Chapter 3: D

154 22 8
                                    

{𝗧𝗵𝗲 𝗢𝗯𝘀𝗲𝘀𝘀𝗶𝗼𝗻 𝗗𝗲𝗲𝗽𝗲𝗻𝘀}𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{𝗧𝗵𝗲 𝗢𝗯𝘀𝗲𝘀𝘀𝗶𝗼𝗻 𝗗𝗲𝗲𝗽𝗲𝗻𝘀}
𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌑

Malam itu, suasana di dalam ruangan pertemuan terlihat tegang. Cahaya lampu gantung menyinari meja panjang, tempat para pria berjas hitam sedang duduk berdiskusi. Di tengah mereka, duduklah Jake Ravenscroff, wajahnya terlihat serius, dengan tatapan tajam.

"Jadi, kita sepakat dengan rencana pengiriman barang ini," ujar salah satu pria yang duduk di ujung meja.

Dia hanya mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada tumpukan dokumen di depannya. "Pastikan tidak ada kesalahan. Aku tidak ingin ada masalah di kemudian hari,"

"Baiklah, Tuan," jawab pria itu.

Percakapan berlangsung panjang, membahas berbagai urusan bisnis dan strategi yang akan dilakukan oleh organisasi mereka. Setiap kali Jake berbicara, semua orang di ruangan itu terdiam, mendengarkan dengan saksama. Tidak ada yang berani membantahnya, karena mereka tahu betapa berbahayanya jika membuat pria itu marah.

"Rapat selesai."

Pada saat pertemuan itu akhirnya selesai. Jake menghela napas pelan, merasa agak lelah. Para pria di sekitarnya mulai membereskan dokumen dan bersiap untuk pergi.

Saat dia hendak berdiri, seorang wanita dengan gaun merah mendekatinya. Wajahnya cantik, tubuhnya ramping, dan senyum menggoda terukir di bibirnya. "Tuan Ravenscroft, apa Anda tidak ingin sedikit bersantai setelah pertemuan yang panjang ini?" tanya wanita itu sambil menawarkan segelas alkohol.

Jake melirik wanita itu sekilas, dia mengambil gelas itu dan meneguk isinya. Rasa panas dari alkohol segera terasa di tenggorokannya, namun tidak cukup untuk membuatnya mabuk.

Wanita itu tidak menyerah begitu saja. Dia mendekat lebih jauh, hampir menyentuh lengan bos mafia itu. "Anda tahu, banyak pria di sini yang menginginkan saya, tetapi saya hanya tertarik kepada Anda."

Dia diam sejenak, merasakan jarak yang semakin dekat antara mereka. Namun, alih-alih merespons, dia dengan cepat mendorong wanita itu hingga terjatuh di lantai. Tatapannya berubah menjadi dingin, tidak sedikit pun tergoda oleh pesona wanita di depannya.

"Aku tidak tertarik," ucapnya tegas. Wanita itu terkejut, tidak menyangka mendapat penolakan seperti itu.

Pikirannya melayang pada gadis yang selalu ada dalam benaknya. Wanita yang sedang terbaring di lantai mungkin cantik dan menggoda, tetapi Anna jauh lebih menarik bagi Jake, justru karena gadis itu selalu melawan. Setiap upaya pelarian yang dilakukannya hanya membuat Jake semakin tertarik.

Jake mungkin terlihat seperti pria yang tidak berperasaan, tapi sekali dia menginginkan seseorang, dia tidak akan tergoda oleh wanita lain. Itulah yang membedakan dirinya dari pria-pria lainnya. Ketika Jake menginginkan sesuatu, terutama seseorang, dia menjadi obsesif. Dan gadis yang dia tahan saat inilah yang telah mengisi seluruh pikirannya.

Wanita yang ada di lantai itu hanya menatapnya dengan tatapan terluka, tetapi pria itu tidak menunjukkan sedikit pun belas kasihan. "Bangun dan pergilah dari hadapanku,"

Wanita itu berusaha bangkit dengan cepat, malu dengan kejadian yang baru saja terjadi, tetapi dia tidak berani menentang perintahnya.

Sementara itu, rekan-rekan bisnis Jake yang masih berada di ruangan itu hanya bisa terdiam, memperhatikan kejadian itu tanpa berani ikut campur.

Akhirnya salah satu dari mereka, pria dengan rambut abu-abu mencoba tersenyum dan mengangkat gelasnya.

"Pertemuan yang produktif, seperti biasa, Tuan Ravenscroft," katanya, mencoba mencairkan suasana. "Saya yakin kita akan melihat keuntungan besar dari kesepakatan ini."

"Aku akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana," jawabnya singkat sebelum meneguk sisa alkohol di gelasnya.

Saat Jake hendak pergi, pria itu menambahkan, "Kami menantikan kerja sama berikutnya, Tuan."

"Aku juga berharap demikian," jawabnya tanpa menoleh, lalu melangkah keluar dari ruangan.

Jake tersenyum kecil saat berjalan menuju mobilnya. Pikiran tentang Anna selalu membuatnya tersenyum. Dia sudah mengunci gadis itu selama berminggu-minggu, tetapi tikus kecil itu tetap saja keras kepala, selalu mencari cara untuk melarikan diri.

Dia masuk dan duduk di kursi belakang mobilnya, memikirkan langkah selanjutnya.

Saat mobil melaju melalui jalanan kota yang sepi, Jake bersandar di kursi belakang dengan mata terpejam. Suara mesin mobil dan gemuruh jalanan di luar semakin membuatnya tenggelam dalam pikirannya.

𝘏𝘮𝘮

Meskipun tubuhnya terasa sedikit hangat karena alkohol, kesadarannya tetap tajam. Pikirannya mulai melayang, mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, wanita yang mencoba merayunya di ruang pertemuan.

𝘋𝘪𝘢..

Namun, saat dia memikirkan wanita itu, bayangannya berubah. Wajah wanita tersebut memudar, digantikan oleh sosok lain. Sosok yang lebih familiar, yang selalu memenuhi pikirannya setiap kali dia memejamkan mata.

𝘈𝘯𝘯𝘢.

Jake membayangkan gadis itu, gadis yang selalu melawannya, gadis yang selalu menolak takdir yang telah dia tentukan.

Dalam fantasinya, Anna mendekatinya perlahan, dengan tatapan penuh godaan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Gadis nakalnya itu tidak lagi melawan. Kali ini, dia yang mendekat, merayunya seperti gadis yang telah menyerah sepenuhnya.

"Aku menginginkanmu," suara Anna terdengar lembut di telinganya.

𝘚𝘪𝘢𝘭

Jake tersenyum tipis.

Pikirannya semakin liar. Dia membayangkan tangannya meraih pinggangnya, menariknya lebih dekat, hingga tubuh mereka nyaris bersentuhan. Dia membayangkan bagaimana harumnya rambut gadis itu, dan bagaimana suara lembutnya akan terdengar lebih nyata ketika mereka semakin dekat.

"Jake," Anna berbisik lagi.

Jake membuka matanya dalam fantasinya, menatap matanya dalam-dalam, melihat bayangan ketakutan dan keinginan yang tercampur aduk di sana. Sebuah senyum berbahaya muncul di bibirnya saat membayangkan responsnya.

"Apa kau tidak ingin melarikan diri lagi?"

"Aku tidak akan melarikan diri kali ini... Sungguh."

Jake membayangkan jarinya menyentuh lehernya, bergerak perlahan, turun ke bahunya, sebelum menariknya lebih dekat lagi. Jika itu benar-benar terjadi, dia tidak akan ragu untuk membuatnya menjadi miliknya sepenuhnya. Bahkan hmm..

"Aku akan memberimu sesuatu yang istimewa," Jake berbisik.

Anna dalam menatapnya, wajahnya memerah, tetapi dia tidak menolak. "Apa yang akan kau lakukan padaku, Tuan Ravenscroft?"

Jake tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. "Aku akan membuatmu merasakan sesuatu yang belum pernah kau rasakan sebelumnya. Sesuatu yang hanya aku yang bisa memberikannya padamu."

Fantasi itu begitu hidup dalam benaknya, seolah Anna benar-benar ada di sana, di sisinya, siap menyerah padanya kapan saja.

Jake membuka matanya perlahan, kembali ke kenyataan, tetapi senyuman tipis masih tersungging di bibirnya.

{𝗧𝗼 𝗕𝗲 𝗖𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱}

A Dangerous AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang