19 - Keluarga Harmonis?

3K 373 20
                                    

Brak! Brak! Brak!

"DADDY HELP!!"

Nicholas langsung melonjak dari ranjang, dia berjalan cepat membuka pintu, begitu pula dengan Katrina yang ikut terburu-buru menyatukan anak rambut menjadi cepol berantakan, dia juga meraih handuk kimono untuk melapisi gaun tidurnya yang kelewat seksi.

"Sayang,"

"Daddy! Help! Help!"

Nicholas langsung khawatir, bergegas dia menggendong Sky karena takut sesuatu yang buruk terjadi. "Ada apa, son? Katakan, ada yang mengganggumu?"

Dengan wajah ketakutan yang membuat Nicholas kian resah khawatir, Sky mengangguk kan kepalanya. "Daddy! Aku ingat, semalam aku tertidur di kediaman Kakek lalu tiba-tiba terbangun di kamarku! Seorang penyihir telah memindahkan aku secara misterius! Itu mengerikan Dad!"

Nicholas akhirnya memejamkan mata sejenak, dia kira ada apa ternyata perihal semalam yang Nicholas menjemput Sky dan membawa Sky pulang dalam kondisi bocah itu masih terlelap. "Penyihir? Kenapa menyimpulkan penyihir, Nak?"

"Sebab hanya penyihir yang punya kekuatan keren! Bisa mengontrol sesuatu tanpa menyentuh! Aku juga pasti di sulap, di hilangkan dari kediaman Kakek. Aduh, bagaimana jika Kakek khawatir mencari aku, Daddy? Kakek pasti sedang kelimpungan saat ini!"

Bukan lagi memejamkan mata, kini Nicholas geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya. "Daddy yang membawamu pulang,"

"Daddy? Are you serious? Berarti bukan penyihir?"

"Tentu saja bukan, Nak." Nicholas membawa Sky masuk ke dalam kamarnya, bertemu dengan Katrina yang tersenyum ke arah Sky. "Sapa Mommy, sayang."

Sky mengerjap, bocah berusia 5 tahun lebih itu memiringkan kepala, berkali-kali dia berkedip. "Mommy? MOMMY AKU TAHU MOMMY TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKAN AKU!" Sky langsung meronta dari gendongan Nicholas, saat sudah di turunkan, Sky langsung memeluk pinggang Katrina.

Melihat itu, Katrina berlutut, dia membalas pelukan putranya tak kalah erat dengan mata terpejam menahan air mata. Putranya, anak laki-lakinya yang tidak pernah dia tahu telah hadir. Bahkan Katrina sempat lupa jika dia pernah hamil bahkan sampai melahirkan. Hatinya sakit, mengingat semua itu terutama Sky yang tumbuh tanpa peran seorang Ibu.

"Kesayangannya Mommy,"

"Mommy! Hiks hiks! Aku merindukan Mommy! Mengapa semua orang mengubur Mommy? Aku jelas tahu Mommy tidak pernah meninggalkan aku! Ini buktinya kan, Mom?"

Sejenak, Nicholas mau pun Katrina terdiam kaget. "S-sayang?" Katrina terbata-bata bicara pada putranya.

"Ini Mommy! Mommy Sky! Sky bisa lihat kalau ini Mommy! Sky akan bilang pada Kakek jika Mommy masih hidup dan tidak pernah meninggalkan Sky dan Kakek! Mommy, Sky mencintai Mommy!"

"Sky .... Kamu tahu ini Mommy, Nak?"

Sky mengangguk dengan air mata berlinang, "Aku melihat Mommy! Hiks! Mommy hug! Hug! Terus peluk Sky!"

Nicholas tidak bisa lagi berdiam diri, pria itu langsung maju membawa kedua kesayangannya ke dalam pelukan.

Apakah ini takdir terbaik dari Tuhan?

***

"Hahaha! Geli Daddy! Stop! Hahaha!"

Dari arah dapur, Katrina tertawa melihat kelakuan dua laki-laki kesayangannya yang tengah asik bercanda. "Daddy, anaknya jangan diganggu terus dong."

"Maaf Mommy,"

Dan Sky menjulurkan lidahnya meledek sang Ayah, "Wleee! Mommy sayang Sky, Mommy tidak sayang Daddy! Huuu!"

"Kalau Mommy tidak sayang Daddy, kamu tidak akan ada. Kamu yang tidak di sayang, huuu!"

"Ih Daddy!"

Katrina semakin tertawa melihat Nicholas yang tidak pernah mau kalah pada anaknya sendiri, memang ya mereka berdua ini. "Sudah, mau sarapan atau tidak?"

"MAUU!"

Bagian begini saja mereka berdua sama-sama kompak.

"Kalau begitu, duduk dengan tenang dan jangan bercanda terus!"

"Okay, Mommy!"

"Okay, sayang."

Kedua laki-laki berbeda usia itu duduk di tempat masing-masing, Katrina juga dengan telaten menata makanan diatas meja.

"Mommy,"

"Iya, Nak. Ada apa?"

"Sky sayang Mommy,"

Katrina tersenyum gemas mendengarnya, "Mommy juga sayang tampannya Mommy ini."

"Xixi, Mommy cuma sayang aku kan? Mommy tidak salah Daddy kan?"

"Astaga anak tampan!" Nicholas benar-benar tak habis pikir dengan anaknya sendiri yang begitu menyebalkan. Tapi inilah kebahagiaan yang dia tunggu sejak lama, kebahagiaan yang akhirnya tiba. Buah dari kesabarannya dan sang anak, terima kasi takdir.

***

Setelah seminggu penuh menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya, kini Nicholas kembali ke pekerjaannya sebagai pimpinan perusahaan besar. Dia baru selesai memimpin rapat, diikuti beberapa bawahannya, dia melangkah menuju ruangannya namun belum sempat masuk ruangan, seseorang menghampirinya.

"Tuan,"

"Ya, ada apa?"

"Ada yang menunggu Anda di lobi, beliau tidak mau ke ruangan Anda."

Satu alis Nicholas terangkat, dia menatap sang asisten. "Aku ada janji dengan orang, Roche?"

Asisten Roche bergegas menggelengkan kepala, dia sudah memperhatikan jadwal Tuannya dan tidak ada janji temu dengan klien di luar kantor apalagi sampai klien menunggu di lobi. "Tidak ada, Tuan. Jadwal Anda hari ini hanya rapat di perusahaan dan sudah selesai,"

Nicholas mengangguk, "Aku tidak ada urusan dengannya."

Dia pun melanjutkan langkah menuju ruangannya namun asisten Roche di hentikan oleh seseorang yang tadi berbicara. "Tuan Roche, tapi seseorang yang menunggu Tuan sudah menunggu lama. Beliau tidak ingin meninggalkan perusahaan jika belum bertemu dengan Tuan."

"Tuan sudah tidak ingin bertemu, bukan wewenang saya memaksa."

"Tapi Tuan Roche ...."

"Usir saja,"

Asisten Roche melanjutkan langkahnya meninggalkan seseorang tersebut yang menghela napas dengan berat. Apa yang harus dia katakan? Sebab seseorang yang menunggu di lobi sana sudah menunggu dari pagi.

***

Ayo main tebak-tebakan, siapa yang menunggu Nicholas kira-kira??

JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR YAKK!

See you!

Transmigrasi Muncikari Nakal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang