09. Fotografer Pengganti

55 10 0
                                    

Marvin Tengil

||Are you still feeling sad?

No, I'm a strong girl. Tomorrow, introduce me to your friends.

||What the heck, you'd better stay with me.

I hate being with a naughty model like you.

||I'm not being naughty, Caca.

Up to you.


Sudah 3 hari semenjak dikenalkanya Eva dihadapan Alesha. Ia berusaha melupakan hal tersebut. Sekarang, Alesha tengah bersiap-siap. Arsen tadi pagi dengan panik menghubunginya untuk menggantikan temanya yang tiba-tiba harus dilarikan ke rumah sakit karena alerginya kambuh fengan parah sebelum bertugas. Untung saja job ini sesuai dengan passion Alesha, jadi dengan gampang Alesha menyetujuinya. Ini adalah sebuah kesempatan. Arsen menyuruh Alesha menggantikan temanya yang bertugas sebagai fotografer olahraga.

Pekerjaan ini dilakukan nanti jam 6 sore di sebuah stadion yang terletak di Amsterdam. Ada pertandingan bola disana, yang Alesha tau hari ini ada klub tempat Marvin bernaung. Tak melewatkan kesempatan ini, Alesha yang telah siap akan menaiki transportasi umum dari Utrecht menuju Amsterdam. Arsen sudah bilang kepada atasanya mengenai kejadian ini sehingga ini bukanlah ilegal dan kebohongan semata.

Jika hasilnya memuaskan, Alesha dapat mengikuti perekrutan di sebuah perusahaan media atau bahkan bisa mengikuti perekrutan di suatu perusaahan sponsor klub sepak bola bagian media yang berada di Amsterdam.

Perjalanan dari Utrecht ke Amsterdam tak lebih dari 1 jam. Arsen juga menjemput Alesha, jadi ia tak akan seperti anak yang hilang. Arsen langsung membawanya menuju stadion tempat pertandingan berlangsung. Meskipun masih lama, Alesha dan tim Arsen harus melakukan persiapan juga harus mem-briefing Alesha sebagai anggota tim dadakan pada hari ini. Arsen menyerahkan kamera dan id card kepada adiknya.


"Aku percaya kepadamu Ales, bidikanmu yang terbaik." Arsen memberikan kedua jempolnya untuk Alesha. " Kamu akan berdiri di sebelah sana seperti kata temanku tadi Oke?" Ucap Arsen menunjuk sudut tempat yang akan dituju Alesha.

"Siap, Kapten." Jawab Alesha dengan membentuk sikap hormat.

Stadion ini telah ramai dipenuhi oleh para supporter. Para pemain mulai berjalan menuju tengah lapangan. Ada wajah wajah yang cukup familiar dari klub Marvin, mereka yang datang menjenguk Marvin di rumah. Bahkan Noah, lelaki itu menyadari kehadiran Alesha disana.

"Bismillah, okay Stay focused Alesha. You can do it. " Gumam Alesha memberi afeksi positif kepada dirinya sendiri.

Alesha dengan kameranya seperti memiliki dunia tersendiri. Ia banyak membidik gambar dalam pertandingan ini. Ternyata sangat menyenangkan menjadi sport fotografer. Bekerja sambil menonton bola di stadion.

Di lain sisi Marvin datang menonton pertandingan yang sama dengan Alesha. Ia menyadari keberadaan Alesha yang tiba tiba menjadi sibuk dengan kameranya. Marvin duduk ditemani Max dan Eva juga terheran dengan Alesha. Ternyata perempuan itu telah bekerja dengan nyata, maksudnya benar benar turun ke lapangan bukan freelancer yang mengedit dengan laptop di rumahnya.

"Sinds wanneer is Alesha lid van het mediateam?" (Sejak kapan Alesha bergabung dengan tim media itu?) Tanya Marvin yang entah ditujukan siapa. Ia hilang fokus dari lapangan, matanya menatap pergerakan dari Alesha. Tampilanya casual tapi tetap sporty. Rambut panjangnya di kepang menjadi satu dengan topi hitam yang menutupi kepalanya.

"Heel mooi nietwaar?" (Dia cantik bukan?) Goda Max kepada Marvin. Lelaki itu hanya tersenyum kecil, tanpa menyanggah ucapan kakaknya. Memang nyatanya Alesha begitu cantik.

Tiba - tiba kehadiran perempuan berambut  pirang itu mengganggu Marvin. Laura, ia datang dan mencium pipi Marvin secara tiba tiba. Hal itu membuat Marvin sedikit mendorong Laura karena terkejut. Perempuan itu menjadi kesal dengan respon Marvin yang tidak ramah kepadanya, tapi ia tetap duduk di sebelah Marvin.

Marvin tau, Laura memang menyukainya sejak masa sekolah. Tapi ia pernah dulu menolak cinta Laura. Perempuan itu tak menyerah, Laura mulai mendekati Marvin lagi dan lagi. Dulu, ia membiarkan saja. Tapi sekarang Marvin mulai risih.

"Hou op met dit allemaal Laura." (Hentikan semua ini Laura.) Ucap Marvin kesal. Matanya menatap tajam Laura.

"Je bent veranderd sinds ik erachter kwam dat Alesha nu bestaat. Je werd verliefd op hem, nietwaar?" (Kamua berubah sejak aku tahu ada Alesha sekarang. Kamu jatuh cinta kepadanya ya?) Tanya Laura dengan tatapan sedih dan juga marah.

"Hij is gewoon mijn kleine vriend." (Dia hanya teman kecilku.) Ucap Marvin menyanggah perkataan Laura.

"Accepteer dan mijn liefde Marvin!" (Kalau begitu terima cintaku Marvin.) Suara Laura meninggi ditengah keramaian supporter di stadion.

Marvin menghela nafasnya, Ya Tuhan kenapa dia bisa bertemu dengan perempuan se agresif ini.- batinya Frustasi.

"Zoek een andere man die oprecht van je houdt. Maar ik niet Laura." (Carilah pria lain yang mencintaimu dengan tulus. Tapi bukan aku Laura.)

" Ik zal blijven proberen te laten zien hoeveel ik van je hou." (Aku akan berusaha untuk menunjukkan sebesar apa cintaku kepadamu.) Ucap Laura dengan tegas kemudian ia fokuskan pandanganya menatap lapangan bola.

Max yang ada disamping mereka mendengar semuanya, hanya saja ia tak akan ikut campur dalam hubungan Marvin dan Laura. Biarlah sikap Marvin yang memperjelas, ketegasan Marvin akan menjawab usaha Laura. Max percaya adiknya ini mampu menyelesaikan masalah cintanya sendiri. Sedangkan yang ia yakin, hati adiknya ini telah terisi Alesha, gadis ceria yang baru saja datang ke Negeri Belanda setelah sekian lama. Hanya saja Marvin mungkin membutuhkan waktu untuk meyakinkan perasaanya.

____________________________________________

BERSAMBUNG....

Offside Cinta di Negeri Kincir AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang