CHAPTER XXX

15 3 0
                                    

Dari seberang sana, manik amaia menatap seorang pemuda yang melambai kepadanya. Melihat senyum lebar yang terpatri di wajahnya membuat amaia membalas lambaian tangannya tak lupa dengan senyum tipisnya. Senyum pemuda tersebut semakin lebar menunjukan gigi putihnya saat amaia membalas lambaian nya

"Dekat?"

Amaia menoleh kesamping tepat devlin tengah berbaring di kursi penumpang "Not really "

"Uh__ huh" balas devlin tidak percaya

"Whatever what do you think " balas amaia sengit

"Ada yang memperhatikan mu" ucap devlin tanpa mengalihkan fokusnya dari buku yang tengah dibacanya

Amaia kembali menoleh pada devlin, sesaat setelah itu ia langsung mengedarkan pandangannya. Dan maniknya jatuh pada manik keir yang tengah menatapnya lekat. Entah apa yang dialami oleh lelaki satu itu, hanya.. tatapan nya terlihat lebih gelap dan dingin. Tak ingin ambil pusing, amaia langsung memutuskan kontak mata tersebut lebih dulu. Hal itu membuat keir yang berada di seberang sana mendecih. Tanpa seseorang tahu tentu saja. Setelah nya keir langsung pergi dengan wajah kusut

"Lo suka sama dia?"

Paul menoleh sambil menyunggingkan senyum miring "Siapa yang gak suka sama amaia? Satu sekolah juga kayanya bakalan jawab iya kalau lo tanya gitu"

Lyell tertawa remeh "Rasa suka lo gak bakal kesampai" Paul langsung terdiam, tertampar kenyataan bahwa mereka beda kaum dan tidak akan pernah bersama. Ditambah dengan peperangan ini, semuanya terasa mustahil

Lyell mengehela nafas "Nevermind, lo disini buat jagain tu anak. Fokus sama itu aja" Lyell langsung berbalik hendak pergi tapi langkahnya tertahan saat mendengar penuturan yang di ucapkan oleh paul

"Gak ada yang bisa ngendaliin hati, semua orang tahu itu" setelah nya Paul langsung melesat pergi meloncati tiap batang pohon yang dilewati nya

Untuk yang ke Sekian kali, lyell kembali menghela nafas. Harus dengan cara apa ia memberi tahu temannya itu. Keir saja sudah mulai tertarik pada amaia dan sekarang temannya malah menambah-nambahi tugasnya. Bolehkah ia makan saja kepala ke2 temannya itu?

꧁ᬊᬁ𝓥 ᬊ᭄꧂

"Sekarang sebagian dirikan tenda, sebagian nya lagi cari kayu bakar. Tapi jangan pergi terlalu dalam hutan, nyasar ribet entar. Oke?" semua siswa pun mengangguk lalu mulai membagi tugas, sebagian mencari kayu bakar lalu setengah nya mendirikan tenda

"Lo bisa masang tenda gak sih? Itu kejauhan supri!" Farkas sungguh lelah, dari tadi mulutnya tidak berhenti mengoceh memberi instruksi pada nathan yang susah di beritahu. Ingin saja rasanya ia memajat pohon lalu bergelantungan sambil teriak. Tapi tentu tidak ia lakukan, ia tidak mau menjadi Tarzan dadakan

"Gue tau bangke!" Balas nathan sambil menancapkan ujung besi tersebut kedalam tanah

"Tau tau, besinya malah lo jauhin yang ada gepeng entar. Ke burung lo gepeng "

Nathan mendelik "Yee kok malah kesitu?!" Enak saja adiknya di ikut libatkan, dia kan tidak salah apa-apa.

Benarkan Felix?

"Jangan bahas itu napa, ada anak kecil disini. Jangan sampe ternodai pikiran polosnya " Nathan dan Farkas sontak langsung mengalihkan pandangan nya pada rilian.

"Anak kecil lo bilang?" Tanya keir, rilian mengangguk cepat

"Mana? " Tanya nathan

"Nih" ucapnya dengan jari telunjuknya yang menunjuk pada dirinya

Keir mengikuti arah tunjuk rilian "Lo?" Rilian kembali mengangguk dengan senyum lebar nya

"Tampang kek tetangga komplek gitu ngaku otak polos" celetuk Farkas

NEW GENERATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang