Chapter 18: A

70 5 1
                                    

{𝗧𝗵𝗲 𝗗𝗮𝗿𝗸 𝘁𝗿𝘂𝘁𝗵}𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{𝗧𝗵𝗲 𝗗𝗮𝗿𝗸 𝘁𝗿𝘂𝘁𝗵}
𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌕

___
Ibu Jake berjalan dengan langkah cepat, menyusuri koridor panjang menuju kamar putranya. Ekspresinya tegang, penuh dengan rasa ingin tahu yang mendalam.

Anak buah Jake yang berjaga di depan pintu segera berdiri tegak saat melihatnya mendekat.

"Maaf, Nyonya, kamar ini tidak boleh dimasuki siapapun," salah satu dari mereka mencoba mencegahnya dengan suara tegas, namun tetap sopan.

"Menyingkirlah." wanita itu menatap langsung kearah mereka.

Tidak ada satupun dari mereka yang berani menantang tatapannya, mereka saling bertukar pandang sebelum akhirnya melangkah mundur, membiarkannya lewat.

Tanpa ragu, Mouri membuka pintu besar itu dan melangkah masuk ke dalam kamar yang seharusnya tak tersentuh oleh orang lain.

Dia berjalan perlahan, matanya memindai setiap sudut ruangan, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang gadis yang sempat dia lihat beberapa kali, siapa sebenarnya dia? Mengapa dia ada di sini?

Tatapannya jatuh pada lemari kayu besar di sudut ruangan. Ibu Jake mendekatinya dengan perasaan gelisah yang semakin meningkat. Dengan ragu dia membuka pintu lemari tersebut, memperlihatkan pakaian-pakaian yang tergantung rapi, namun bukan itu yang dia cari.

Dia kemudian mengalihkan perhatian pada beberapa laci di bagian bawah lemari, tangannya agak gemetar saat menarik laci pertama. Di dalamnya hanya ada kertas-kertas dan beberapa benda pribadi Jake. Ia terus mencari, membuka laci kedua. Di sana, dia menemukan sebuah buku catatan yang terlihat mencurigakan, agak tersembunyi di bawah tumpukan barang-barang lainnya.

Perasaan was-was semakin mendominasi dirinya, dia mengambil catatan itu dan membukanya.

Semakin dia membacanya, semakin jelas bahwa ini bukan sekadar catatan biasa, ada sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang tidak ingin diungkapkan oleh putranya.

___
Waktu terasa begitu cepat, namun Anna tidak mengetahui sekarang siang atau malam karena ruangan tempat dia dikurung sangat tertutup, membuat napasnya semakin berat seiring waktu berlalu.

Kegelapan dan udara yang pengap menambah ketidaknyamanan yang dia rasakan.

Namun, yang membuatnya lebih tersiksa bukan hanya suasana ruangan, melainkan pria misterius yang terus menghampirinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah bisa dia jawab.

Tiap kali dia menolak untuk bicara, siksaan fisik menjadi balasan.

Tamparan keras kembali mendarat di pipinya, kepedihan menjalar di wajahnya, tetapi yang lebih menusuk adalah rasa ketidakberdayaan yang ia rasakan sekarang. "Gadis bodoh," pria itu mendesis. "Sudah kubilang, jawablah pertanyaanku dengan jujur."

Anna menatapnya, matanya berkaca-kaca, tetapi juga ada kemarahan didalamnya. "Aku tidak tahu apa pun tentang Jake!" serunya.

Pria itu menghela napas kasar, kemudian dengan gerakan cepat dia menjambak rambutnya. "Kau sangat keras kepala," katanya. "Aku tidak suka menyakiti perempuan, tapi kaulah yang memaksaku."

"Ah! Lepaskan! Sakit!" teriaknya, air mata kini mengalir deras di pipinya.

Pria itu hanya tertawa dingin. "Baiklah, karena kau ada di sini, aku tidak akan menyia-nyiakan seorang wanita cantik seperti dirimu." Senyum liciknya membuatnya semakin merasa terancam, dan dia tahu bahwa situasi ini bisa menjadi lebih buruk.

Anak buah pria itu yang berdiri di sudut ruangan tertawa sinis. Mereka menatap Anna dengan cara yang menjijikkan, seolah dia hanyalah barang tak berharga di mata mereka.

Dia merasa marah dan hinaan dalam tawa mereka menusuk harga dirinya.

"Jangan berani-berani menyentuhku, atau-" Anna memaksakan suaranya yang bergetar untuk mencoba melawannya, namun kalimatnya terputus ketika pria itu menyela kata-katanya.

"Atau mungkin 'tuanmu', Ravenscroft yang terhormat itu, akan membunuhku?" pria itu menirukan dengan nada mengejek.

"Kaulah yang sebenarnya akan dibunuh olehnya, Anna." Pria itu mengucapkan nama Anna dengan nada rendah, seolah meramalkan nasib buruk yang akan terjadi.

Dia menatap pria misterius itu dengan ekspresi tidak percaya. "Apa maksudmu?"

"Oh, sekarang kau berani bertanya dan kau pikir aku akan menjawab dengan jujur?" Pria itu tertawa sinis.

"Kumohon katakan!" Desakan Anna terdengar putus asa, namun hanya mengundang tawa lebih banyak dari sekelilingnya.

Pria misterius itu berjalan mengelilinginya, seperti predator yang mengamati mangsanya. "Jake, pria itu lebih gila dari apa yang kau pikirkan, nona,"

Dia sadar bahwa Jake memang pria yang berbahaya, seorang mafia yang tidak segan-segan melakukan tindakan brutal. Namun saat ini, dia ingin tau lebih banyak dari apa yang dimaksud oleh orang misterius yang ada dihadapannya.

"Apa kau tahu kenapa aku bilang begitu?" dengan kasar dia mencengkram dagunya, memaksanya untuk menatap wajahnya. "Karena dia membunuh ayahnya sendiri."

Ucapannya membuat Anna tertegun, tubuhnya merinding ketakutan saat membayangkan gambaran itu-Jake, pria yang dia kenal, melakukan tindakan kejam yang begitu mengerikan.

"Dan dia juga pernah bilang bahwa dia ingin membunuhmu,"

"Bohong!"

"Tuan Travis tidak akan pernah berbohong," salah satu pria yang berada di sudut ruangan itu menimpali, suaranya datar namun tajam.

"Apakah sekarang kau masih mengharapkan pria kejam itu untuk menyelamatkan mu?" kata Travis dengan senyum liciknya.

"Baiklah, lupakan tentang Jake," Travis melanjutkan. "Katakan saja, apakah kau akan berkompromi denganku atau tidak?"

Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat, menolak tawaran itu.

"Dasar barang bekas tidak tahu diri," pria itu mendengus, menendang kursi yang ada di dekatnya dengan keras, membuat Anna ikut terjatuh ke lantai yang dingin.

Rasa sakit menjalar di tubuhnya saat dia meringis, merasakan sakit di punggungnya dan lututnya yang terbentur. Namun, yang lebih menyakitkan adalah kata-kata itu.

𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨.. 𝘉𝘦𝘬𝘢𝘴?

Apakah orang-orang ini mengira bahwa dia adalah wanita penghibur Jake?

"Sekarang, apakah kau ingin bermain?"

{𝗧𝗼 𝗕𝗲 𝗖𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱}
𝗡𝗼𝘁𝗲: 𝗷𝗶𝗸𝗮𝗹𝗮𝘂 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿𝘀 𝗺𝗲𝗻𝘆𝘂𝗸𝗮𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗶𝗻𝗶, 𝘁𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝘃𝗼𝘁𝗲 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿🌜

A Dangerous AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang