.....
Kringg....Kring....
Suara alarm di kamar Alesha berbunyi. Ia segera bangun dan bersiap akan melaksanakan ibadah subuh. Rumah Hoesen sangat menerapkan sikap toleransi karena dalam satu rumah terdapat 2 keyakinan yang berbeda di satu keluarga. Tapi hal ini tak menjadi masalah. Stevan dan lainya menghargai keputusan Alesha dengan keyakinan yang dianutnya.
Mata Alesha terasa berat saat ia bangun dari tidurnya. Setelah menangis dipelukan Gio, ia malah tertidur hingga melewatkan makan malamnya. Setelah sholat, Alesha termenung di depan cermin. Matanya sembab, perasaanya juga masih belum baik.
Alesha membuka laptopnya, ia akan mengirimkan hasil pekerjaanya sesuai kesepakatan. Setelahnya ia langsung bersih diri dan bersih kamar. Alesha menuju dapur untuk mengambil es batu dan sendok besi, ini digunakan untuk mengurangi mata bengkak.
"Alesha?"
Alesha menoleh e sumber suara, disana ada Anya berdiri, melangkah menghampirinya. Tanpa kata Anya langsung mendekap hangat putri sambungnya. Meskipun Alesha bukan anak kandungnya, tapi ia menyayanginya dengan tulus. Alesha membalas memeluk Anya, lagi lagi air matanya keluar.
"Let out the tightness in your heart. " Ucap Anya mengelus punggung Alesha. Suara sesenggukan Alesha terdengar di dapur, "Everything will be fine, okay." Anya menenangkan.
"Sorry, Ibu."
"It's okay, it's okay."
Alesha segera menyudahi tangisnya. Ia mengusap wajahnya dengan tanganya.
"Duduklah disana Alesha." Ucap Anya menyuruh Alesha duduk di kursi.
Alesha menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, aku akan membantu ibu."
Saat sarapan hari ini semua anggota keluarga lengkap. Ryan, pemuda tinggi itu telah kembali ke rumah semalam.
"Alesha, are you okay?" Tanya Stevan. Ia tau semalam putrinya menangis dan tertidur di pelukan putra sulungnya. Gio pun telah menceritakan kejadian tersebut kepada Stevan, Anya dan Arsen.
Alesha mengangguk dan tersenyum manis. "I'm Okey, Ayah. Don't worry." Ucap Alesha berusaha meyakinkan agar semua orang tak khawatir padanya.
Setelah sarapan Stevan, Gio dan Arsen berangkat untuk bekerja. Anya sedang tidak ada pekerjaan dan Ryan masih tetap ada dirumah usah bertanding.
"Alesha, come cycling with me. Just a short route, just around here." Ucap Ryan mengajak Alesha bersepedah.
"Okay." Alesha menyetujui. Sepertinya bersepedah akan menjadi hobi barunya. Mengingat lingkungan di negara ini memang mayoritas menggunakan sepedah dalam menunjang aktivitas mereka.
Setelah beberapa saat keduanya telah siap. Sudah berada di teras rumah untuk mengecek sepedahnya.
"Mam, we gaan weg, oké?" (Mom, kami berangkat ya.) Ucap Ryan.
"Ya, hati-hati."
Mereka berdua memulai kegiatan bersepedah. Ryan berada di depan, memimpin perjalanan. Kali ini ia mengambil jalan yang berbeda, sehingga Alesha mengikuti Ryan saja.
****
Sebatang chocolate milk diberikan ke tangan Alesha. Ryan yang memberikanya. Meskipun terkesan cuek, menurut Alesha Ryan ini perhatian.
"Kamu sudah ada pacar ya. Kok seperhatian ini sih." Ucap Alesha jenaka.
"Memang harus ada pacar dulu agar bisa memberi perhatian kepada saudara?" Ucap Ryan sedikit sarkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Offside Cinta di Negeri Kincir Angin
Novela Juvenil"Kalau di duniamu, cinta kita menggambarkan situasi offside, artinya tidak sah." Kisah cinta yang tidak mudah antara Alesha Bianca Hoesen perempuan blasteran Indo-Belanda dengan Marvin Frans Eijden, seorang bintang sepak bola asal Negara Belanda. �...