07 - Di Raga Orang Lain

9.5K 502 15
                                    

Hasil pengamatan medis mengatakan, kondisi kepala Katrina baik-baik saja dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Kepala pelayan merasa lega, dia ingin membawa sang Nyonya pulang tapi asisten Roche mengabari jika sedang dalam perjalanan menyusul. Jadilah kepala pelayan menunggu di ruang inap bersama Katrina padahal Katrina tidak perlu di rawat inap.

"Yang tadi, yang di lift, kau kenal?"

Kepala pelayan menatap sejenak sang Nyonya, "Kenal, Nyonya. Beliau Nona Van Solveig, politikus juga pewaris tunggal bisnis mendunia Ayahnya."

Dirinya terkenal juga ternyata, sampai-sampai kepala pelayan yang sibuk dengan urusan rumah tangga saja mengenal dirinya. Tapi kenapa dia tak tahu jika Nona Van Solveig yang dia kagumi ada didepannya saat ini? Apa dirinya tak kasat mata?!

Ada hal yang masih mengganggu di kepala Katrina, "Kenapa dia ada di rumah sakit?"

"Ada penembakan ilegal di kediaman Nona Van Solveig, Nyonya. Beritanya sudah menyebar, seluruh kepolisian turun untuk menyelesaikan dan menemukan titik terang dari kasus Nona Van Solveig."

Deg.

Penembakan ilegal?!

Dirinya di tembak makanya tadi ada di brankar seperti mayat hidup?!

Lalu sekarang? Dirinya di ....

"Kau tahu dari mana?"

"Beritanya sudah lumayan lama, Nyonya. Dari bulan lalu tapi memang masih santer, semua orang bertanya-tanya, siapa dalang di balik penembakan Nona Van Solveig."

Sebulan lalu? Sudah sebulan berlalu?!

"Tanggal berapa sekarang? Bulan apa? Dan tahun berapa?!"

"Tanggal dua puluh dua September, Nyonya. Tahun dua ribu dua puluh lima,"

Benar-benar sebulan kemudian, tadi apa katanya? Dirinya kan ditembak ya, kenapa bisa tetap bicara seperti ini tapi dalam kondisi tak dikenali?

"Aku .... Aku siapa?"

"Ya, Nyonya?"

"Jawab saja! Siapa namaku?!" Saking panik dan khawatir, Katrina sampai tidak sengaja membentak kepala pelayan.

"A-Anda, Nyonya Katrina Grasse. Istri dari Tuan Nicholas De Grasse,"

Deg.

Katup bibirnya terbuka ingin bicara, namun ribuan memori menyerang kepalanya dengan ugal-ugalan. Katrina memegang kepalanya, berteriak menahan rasa sakit luar biasa. Keberuntungan yang masih tersisa, dia ada di rumah sakit. Kepala pelayan pun terpontang-panting memanggil ahli medis untuk membantu sang Nyonya yang terus berteriak kesakitan sambil menjambak rambutnya.

***

Bibirnya pucat pasi, tidak ada diagnosa yang pasti tapi satu hal yang sudah pasti, Katrina menyadari dirinya melalui hal yang sangat aneh dan penuh imajinasi dalam hidupnya. Dia harusnya koma setelah penembakan ilegal seperti yang sudah kepala pelayan sampaikan, tapi .... Takdir membawa Katrina ke hal yang menantang dan baru.

Dia menempati raga seorang wanita dengan nama serupa, Katrina. Dia seorang istri dari pebisnis sukses yang dalam memorinya, wajah pria itu mengabur. Tapi yang jelas, Katrina tahu hal terpenting. Hubungan raga ini dengan suaminya sangat hambar dan dingin, mereka dalam satu biduk rumah tangga yang sama tapi seperti dua orang asing dalam satu lingkaran sama.

Sangat tak acuh, terutama sikap suaminya yang tak pernah memandang keberadaannya. Katrina tanpa sadar berdecak, "Jika aku jadi dirimu sehari setelah kalian menikah, akan aku buat pria itu luntang-lantung dalam kegelisahan setiap hari. Ck! Kau terlalu lemah Katrina!"

Ah sial! Memiliki nama sama dengan raga yang jiwanya tempati sekarang, membuatnya tiap mengumpat seperti tengah mengumpati dirinya sendiri. Andaikan memori amburadul tadi tidak hadir memenuhi kepalanya, Katrina tidak akan pernah tahu di mana jiwanya berada, dia hanya akan kebingungan pada segala hal yang abu-abu ini.

Tapi sekarang sudah terlanjur.

Bertahun-tahun raga ini menjadi seorang istri tapi tak ada kemajuan untuk mendekati lebih dulu, entah malas atau takut. Katrina tidak tahu, yang pasti, "Aku akan membuatnya kelimpungan. Aku tidak akan tinggal diam, siapa suruh bertahun-tahun jadi suami istri tapi masih saja kaku dan monoton! Ck! Aku saja muak membayangkannya,"

Bibirnya masih ingin mengomel namun knop pintu yang di tekan ke bawah, membuat Katrina menunggu siapa yang masuk.

Deg.

Pria itu?

Katrina melihat wajah yang tak asing mendekat dengan tampang datar tanpa senyum, "Aku kira aku sudah menjadi duda."

Kening Katrina berkerut, yang tadi kaget kini diubah menjadi kebingungan. Duda? Jangan bilang, kalau pria di depan sana .... Pria yang sungguh Katrina ingat siapa dia, ternyata suami dingin raga ini?

Katrina tak habis pikir, mengapa dunia sangat sempit?

Dia dibuat Ayahnya tak akan pernah bisa bertemu atau melihat pria yang melewati satu malam dengannya itu, tapi takdir, bukan hanya mempertemukan tapi menjadikannya istri pria itu meski di raga orang lain sekali pun. Dan sekarang, melihat sikapnya yang dingin dan tak acuh pada raga ini, Katrina jadi kesal sendiri.

"Kau menyumpahi aku mati?!"

Satu alis Nicholas terangkat, baru kali ini istri pajangannya berani bicara dengan nada sarkas bahkan tatapannya nyalang. "Kalau bisa secepatnya, kau hanya beban."

"Kurang ajar!" Andaikan kakinya tak diperban, sudah Katrina cium bibir yang asal bicara itu─ Eh?

Kan, jiwa-jiwa penggodanya sebagai muncikari muncul lagi. Atau .... Dia jadi muncikari saja? Jalang sekalian, tapi jalang dalam potret edisi terbatas karena hanya akan menggoda suaminya seorang. Ah! Itu menyenangkan, sekalian Katrina ingin mengerjai pria yang pernah melewati satu malam dengannya itu.

Pria yang membuat Ayahnya melakukan segala cara untuknya tidak hamil dari perbuatan itu dan memastikan dirinya tak pernah bertemu dengan Nicholas. Tapi semua sia-sia sekarang, jangankan bertemu, lagi pula Katrina sudah menjadi istri Nicholas. Jika Ayahnya tahu, Katrina yakin, Ayahnya akan langsung menyeretnya pergi dan memaksanya melakukan operasi plastik lagi untuk mengubah identitas.

Membayangkan kemarahan Ayahnya, Katrina menahan senyum. Dia ingat, dia pernah menjalani terapi untuk melupakan kejadian satu malam itu. Ayahnya, benar-benar ingin dia lupa pada kejadian malam itu dan yakin jika Katrina tidak akan pernah mengungkitnya sampai kapan pun. Semua proses itu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun lamanya.

Berhasil, Katrina tak pernah mengingat sosok Nicholas lagi yang menjadi pria pertama yang menyentuhnya. Tapi entah mengapa, sebulan kemudian, ingatannya tentang Nicholas kembali tanpa di suruh. Katrina lebih memilih bungkam, takut jika Ayahnya tahu, dia akan kembali mengikuti terapi untuk memudarkan beberapa ingatannya.

Dari sana, dia lebih sering mengingat tentang Nicholas dalam diam. Tak berani bicara langsung, benar-benar takut Ayahnya akan murka kembali.

Menghembuskan napas kasar, Katrina menatap Nicholas yang tetap menatapnya datar. "Kau suamiku atau patung? Kenapa macam kanebo kering? Sudah menikah tapi seperti magnet yang saling tolak menolak, membosankan!"

Sepasang mata Nicholas berkilat tajam, tak percaya pada apa yang barusan istrinya katakan. Tadi marah saat dikatai mati secepatnya, sekarang?

Apa yang terjadi pada wanita yang dia nikahi ini?

***

Next?

Transmigrasi Muncikari Nakal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang