibunya, saat terbangun, Sky sadar Ibunya sudah tiada, makanya dia terus bertanya di mana Ayahnya dan kenapa Ayahnya tidak kunjung datang.
"Apa dengan tidur, Daddy akan datang, Kakek?"
"Iya, Nak. Pasti, lebih baik sekarang Sky tidur ya. Mau Kakek nyanyikan?"
Sky menggeleng, "Aku bukan anak kecil Kakek."
Rickards menahan senyum, dia pun mengusap-usap lengan Sky sampai tertidur kembali dengan lelap. Setelahnya, Rickards turun dari ranjang menuju balkon kamar untuk menghubungi Nicholas. Sekian kali mencoba, tidak ada yang di jawab satu pun. Rickards pun beralih menghubungi tangan kanan dari Nicholas yang tidak lain asisten Roche.
"Roche, di mana Nicholas?"
"Selamat malam, Tuan. Mohon maaf, Tuan. Saya tidak tahu Tuan Nicholas ada di mana karena saya pun sedang tidak bersama Tuan Nicholas,"
"Bisa datang ke kediamannya? Katakan, jika besok pagi sebelum Sky bangun, dia sudah harus ada di kediamanku. Aku tak ingin Sky kecewa,"
"Akan langsung saya sampaikan, Tuan."
***
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Muncikari Nakal
ФэнтезиWarning mature content (21+) Katrina Rickards, seorang muncikari nakal yang punya rumah bordil terbesar di Ibu kota. Dia mengayomi 'anak-anaknya' yang menghasilkan uang untuknya dengan cara menjual diri mereka. Pada suatu malam, Katrina tidak senga...