Chapter 8: D-A

88 15 6
                                    

{𝗧𝗲𝗻𝘀𝗶𝗼𝗻 𝗜𝗻 𝗧𝗵𝗲 𝗚𝗮𝗿𝗱𝗲𝗻}
𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌓

Pertanyaan Evan membuat Jake merasa tidak nyaman, ekspresinya semakin dingin. Dia sama sekali tidak ingin sepupunya mengetahui keberadaan Anna, apalagi peran gadis itu dalam hidupnya. Alih-alih menjawab, dia memilih diam dan melanjutkan makan, berusaha mengabaikan rasa penasaran pria dihadapannya

Tidak puas dengan keheningan itu. Dengan nada sinis, dia berkata, "Aku tidak tahu kau mulai suka bermain dengan wanita."

Dia menatapnya tajam sejenak sebelum menjawab, "Itu bukan urusanmu."

Suasana di meja makan kembali tegang setelah itu, percakapan singkat itu hanya menambah ketidaknyamanan di antara mereka. Setelah sarapan selesai, Evan meninggalkan meja, berjalan menuju kamar tamu untuk mengambil ponselnya sebelum bersiap-siap keluar.

Saat melewati salah satu kamar yang pintunya tertutup rapat, nalurinya berkata bahwa pria misterius itu menyembunyikan sesuatu di sana. Tapi, untuk saat ini, dia memilih untuk tidak melakukan apa pun.

Tak lama kemudian, dia menemuinya yang sedang berdiri di luar, mengisap rokok sambil memandangi hujan yang sudah reda sepenuhnya. "Aku harus pergi untuk urusan penting," katanya datar, "Tapi aku akan kembali nanti sore."

Jake hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa, tidak menunjukkan emosi sedikit pun.

Evan masuk ke dalam mobilnya dan segera melaju pergi, meninggalkan mansion dengan pertanyaan yang masih menggantung di kepalanya.

___

Saat Dia tenggelam dalam pikirannya, suasana di sekitarnya terasa sunyi. Namun, ketenangan itu pecah ketika salah satu anak buahnya dengan pelan menepuk pundaknya, membuatnya menoleh dengan cepat.

"Tuan, ada transaksi persenjataan yang mendadak. Kita harus segera bersiap-siap."

Tanpa membuang waktu, Jake membuang rokoknya ke tanah dan menginjaknya. Dia segera berjalan masuk ke dalam, pikirannya masih melayang pada Evan dan pertanyaannya yang menggangu. Namun, sebelum dia menuju kamarnya, sesuatu menarik perhatiannya. Dia berdiri sejenak di depan pintu kamar Anna, memutuskan untuk memeriksa keadaan gadis itu.

Dia mengetuk pintu dengan pelan dan beberapa saat kemudian, pintu terbuka, Anna muncul di hadapannya. Dia menatap Jake dengan mata yang masih setengah terpejam, kebingungan tampak di wajahnya. Sebelum Anna bisa mengucapkan sepatah kata pun, Jake sudah lebih dulu berkata, "Siapkan setelanku, Luka di tanganku masih terasa sakit."

Kekesalan melintas di wajahnya. "Kenapa harus aku? Bukankah ada banyak pelayan di mansion ini?" jawabnya, berusaha mengekspresikan ketidaksenangannya.

"Ini bukan waktu untuk bertanya," tegasnya.

Anna merasa jengkel, tetapi mengetahui betapa sulitnya berdebat di pagi hari membuatnya menahan diri. Lagipula, dia berpikir, ini bukanlah tugas yang berat. Hanya menyiapkan pakaian untuk pria itu.

Lagi pula, setelah dia pergi dia akan memiliki sedikit kebebasan untuk dirinya sendiri, sesuatu yang sangat dia inginkan.

𝘒𝘶𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶

"Baiklah, aku akan menyiapkannya."

Jake memberi sedikit senyuman, meskipun itu hanya sekilas. "Terima kasih," ujarnya sebelum berbalik dan melanjutkan langkahnya.

𝘔𝘢𝘯𝘫𝘢..

Di sore hari yang cerah, Jake belum juga pulang, dan itu memberinya kesempatan untuk menikmati kebebasannya meskipun hanya sementara.

Dia pergi ke taman di samping mansion, di mana beberapa pelayan sedang merawat tanaman. Suasana sore yang sejuk membuat mereka merasa lebih santai, dan mereka bercanda gurau sambil menikmati suasana yang tenang.

Disaat tengah mengurus tanaman, dia tiba-tiba merasa penasaran dan akhirnya bertanya kepada salah satu pelayan yang sedang bersamanya. "Apa pandapatmu tentang Jake? Aku belum terlalu lama di sini dan tidak pernah menjalin hubungan yang baik dengannya, jadi... Bagaimana menurutmu?"

Pelayan itu tersenyum tipis, tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Tuan Jake adalah orang yang sangat tegas, tapi juga tidak bertindak semena-mena. Meskipun pekerjaannya sebagai mafia, dia tidak pernah merendahkan orang lain. Setidaknya, jika orang itu tidak melakukan kesalahan."

𝘖𝘩 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶𝘬𝘢𝘩?

Anna mengernyit, mencoba mencerna jawaban itu. "Jadi, menurutmu dia bukan orang jahat? Tapi dia seorang kriminal karena sudah berani menculikku."

Pelayan itu menggelengkan kepalanya. "Jika nona sadar, Tuan Jake sama sekali tidak pernah sekalipun bersikap kasar ataupun memaksakan dirinya pada Anda. Mungkin dia memang tidak sebaik itu, tapi aku yakin ada sesuatu yang membuatnya seperti ini."

𝘠𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘵𝘶

Saat dia hendak kembali bertanya, tiba-tiba dia mendengar suara mobil mendekat. Awalnya, dia berpikir itu adalah Jake yang pulang. Namun, saat dia melangkah di jalan setapak, matanya tertuju pada seorang pria asing yang tidak pernah dia temui sebelumnya.

𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢?

Anna menatap pria itu dengan penasaran, dan secara kebetulan pria itu juga melihatnya, mereka saling bertatapan dari kejauhan.

Evan yang tidak mengenali gadis yang jauh disana menatapnya dengan ekspresi membingungkan.

Rasa tidak nyaman mulai menyelimutinya, dan tanpa berpikir panjang, dia berbalik dan berlari kembali ke taman, berusaha menjauh dari tatapan itu.

"Tunggu!"

Dengan langkah kaki yang panjang, Evan segera menyusulnya, dan dalam sekejap dia meraih lengannya, menghentikannya dengan cengkeraman yang kuat. "Siapa kau?" tanyanya serius, nada suaranya menuntut jawaban.

Anna hanya diam, berusaha melepaskan diri dari cengkraman nya, tetapi dia tidak terlalu kuat dibandingkan dengan tenaga seorang pria.

"Anna... Bukankah itu namamu?" Evan mengingat kembali saat pelayan memanggilnya di meja makan tadi pagi.

Mata mereka saling menatap, dan dalam keheningan yang mencekam, ketegangan terasa di antara mereka. Anna merasa jantungnya berdegup kencang, dan seolah waktu berhenti saat mereka terjebak dalam tatapan satu sama lain.

{𝗧𝗼 𝗕𝗲 𝗖𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱}
𝗡𝗼𝘁𝗲: 𝗷𝗶𝗸𝗮𝗹𝗮𝘂 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿𝘀 𝗺𝗲𝗻𝘆𝘂𝗸𝗮𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗶𝗻𝗶, 𝘁𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝘃𝗼𝘁𝗲 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿🖐🏻

A Dangerous AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang