....
Sorakan gemuruh memenuhi stadion saat peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan berbunyi. FC Amsterdam Storm, klub Marvin bernaung berhasil keluar sebagai pemenang. Di tengah euforia kemenangan, Alesha sibuk mengabadikan momen spesial ini. Sungguh melihat euforia ini ia rindu ingin menonton timnas Indonesia di GBK yang memiliki supporter hebat dan siap mendukung.
Lensa kameranya tertuju pada Noah, kapten tim yang baru saja dinobatkan sebagai man of the match. Dengan senyum lebar, Noah tampak begitu bersinar. Alesha tak ragu untuk meminta Noah berpose untuk beberapa foto. Keduanya pun terlibat dalam percakapan ringan, bertukar nama Instagram sebagai kenang-kenangan.
"Wow Alesha, so you're part of the media team, huh? " Tanya Noah.
"Yes, you see, actually I'm just replacing someone. Do you want to see the photo?" Tanya Alesha.
Kapten muda berusia 24 tahun itu antusias melihat fotonya di kamera yang dipegang oleh Alesha.
"Great shot, even the candids are spot on." Ucap Noah memuji hasil bidikan gambar Alesha.
"You are a professional photographer, it turns out." Tambahnya.
"Not really, Noah."
Interaksi itu disaksikan banyak orang yang masih ada di stadion. Entah dari tim dan para supporter. Noah juga pemain yang tampan. Fans wanitanya pasti tak kalah banyak.
Di tengah kegembiraan itu, Alesha dikejutkan oleh kehadiran sosok yang tak terduga. Marvin, datang ke stadion meski kakinya masih dalam masa pemulihan akibat cedera. Tatapan Marvin langsung terarah pada Alesha dan Noah yang sedang berbincang akrab. Ia melangkah dengan pelan sendirian.
"Marvin! You come?" Noah tertawa memeluk Marvin dengan tepukan di bahunya.
Marvin mengucapkan selamat kepada temannya itu. Ia turut bangga dengan hasil kerja keras teman temanya, skor 2-1 yang diperoleh timnya dengan penuh perjuangan.
"Marvin, would you like to introduce your friend to me? your teammate is handsome too." Ucap Alesha kepada Marvin yang mendengus kesal. Ia heran, ternyata Alesha bersungguh-sungguh dengan ketikanya pada saat itu ya?
"No! Alesha, didn't you say you were part of the media team here?" Tanya Marvin, nadanya sedikit terasa tak bersahabat.
"Kak Arsen contacted me to replace his friend who suddenly sick. I didn't want to miss it either." Ucap Alesha menunduk seperti anak perempuan yang dimarahi oleh ayahnya. Aura Marvin berbeda, bukan lagi tengil.
"You look really close to Noah." Kata Marvin.
"He's fun, Besides, Noah and I have met, even if only once."
"Just once, you can immediately get close to a stranger? what if he takes advantage of your good attitude Alesha?" Nada Marvin naik. Alesha tersentak mendengarnya.
"Kok marah marah sih?"
"You frustrate me." Menghela nafas sambil melihat ke sisi kanan lapangan, Marvin berucap kembali "Sorry, I have to meet my other friends." Ucap Marvin mengelus kepala Alesha. Marvin melangkah tertatih menuju kerumunan temanya yang cukup jauh dari tempat Alesha berdiri.
Setelah pertandingan usai, Alesha mulai berkemas untuk pulang. Saat hendak meninggalkan stadion, Laura, sahabat Marvin, menghampirinya. Dengan nada tinggi, Laura memperingatkan Alesha agar menjaga jarak dengan Marvin.
"Don't go near Marvin again! you will know the consequences." ancam Laura.
Alesha terkejut dengan sikap Laura yang tiba-tiba berubah menjadi agresif. Ia berusaha menjelaskan bahwa tidak ada hubungan spesial antara dirinya dan Marvin.
"Sorry but Marvin and I are not in any relationship. Just friends." Ucap Alesha, namun Laura tak mau mendengarkan.
"Are you really his girlfriend? " pertanyaan Alesha rupanya memancing amarah Laura.
"Shut up, bitch!" Ucap Laura. Untung disekitar gerbang keluar ini tak terlalu ramai.
"Wow, calm down Laura. Am I that attractive that you're afraid Marvin will turn away?" Sarkas Alesha. Tanpa menunggu jawaban Laura, ia melangkah menuju mobil Arsen dan tim dari media yang sama.
Dalam perjalanan pulang, Alesha terus memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya. Ia hanya ingin menikmati hobinya sebagai fotografer dan tidak ingin terlibat dalam perselisihan yang tidak perlu. Namun, tampaknya tak semudah itu untuk menghindari masalah.
****
Arsen duduk di sebelah Alesha yang sedang menonton TV. Kejadian stadion sudah 3 hari berlalu. Ia sudah melupakan hal itu. Bahkan selama 3 hari ini Alesha tak berkomunikasi dengan Marvin. Jika bertemu menghindar dan di media sosial Alesha tak menjawab pesan yang dikirimkan oleh Marvin.
Laura bukanlah wanita sembarangan, ia seorang model terkenal asal Amsterdam. Wajahnya banyak nampak dimana-mana. Dibandingkan dengan Alesha... ah dia jadi insecure.
"Ales, mereka tertarik dengan hasil kerjamu kemarin." Ucap Arsen.
"Oh iya? Terus gimana?" Tanya Alesha tak sabar.
"Kamu dipanggil ke kantor untuk diberi jadwal seleksi terlebih dahulu kemudian jika berhasil akan menjalani masa magang?"
Alesha berpikir, ia khawatir dengan bahasa Belandanya yang tak cukup bagus.
"Kak, bahasa Belandaku masih kurang bagus."
"It's Ok, di kantor banyak staff luar Belanda. Kami sering berbahasa Inggris disana. Tenang saja terus upgrade bahasa Belandamu. Lagipula, kamu bukanya tidak bisa, hanya perlu belajar sedikit lagi." Ucap Arsen meyakinkan adiknya.
Alesha berteriak senang, ia memeluk Arsen dan melompat lompat kecil. Akhirnya ia tidak menjadi pengangguran, ya meskipun ia masih akan seleksi dan magang. Tapi ini adalah awal yang cukup bagus bukan? Ia sudah dipuji oleh atasan Arsen, jadi ia memiliki peluang yang cukup untuk bekerja di perusahaan media tersebut. Harus optimis dan positive thinking.
____________________________________________
BERSAMBUNG...
FC Amsterdam Storm itu fiksi ya gusy :)
Jangan lupa vote and comment!
Thank you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Offside Cinta di Negeri Kincir Angin
Teen Fiction"Kalau di duniamu, cinta kita menggambarkan situasi offside, artinya tidak sah." Kisah cinta yang tidak mudah antara Alesha Bianca Hoesen perempuan blasteran Indo-Belanda dengan Marvin Frans Eijden, seorang bintang sepak bola asal Negara Belanda. �...