.....
Sedikit menyesal karena Alesha datang di waktu yang menurutnya kurang tepat. Di ruang tamu penuh dengan aneka makanan dan beberapa teman sepak bola Marvin. Tapi yang patut disyukuri adalah Alesha dapat melihat wajah wajah tampan khas orang Eropa.
Sungguh pipi Alesha mulai merona, saat ia masuk ke rumah Eijden, para pemain muda itu langsung menatap ke arah Alesha yang membawa box, tak hanya Alesha memang karena ada juga Emma yang ada didepan Alesha. Tapi tetap saja, Alesha merasa malu ditatap banyak pasang mata lelaki asing.
Tanpa berkata apapun, Alesha mengikuti Emma menuju dapur. Saat ia akan kembali pulang, ia melihat Emma yang cukup kerepotan harus menyiapkan hidangan untuk menjamu tamu Marvin.
"Mrs. Eijden, may I help you prepare all this? " Ucap Alesha menawarkan bantuan.
"Sure, just call me Mom, just like Marvin." Kata Emma dengan senyuman tulus. Membuat Alesha juga turut tersenyum.
Alesha menyiapkan beberapa piring untuk menyajikan makanan. Tanganya bergerak dengan lincah dan terampil. Sejak kecil ia suka memasak bersama ibunya. Alesha hanya membantu membuat makanan yang basic saja, karena Emma membuat makanan Eropa yang masih cukup asing di matanya.
Tiba tiba saja Max datang dengan pakaian formal kerjanya.
"Alesha, Arsen asked me when you came home." Kata Max yang sudah berdiri di samping tubuh mungil Alesha.
"Alesha, you can have dinner with us all. You've helped me prepare this." Emma mengajak Alesha untuk makan malam bersama di rumah Eijden saja.
"I will tell Arsen, his sister will be safe here." Ucap Max dengan tawa riang di akhir. Alesha memandangi wajah Max dari samping, lagi-lagi ia terpesona dengan wajah lelaki disampingnya.
Alesha ingin sekali menolak karena ia cukup tau diri siapa dia disini. Tetapi Emma dan Max tetap membujuk Alesha agar mau makan malam bersama. Untung saja ruang makan terhitung cukup luas sehingga dapat menampung mereka semua, tanpa kepala keluarga Eijden karena beliau masih sibuk dengan pekerjaanya.
Makan malam sudah siap, Marvin dibantu 2 temanya berjalan menuju salah satu kursi. Sebenarnya Marvin kedatangan 5 temannya ditambah ada Alesha, Emma dan Max tentunya. Tapi suasana di meja makan sangatlah ramai. Emma dan Max rupanya telah akrab dengan teman Marvin sehingga mereka enjoy saja, kecuali Alesha yang merasa canggung dan ingin sekali kabur dari ruang makan.
Alesha duduk diapit Emma dan Max, sedangkan kursi yang diduduki Marvin berseberangan dengan Max. Alesha melihat ke sekitar. Teman Marvin ini badanya tinggi-tinggi, 3 diantaranya memiliki warna mata biru dengan rambut blonde, cukup membuat Alesha salah fokus.
Suara tawa itu mulai menghening saat kedua tangan mereka mulai bergerak untuk makan. Alesha sempat melirik Max yang ada di sisi kananya. Max adalah tipe laki laki yang Act of service, dengan inisiatifnya tiba tiba Max mengambilkan tissue dan menawarkan beberapa makanan yang tersaji di atas meja makan.
Disisi lain, Marvin menangkap pergerakan mereka berdua. Ia tak bodoh melihat tingkah malu malu Alesha itu membuat ia sadar bahwa teman masa kecilnya sedang menaruh hati kepada kakaknya, Max.
"Hey, Marvin, don't you want to introduce a girl to us?" Ucap salah satu teman Marvin dengan menunjuk Alesha.
Marvin menoleh sekilas kepada temanya, "No need, she already has a boyfriend." Ucap Marvin ngawur, berbohong kepada temanya. Hal itu membuat mata Alesha membulat tak terima. Tapi ia tidak bisa menyampaikan protesanya.
Emma tertawa kecil, "Why? Are you interested?" Tanya Emma kepada lelaki itu, dan dijawab anggukan. Emma kemudian menyuruh Alesha untuk memperkenalkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Offside Cinta di Negeri Kincir Angin
Ficção Adolescente"Kalau di duniamu, cinta kita menggambarkan situasi offside, artinya tidak sah." Kisah cinta yang tidak mudah antara Alesha Bianca Hoesen perempuan blasteran Indo-Belanda dengan Marvin Frans Eijden, seorang bintang sepak bola asal Negara Belanda. �...