Lomba akhirnya dilaksanakan di akhir pekan. Wilona yang lebih dulu sampai di lokasi, menunggu Arin.
Motor Arin akhirnya lewat. Wilona segera mengejarnya hingga tempat parkir.
"Rin? Muka Lo pucet banget!! Gapapa?" Tanya Wilona tepat setelah Arin membuka helmnya.
Arin menggeleng tersenyum, "cuma kurang tidur semalem, nervous parah." Ia mengajak Wilona untuk masuk kedalam area lomba.
"Kok bisa, sih! Lo tau itu bakal pengaruh ke fokus Lo, kan!!?" Cerca Wilona.
Arin tersenyum mengangguk, sekali lagi meyakinkan Wilona bahwa dirinya akan baik-baik saja.
"Nih!" Tepat sebelum masuk kelas, Wilona menyerahkan sebotol kopi instan untuk membantu Arin mendapatkan kembali fokusnya.
"Makasih."
Wilona menepuk bahu Arin dan mengangguk, meyakinkan Arin kalau dirinya pasti bisa melewati lomba ini dan menang. Keduanya bertukar tatap dan saling angguk.
Arin menegak kopi pemberian Wilona dan menarik nafasnya dalam. Lomba ini adalah satu-satunya jawaban dari pertanyaan di otaknya, ia harus menang.
30 menit awal, Arin mengerjakan soal itu dengan mudah. Kerja kerasnya belajar membuahkan hasil.
Sampai di akhir soal, kepalanya mulai terasa sakit. Seperti ada sesuatu yang memukul kepalanya didalam sana. Matanya menjadi buram selama beberapa saat. Arin memegang kepalanya, berharap bisa menghilangkan dentuman menyakitkan dari dalam kepalanya.
Ia memaksakan fokusnya. Mencoba mengerjakan sisa soal yang ada, meskipun kepalanya terasa bisa meledak kapan saja.
Selesai waktu lomba, Arin mencoba berdiri namun gravitasi menariknya kembali hingga terjatuh menyentuh lantai.
"Apa kamu sakit?" Tanya pengawas yang segera membantu Arin berdiri kembali.
"Sedikit. Terimakasih bantuannya."
Pengawas itu membantu Arin yang sempoyongan berjalan keluar kelas, niatnya ingin mengantarnya menuju ruang medis.
"Arin!!!" Suara familiar Wilona membuat atensi Arin beralih dan tersenyum.
"Lo kenapa?" Tanya Wilona.
Arin menoleh kepada pengawas itu dan berkata, "saya bisa bareng temen saya, Bu. Terimakasih!"
"Kamu yakin?" Arin mengangguk.
Dengan segera, Wilona menggantikan pengawas itu untuk memapah Arin. Segera setelah menyentuh tubuh Arin, Wilona bisa merasakan hawa panas yang keluar dari tubuhnya. Arin demam.
"Kita ke ruang medis, ya?"
"Nggak usah,"
"Jangan gausah mulu, Rin!! Badan Lo panas gini! Kita ke ru... Arin!!!! Arin!!!"
Belum sempat menyelesaikan Wilona mengomel, Arin kehilangan kesadarannya membuat Wilona oleng dan akhirnya keduanya terjatuh.
"Tolong, pak, bu!!" Teriak Wilona yang segera saja menjadi pusat atensi semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovenemy; [completed]
Fanfictiontwo biggest enemy are going to start a spark of love. watch how they cope with their strange feeling! in fact, not just them whose fall in love in highschool. guess who does?!