Bab 3.

19.3K 2K 45
                                    



Di suatu rumah, terdapat sepasang suami istri yang berdiam di samping ranjang kecil milik putra semata wayang mereka. Si ayah memandang sang putra dengan tatapan kosong sementara ibunya terisak pelan. Keduanya dilanda sedih dikarenakan putra mereka yang tak bangun dari tidur.

"Pah, gimana ini. Kenapa Dean ga bangun-bangun, " lirihnya bertanya pada sang suami. Ditengah kebingungan yang dia rasakan, Dia tidak tau apa yang harus dilakukan. Putranya tertidur dengan sangat nyenyak tanpa niat ingin membuka mata.

Si ayah hanya menggeleng pelan, dia menjawab. "Aku tidak tau mah. Berdoa saja semoga ada keajaiban." Hanya itu yang bisa ayah katakan. Karena memang dirinya sedang frustasi akan kondisi putra satu-satunya itu.

Tubuh Dean sudah tertidur selama tiga hari dan tak bangun-bangun, kondisi ini ditemukan pertama kali oleh sang ibu ketika dia berniat untuk membangunkan sang anak. Namun Dean yang biasanya terbangun tak menyahuti panggilannya.

Ibu memaklumi mungkin putranya ingi tertidur lebih lama. Akan tetapi sangat berbeda ketika sang putra sudah tertidur selama 24 jam full. Dengan panik ibu mengatakan hal tersebut pada sang ayah.

Mereka pun mencoba membangunkan Dean. Akan tetapi putra mereka sama sekali tak bangun. Padahal nafas Dean teratur, tetapi pemuda itu enggan membuka mata. Pada awalnya ayah marah berpikir bahwa Dean sedang mengerjai mereka. Namun terkaan itu harus berhenti di hari kedua.

Ayah pun memanggil dokter setempat. Mereka mengatakan bahwa Dean tidak apa-apa. Karena tak mendapatkan jawaban pasti, dengan meminjam mobil tetangga, Ayah membawa Dean kerumah sakit, jawaban dokter pun sama.

Mendapatkan hasil tak memuaskan, Ayah pun memanggil orang pintar, dukun bahkan paranormal. Semua mengatakan tidak ada yang salah dengan Dean dan berkata bahwa putranya tengah tertidur pulas

Ayah dan ibu pun mencoba segala cara agar putra mereka bangun, tetapi Dean tak bergeming padahal mereka sudah memakai cara ekstrem untuk membangunkan anak mereka. Ayah ingin membawa Dean kerumah sakit yang lebih besar dan lengkap. Tetapi ayah tak memiliki banyak uang.

"Dean, mimpimu enak sekali ya?" Nafas ibu tercekat. Dia seakan tak mampu bernafas dengan benar. Jika seperti ini, Ibu tak masalah dengan kenakalan serta keusilan yang dilakukan putranya setiap hari.

Dia akan membiarkan anak laki nya ini membeli banyak sekali novel menggunakan hasil kerja kerasnya sendiri. Ibu lebih suka rumah ramai dari pada sepi seperti sekarang. Ibu tidak menyukainya.. Peramai satu-satunya dikeluarga berada dalam tidur panjang.

"Dean bangun nak. Ibu akan memasakkan nasi goreng kesukaan kamu. Kenapa kamu tutup rapat kedua matamu itu." Perlahan ibu mulai beringsut keatas ranjang. Membuka selimut yang menutupi tubuh Dean dan masuk kedalam sana. Memeluk putranya erat dan menenggelamkan wajah yang terisak itu pada lengan Dean.

Ayah tak bisa melakukan apapun selain mengelus kepala sang istri. Menenangkan istrinya dengan elusan dikepala. Sejujurnya dia tengah bingung. Namun dia memilih berdiri. "Mah, aku keluar dulu. Jaga Dean."

Dari pada berdiam diri dan terpaku, lebih baik ayah keluar mencari solusi. Dia akan menemukan seseorang untuk ia minta tolong bantu menyadarkan putranya. Siapapun itu... Semoga ada keajaiban  dan menyadarkan sang putra.

Dia sedih patner nongkrongnya harus terkulai diranjang. Walaupun pada akhirnya, dirinya lahbuag seperti orang menyedihkan.

*

Huwek!!

Mendengar suara orang muntah, dengan cepat Galaksi menurunkan  orang yang sudah dia gendong sejak tadi. Mengangkat kedua tangan ketika cairan kental mengalir melewati dadanya. Dia menatap kebawah dimana tatapannya langsung bersitubruk dengan sikecil.

Hiks!

"Jangan salahin aku loh ya! Kenapa juga aku digituin. Aku kan mual, muntah kan? Pokoknya bukan salah aku, " cerocos Dean disela isakannya. Bibirnya bergetar karena tangis. Sial, dia takut. Ditatap tajam oleh empat manusia Titan. Apalagi Galaksi.

Galaksi adalah orang yang kejam, jika itu orang lain, mungkin Galaksi akan menghajar habis seseorang yang telah muntah di bahunya. Tetapi, spesial untuk bocah manis didepannya.. Alih-alih ingin marah, Galaksi lebih dulu gemas.

Dean sudah seperti kelinci bergetar yang mencoba untuk melawan padahal dirinya tengah ketakutan.

"Hiks, bukan salahku." Dean menghapus air matanya dengan lengan. Memandang Galaksi berkaca-kaca. Dia tidak akan di tikam kan? Dia tak akan dihantam kan? Anak setampan dia tak akan pulang bonyok dihari pertama sekolah kan? Kan???

Para murid dari dalam kelas melihat posisi Dean berbisik kasihan. Mereka mengira bahwa Dean akan habis setelah ini. Dean membuat masalah dengan geng Galaksi dihari pertama masuk. Sangat disayangkan anak seimut Dean akan menjadi target Galaksi dan kawan-kawan.

Puk!

Galaksi menepuk kepala Dean. Galaksi menoleh pada Candra, dia melirik Dean kemudian Candra mengangguk. Galaksi pergi untuk membersihkan diri. Sementara Candra menyamakan tingginya dengan tinggi Dean. "Berhenti nangis dan masuk kedalam. Istirahat nanti jangan kemana-mana sebelum kami kesini."

Dean mengangguk patuh, melihat kepergian Galaksi.  Sepertinya pagi ini dia selamat. Dean segera memasuki kelasnya, tanpa menjawab ucapan Candra. Dia ingin lekas pergi dari hadapan pemuda-pemuda yang memiliki tatapan tajam itu.

'Hiiii.. Mengerikan!' serunya dalam hati sembari menangis ingus.




Tbc.

Saudara Antagonis - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang