Chapter 12: D

62 10 5
                                    

{𝗣𝗼𝘀𝘀𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗙𝗹𝗮𝗺𝗲𝘀}𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{𝗣𝗼𝘀𝘀𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗙𝗹𝗮𝗺𝗲𝘀}
𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 🌑

Amarah Jake memuncak saat pandangannya tertuju pada pria yang berani menyentuh Anna. Wajahnya yang biasanya dingin, kini dipenuhi dengan kemarahan yang akan meledak. Tanpa basa-basi, dia langsung mendekati pria itu, langkahnya penuh dengan ancaman.

"Lepaskan dia," kata Jake dengan nada tegas.

Pria itu hanya menatapnya dengan tatapan meremehkan, tidak ada rasa takut sedikit pun di wajahnya. Jake, dengan pakaian yang lebih kasual, tampak seperti pria biasa di mata mereka.

"Memangnya kau siapa? Pacarnya?" salah satu dari pria itu mengejek sambil menatap Anna dengan senyum merendahkan.

Itu adalah kesalahan terbesar yang dia buat.

Tanpa peringatan, dia langsung mencengkeram pergelangan tangan pria itu. Cengkramannya begitu kuat, seolah-olah niatnya adalah mematahkan tulang yang berani menyentuh gadisnya. Suara gesekan tulang terdengar samar saat pria itu berusaha melepaskan diri, tetapi dia hanya mengeratkan cengkeramannya lebih dalam.

"Aku bilang, lepaskan," ulangnya dengan suara yang jauh lebih mengancam.

Pria itu berteriak kesakitan saat lengannya dipelintir, sampai terdengar suara retakan yang tajam. Teriakan pria itu menggema di malam yang sepi, memecah suasana yang sebelumnya tenang di area yang agak sepi itu.

Satu temannya yang tidak terima langsung melancarkan pukulan ke arahnya, tapi dia dengan cepat menangkisnya.

Dalam satu gerakan cepat, dia mengangkat kaki dan menendang pria itu tepat di dada, membuatnya terhuyung dan terjatuh keras ke tanah. Dia langsung berlutut di atas tubuh pria yang terkapar itu, lalu memukul wajahnya tanpa ampun. Setiap pukulan keras, penuh amarah, membuat wajah pria itu semakin hancur dan darah mulai mengalir.

Sementara itu, pria terakhir yang ada di sana mencoba mengambil kesempatan, dengan keberanian yang tersisa, dia mencoba menyerang Jake dari belakang.

Tapi sebelum pukulannya sampai, Anna yang panik mengambil sebuah batu yang agak besar yang ada berada disana, dengan cepat dia menghantam kepala pria itu sekuat tenaga.

Pria itu langsung terhuyung ke belakang, memegangi kepalanya yang berdarah sebelum akhirnya jatuh ke tanah.

Jake yang baru saja selesai dengan korbannya berdiri, dia mendekat kearahnya, memastikan gadisnya aman. Wajahnya masih dipenuhi amarah, tapi ada ketenangan sesaat saat dia menatapnya.

"Hati-hati lain kali," bisiknya pelan tapi tegas.

Dia menarik Anna ke pelukannya, dia membisikkan kata-kata lembut di telinganya. "Tidak ada seorang pun yang boleh menyakitimu, termasuk aku."

Dalam sekejap, pandangannya terhadap pria itu berubah; mungkin dia bukanlah monster yang selama ini dia bayangkan, setidaknya tidak sepenuhnya.

Namun, saat Anna mulai merasa nyaman, tiba-tiba dia mengangkatnya dalam gaya bridal, memeluknya erat.

"Turunkan aku," serunya dengan sedikit panik. "Aku tidak ingin merepotkanmu." dia tahu betapa melelahkannya perkelahian itu, dan dia tidak ingin menambah beban baginya.

Jake tidak menghiraukan perkataannya, dia membawanya menuju mobil. Setibanya di tempat parkir, dia membuka pintu mobil dan dengan lembut mendudukkannya di kursi penumpang samping pengemudi.

"Jangan pernah berpikir bahwa semua tempat yang terlihat menyenangkan itu aman," kata Jake, suaranya tegas namun tetap menyimpan nada khawatir. "Kau mengerti, nona?"

Anna mengangguk, menyadari bahwa semua yang terjadi malam ini adalah akibat dari keputusannya untuk keluar. Rasa bersalah menyelimutinya, mengingat betapa dia memaksanya untuk membawanya ke tempat itu.

"Maaf."

Dia meraih lengannya, mengamati bekas merah di kulitnya yang menunjukkan seberapa keras dia dicengkeram orang pria asing tadi. Tatapan Jake seolah menilai keadaannya dengan saksama, meneliti setiap detailnya.

Anna yang merasakan tatapan itu langsung menarik lengannya dan memberikan senyuman canggung, berusaha mengalihkan perhatian. "Aku baik-baik saja, sungguh," katanya saat berusaha meyakinkannya.

"Jangan berbohong,"

"Sungguh, lebih baik kita kembali sekarang," sarannya, dia berharap bisa mengakhiri malam yang rumit ini.

Jake merasa kesal melihat betapa keras kepalanya gadis itu, dia mencondongkan tubuhnya ke depan, wajahnya sangat dekat dengan wajahnya, tatapan matanya membara, seolah-olah bisa meledak jika gadis itu memprovokasinya lebih jauh.

"Kita akan segera pulang,"

Anna merasa gugup saat merasakan tatapannya yang tajam berfokus pada bibirnya, bebelum dia bisa merespons atau bahkan mengalihkan pandangannya, Jake tiba-tiba mencondongkan tubuhnya lebih dekat dan menciumnya.

Ciuman itu dimulai dengan lembut, tetapi cepat berubah menjadi lebih kasar, setiap sentuhannya seolah mengekspresikan betapa posesifnya dia; dia tidak ingin siapapun menyentuhnya ataupun menyakitinya.

Saat ciuman itu berlangsung, dia benar-benar kehilangan kendalinya, dia merasakan tubuhnya bereaksi terhadap kehadirannya yang begitu dekat, membuat Anna terengah-engah dalam pelukannya.

Ketika Jake melepaskan ciuman itu, dia langsung membuang muka, seolah-olah menyembunyikan sesuatu yang lebih dalam, seakan berusaha mengontrol hasrat yang menggebu di dalam dirinya.

Dia mendesah pelan, menghela napas dalam-dalam, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengemudi pulang.

Namun, saat berada di perjalanan, ketegangan yang mengalir di dalam mobil semakin terasa. Jake benar-benar tersiksa dengan keinginannya.

Tubuhnya semakin keras, merespons setiap detik yang berlalu di dekat gadis itu. Tangannya mencengkeram kemudi dengan erat, seolah itu satu-satunya hal yang menghalanginya dari menyerah pada godaannya.

𝘚𝘪𝘢𝘭

{𝗧𝗼 𝗕𝗲 𝗖𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱}
𝗡𝗼𝘁𝗲: 𝗷𝗶𝗸𝗮𝗹𝗮𝘂 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿𝘀 𝗺𝗲𝗻𝘆𝘂𝗸𝗮𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗶𝗻𝗶, 𝘁𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝘃𝗼𝘁𝗲 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿🌜

A Dangerous AttractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang