Chapter 22: A

35 4 0
                                    

{𝗧𝗿𝘂𝘁𝗵}𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌕𝘐 𝘵𝘳𝘺 𝘵𝘰 𝘨𝘪𝘷𝘦 𝘮𝘺 𝘣𝘦𝘴𝘵, 𝘐 𝘩𝘰𝘱𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘭𝘪𝘬𝘦 𝘪𝘵 :>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{𝗧𝗿𝘂𝘁𝗵}
𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌕
𝘐 𝘵𝘳𝘺 𝘵𝘰 𝘨𝘪𝘷𝘦 𝘮𝘺 𝘣𝘦𝘴𝘵, 𝘐 𝘩𝘰𝘱𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘭𝘪𝘬𝘦 𝘪𝘵 :>

___
Keesokan harinya, suasana di mansion terasa sepi setelah Jake dan sebagian besar anak buahnya pergi untuk suatu urusan yang mendesak. Pagi itu, mobil-mobil besar keluar dari gerbang utama, menyisakan hanya segelintir staf di tempat itu yang biasanya ramai dengan aktivitas.

Evan, yang biasanya ada juga harus pergi karena urusannya tersendiri. Dia kemungkinan baru akan kembali nanti malam atau bisa juga besok pagi, membuat mansion terasa semakin sunyi.

Situasi ini memberikan wanita itu kesempatan untuk menjalankan rencana yang sudah berputar di kepalanya.

Di sore hari, Mouri duduk di ruang tamu dengan anggun, dan memegang sebuah majalah di tangannya. Meskipun matanya terlihat seolah membaca, pikirannya sama sekali tidak ada pada halaman-halaman di depannya. Pikirannya dipenuhi oleh rencana licik yang telah dia susun.

Senyumnya tipis namun tajam, penuh dengan maksud tersembunyi.

Wanita itu meletakkan majalahnya di meja, lalu memanggil salah satu pelayan. “Pelayan!” serunya.

Suaranya memantul di dinding-dinding ruang tamu, dan tidak lama kemudian, seorang maid datang tergesa-gesa, membungkukkan badan dengan hormat di hadapan majikannya.

“Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” pelayan itu bertanya dengan suara penuh sopan santun, sedikit gugup di hadapan wanita yang dikenal keras dan penuh intrik.

Mouri menatapnya dengan dingin sebelum memberikan perintahnya. “Panggil Anna kemari, sekarang.”

Pelayan itu tampak sedikit ragu, menelan ludah sebelum menjawab dengan hati-hati. "Tapi, Nyonya, Nona Anna-"

"SEKARANG," potongnya dengan suara yang semakin keras, membuat pelayan itu langsung mengangguk cepat.

“Baik, Nyonya. Saya akan segera memanggilnya.” Pelayan itu buru-buru meninggalkan ruang tamu, menuju lantai atas untuk mencarinya.

Mouri bersandar di sofa, di dalam benaknya, dia sudah membayangkan apa yang akan terjadi begitu gadis itu berada di hadapannya. Rencana itu semakin jelas, dan dia tidak akan berhenti sampai gadis itu disingkirkan dari hidup keluarga nya.
___
Anna melangkah dengan ragu menuju ruang tamu. Ketika dia sampai di depan nyonya besar itu, dia menunduk, menyembunyikan kebingungannya. "Ada apa, nyonya?"

𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘬𝘶? 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪?

“Buatkan aku teh,"

Dia mengangkat kepalanya, tatapan bingung terlukis di wajahnya. “Teh?” tanyanya, tidak yakin apakah dia mendengar dengan benar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Dangerous AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang