08 - Jatuh Cinta itu seperti apa?

256 25 1
                                    

"iya, fix! Dapat dipastikan, lo udah jatuh cinta sama Adjie."

"Gue baru kelar cerita, Ley. Lo cepet banget nyimpulin?"

Bahkan belum sempat mengambil napas baru, Leya segera menyergap Karin dengan kesimpulannya.

"Tapi emang iya, Rin."

Kedua tangan Leya menggenggam bahu Karin, memutar sedikit tubuh Karin yang sedang terduduk di sebelahnya agar bisa berhadapan dengan tubuh Leya yang menyerong.

"Malam itu, lo bisa langsung tidur atau malah susah tidur?"

"Susah."

"Karena mikirin kejadian nyosor itu, kan?"

Karin tidak mau menjawab, ia terlalu takut jika jawabannya dapat menjadi alasan kuat akan kesimpulan Leya barusan.

"Besok paginya waktu lo bangun, lo langsung cek hape buat liat ada notif pesan dari Adjie atau enggak?"

Apa-apaan ini? Leya sejak kapan jadi dukun?

"Lo berharap pulang kantor nanti dijemput sama Adjie karena lo udah kangen setengah mampus dan pengen cepet-cepet liat wajah Adjie lagi, gak?"

Oh, come on. Not this one too.

"Seberapa gak sabarnya lo buat segera meresmikan hubungan kalian setelah kejadian nyosor kemarin."

Karin melepas kasar kedua tangan Leya yang sedari tadi bertanggar di bahunya. "Udah ah, Ley. Pertanyaan macam apa sih itu?"

"Kalo jawabannya sebagian besar bahkan semuanya iya, jelas lo lagi jatuh cinta sekarang, Rin."

Karin menautkan kedua alisnya, "masa semudah itu?" Tanya Karin yang dibalas dengan anggukan yakin dari sahabatnya itu.

"Emang mudah kalo lo ketemu orang yang tepat. Selama ini terasa sulit karena lo salah orang mulu."

"So, he's the one?"

"Butuh validasi kayak gimana sampe lo yakin? Gue tau kok, sebenernya lo juga tau jawabannya. Cuman gak pede aja dengan jawaban yang ada karena pengalaman lo minim."

Lagi, alasan fakir pengalaman.

Karin tidak menyalahkan pengalamannya yang minim terkait hubungan lawan jenis. Setidaknya sampai sejauh ini. Karena sekarang ia memiliki kecemasan baru, Karin takut kalau minimnya pengalaman bisa mengakibatkan hubungannya dengan Adjie tidak berjalan mulus. Seperti, dialah yang menjadi penghalangnya.

"Karin!" Seru Leya terlihat sedikit kuatir. "Tumben lo mikirin, biasanya bodo amat."

"Gatau juga."

"Fix. Jatuh cinta."

Tidak mau ambil pusing. Karin bangkit berdiri dengan membawa nampan berisi tray makan siangnya. "Udahlah, ayo balik."

Seperti sebuah perintah, Leya dengan sukarela mengekor Karin yang berjalan menuju tempat tray bekas pakai. Meletakkan tray masing-masing dan berjualan keluar dari kantin karyawan.

"Eh, lo tau gak? Bu Astrid hari ini terakhir."

Karin segera menoleh ke sumber berita, "hari ini banget? Kok diem-diem."

"Udah rame dari kapan tau, lo aja yang lagi sibuk pacaran. Katanya karena disuruh suaminya buat berenti kerja."

Helaan napas dari keduanya terdengar. Bukan tanpa alasan, Astrid adalah atasan mereka di kantor. Sosok yang selalu menjadi role model kebanyakan wanita di kantor tersebut karena bagi mereka Bu Astrid seperti Puteri Kerajaan.

Normalnya, Ini Tidak Normal.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang