"kamu nggak lagi mencoba melakukan sesuatu kan, Arin?" Tanya Soraya.
Setelah mengantar Wilona sampai ke tempat tinggalnya, kini Soraya berkendara menuju rumahnya sendiri. Sembari ia ajukan beberapa pertanyaan untuk anaknya, Arin.
"Sesuatu apa, ma? Aku beneran cuma capek, kok!"
"Mama pikir mungkin kamu coba obat atau apa! Jangan!!!"
Arin tertawa keras sekali.
"Mama ini mikir apasih?!" Cercanya disela-sela tawa.
Soraya tersenyum senang. Lega melihat bagaimana Arin tertawa, sepertinya dia memang sudah lebih baik.
Dalam hatinya Soraya ingin menanyakan perihal Wilona, namun pertanyaan itu tak jadi keluar dari mulutnya. Ia takut pertanyaan itu akan membuat keduanya canggung, apalagi dirinya.
Keesokan harinya, Arin tidak masuk sekolah. Ia istirahat total dirumah, perintah dokter sekaligus mamanya.
"Arin kenapa ngga masuk?" Tanya Nara pada Wilona di jam makan siang.
"Entah, sakit mungkin." Sebenarnya Wilona tau kalau Arin memang tidak masuk karena sakit, sejak kemarin. Tapi ia merasa tidak diberitahu oleh Arin perihal absennya hari ini, rasanya aneh.
Dengan berbekal keberanian dan khawatir, Wilona pergi ke ke rumah Arin, membawa sekeranjang buah yang ia beli.
"Ekhem!..." Ia berdehem membersihkan tenggorokannya.
Ia ketuk pintu rumah Arin dan segera mendapatkan jawaban. Mama Arin membuka pintu itu dan menyambut Wilona dengan senyum sumringah.
"Wilona! Ayo masuk dulu, Arin lagi di kamar mandi." Ajak mama Arin.
Wilona menolak. Ia memberikan keranjang buah itu pada mama Arin dan beralasan bahwa dia harus pergi les setelah ini. Mama Arin tak menaruh rasa curiga sedikitpun dan mempersilahkan Wilona pergi.
Jika harus jujur, Wilona kecewa karena Arin sama sekali tidak menghubunginya. Tapi sekali Wilona mencoba mengingatkan dirinya, dia dan Arin memang tidak dalam situasi harus saling bertukar kabar.
"Lo berharap apa sih, Wilo!" Ia berkata pada diri sendiri.
Wilona tahu Arin sakit, ia sendiri yang menemani Arin di rumah sakit. Tapi ada perasaan aneh mendengar Arin tidak masuk dan dia bukanlah orang pertama yang tahu itu.
Disisi lain, Arin baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat mamanya memotong apel di dapur.
"Kok ada buah?" Tanya Arin.
"Wilona tadi kesini, kamu ngga tau?"
Mendengar perkataan mamanya, Arin lompat dari tempatnya dan segera berlari menuju pintu rumah. Ia bahkan keluar dari rumahnya tanpa menggunakan alas kaki, mencari keberadaan Wilona di sekitar. Hasilnya nihil, Wilona sudah pergi sejak tadi.
"Arin!! Kenapa? Ada apa??" Tanya Soraya panik mengikuti di belakang.
"Kok mama nggak bilang Wilo kesini? Harusnya tadi suruh duduk dulu..." Arin menggerutu.
"Kamu nggak bilang Wilona kalo kamu ngga masuk? Dia kelihatan khawatir dan sedih tadi." Ucap Soraya, makin membangkitkan rasa bersalah pada anak semata wayangnya itu.
"Aaaaa mama... " Arin sekali lagi menggerutu mendengar jawaban mamanya yang memberburuk perasaannya.
"Ayo masuk dan cuci kaki sana!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
lovenemy; [completed]
Fanfictiontwo biggest enemy are going to start a spark of love. watch how they cope with their strange feeling! in fact, not just them whose fall in love in highschool. guess who does?!