Chapter 1: A

237 26 7
                                    

{𝗧𝗵𝗲 𝗖𝗹𝗮𝗶𝗺}𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{𝗧𝗵𝗲 𝗖𝗹𝗮𝗶𝗺}
𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌕

Suasana di dalam mansion itu dipenuhi ketegangan. Lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit menciptakan bayangan samar di atas meja besar yang dikelilingi oleh pria-pria berwajah dingin. Mereka semua adalah bagian dari underworld, dunia yang tidak pernah Anna bayangkan akan menjadi bagian dari hidupnya. Namun, di sinilah dia... terjebak di tengah-tengahnya.

Di ruang pertemuan, Jake duduk di kursinya dengan postur santai, namun penuh kendali. Dia adalah pusat dari semua perhatian, sosok yang tak seorang pun berani menantang.

Anna, yang dipaksa duduk di pangkuannya, merasa wajahnya semakin memerah karena malu dan takut. Pandangan orang-orang di ruangan itu mungkin tampak acuh, tetapi dia tahu bahwa mereka semua melihatnya. Mereka tidak akan berani menentang atau menghakimi ulah Jake, namun tatapan mereka yang sekilas membuatnya semakin tidak nyaman. Dia tak punya pilihan selain menuruti kehendaknya. Ketidaktaatan hanya akan berujung pada hukuman, dan dia sudah cukup tahu bagaimana pria kejam ini menanggapi setiap bentuk perlawanannya.

Jake tidak berkata apa-apa selama pertemuan itu, hanya tangannya yang sesekali menyentuhnya. Tangan dinginnya, yang mendarat di pahanya dengan pelan, membuat napasnya tercekat. Dia tidak bisa bergerak, tidak bisa menolak.

Setelah beberapa jam yang terasa seperti seabad, pertemuan itu akhirnya berakhir. "Pergilah," katanya dengan nada dingin kepada penjaga yang tersisa di pintu. "Aku ingin menghabiskan waktu dengan Anna sekarang."

Satu per satu, para pria itu berdiri, membungkukkan kepala sebagai tanda hormat sebelum meninggalkan ruangan. Saat pintu terakhir tertutup, Jake menyandarkan dirinya ke kursi, menghela napas seolah terbebas dari beban yang besar.

𝘖𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬

Kata-katanya membuat jantungnya berdegup kencang. Jake menatapnya dengan smirk yang selalu membuatnya merasa tidak nyaman. Tangannya yang dingin kembali menyentuh pahanya, bergerak dengan lembut namun tegas.

"Jadi," suaranya rendah dan mengancam, "apakah kau merasa malu di depan mereka atau sebaliknya?"

"Seharusnya kau sudah bisa mengetahui jawabannya."

Dengan cepat Anna mencoba untuk turun dari pangkuannya, tapi sialnya pria ini malah mempererat cengkramannya disekitarnya.

"Menurutmu ke mana kau akan pergi?" dia bertanya, suaranya rendah dan mengancam. Lengannya yang kuat menahannya untuk tetap berada di tempatnya.

"Ini sudah larut."

"Dan?"

𝘈𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯? 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶

A Dangerous AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang