Bab 5.

17.4K 1.9K 33
                                    



Setelah melakukan ritualnya, Dean bergegas menuju bawah. Berdoa supaya Bulan tidak kembali ke dalam kamar. Matanya menangkap siluet Bulan yang duduk di meja makan, menikmati sesuatu seperti mie dengan segelas air dingin.

"Oh masih sempat!" seru Dean. Dia lekas melangkah mendekati Bulan. Sesungguhnya Dean ingin dekat dan mencoba untuk mengajak kakak Kana itu mengobrol. Walaupun beberapa kali mendapatkan penolakan, Dean tak akan berhenti begitu saja.

Bulan masih bungkam.

Dean paham, bahwa perempuan itu benar-benar kehilangan binar cerianya. Bulan merupakan gadis yang selalu menyapa keluarga dengan hangat, menepuk kepala Arkana setiap pagi, atau selalu menampilkan senyuman.

Poin minusnya, Bulan merupakan remaja labil seperti kebanyakan remaja lainnya. Ketika dia terpaku pada sesuatu, Bulan begitu terobsesi mendapatkan Galaksi hingga membeli afrodisiak yang dicampur ke dalam minuman milik Galaksi.

Pada saat itu, ketika Galaksi selesai bermain basket. Bulan datang membawa sebotol minuman air putih. Itu pun bukan pertama kali Bulan melakukannya. Akan tetapi ketika itu berbeda, Bulan sangat memaksa sehingga Galaksi terpaksa meminumnya. Obatnya tak langsung bekerja, terbukti bahwa Galaksi masih bisa melanjutkan satu kali pertandingan.

Ketika pertandingan itu selesai, Bulan datang dan meminta tolong pada Galaksi untuk membawa setumpuk buku. Galaksi yang sudah jengah dengan Bulan pun segera mengambil alih buku tersebut. Berpikir bahwa Bulan tak akan lagi mengganggu dirinya.

Akan tetapi ketika sampai digudang, Galaksi tiba-tiba merasakan panas di seluruh tubuhnya. Bulan yang paham jika obat itu bekerja segera mengunci gudang dari dalam. Dia menyeringai puas karena berhasil membuat Galaksi terjebak.

Saat dia mencoba mendekati Galaksi dengan suara mendayu, bukannya tergoda, Galaksi malah mendorong tubuh Bulan. Menatap tajam dan jijik pada gadis yang dia sangka telah menjebak dirinya hingga saat ini.

Bulan tak menyerah begitu saja, dia menggoda Galaksi sampai nekat membuka kancing bajunya dan menempelkan payudaranya pada lengan Galaksi.

Galaksi sama sekali tidak tergoda. Dia kembali mendorong Bulan secara kuat. Tarik ulur itu terjadi beberapa kali dengan Bulan yang selalu mencoba menggoda Gala. Galaksi muak dan membanting Bulan ke lantai. Menduduki Bulan dan melakukan handjob untuk mengurangi efek obat.

Disana Bulan tak merasa enak meskipun memiliki pemandangan yang luar biasa. Karena Galaksi menduduki dirinya tanpa mengurangi berat badan. Tentu saja Bulan merasakan sesak luar biasa. Apalagi perbandingan badan yang sangat kentara.

Terhitung empat kali dia dibanting oleh Galaksi. Tak berhenti disitu, setelah Galaksi orgasme, lelaki itu mengencingi Bulan dari atas tepat pada wajah gadis tersebut. Kemudian meludahi Bulan dan memandangnya dengan pandangan hina.

Lalu setelahnya keluar meninggalkan Bulan dengan perasaan trauma. Ketika semua rencananya tak berjala mulus. Dirinya malah mendapatkan penghinaan luar biasa dari seseorang yang begitu dia sukai.

Bulan menjadi target bullyan ketika Galaksi secara gamblang menyuruh para pembully menargetkan Bulan. Dengan cerita yang ia bawa, mengatakan bahwa dia telah dilecehkan.

Dimulai dari hari itu, sekolah tempat Bulan menimba ilmu menjadi neraka baginya. Senyum hangat Bulan menghilang tertelan oleh rasa malu yang tak bisa dijabarkan.

Bahkan kala itu, James mengatakan bahwa dia sangat malu memiliki putri seperti Bulan. Merendahkan diri hanya demi lelaki. Membuang harga diri, menghilangkan rasa malu dalam diri dan menimbulkan gunjingan terhadap keluarga Alaska.

"Wah mie? Mau dong kak." Bertingkah manis dengan wajah ceria, Dean berseru dan menatap mie yang dikonsumsi Bulan dengan pandangan berbinar. Bergantian menatap wajah yang seperti Jessy itu. Wajah datar dengan pandangan kosong, menyuap mie ke dalam mulut. Tidak ada wajah menikmati makanan disana.

"... "

"Kak, aku minta ya. " Mempertahankan wajah polosnya, Dean mengambil satu biji mie yang terulur panjang. Memasukkannya ke dalam mulut, menyapa langsung lidah yang sama sekali tak tahan pedas.

Demi rencana, Dean menahannya.

"... "

Dean menarik kursi, duduk disebelah Bulan. Dia tersenyum dan mengambil mie itu lagi. Dia berkata... "Kakak, aku tadi masuk sekolah loh. Sekolahnya gede, kalo ga salah namanya Antariksa, " ujar Dean santai.

Karena posisi Arkana disini tidak mengetahui apapun tentang permasalahan Bulan. Keluarganya menyembunyikan semuanya dari si bungsu yang teramat menyayangi kakaknya.

Pupil mata Bulan mengecil, gadis itu sontak menatap Dean yang masih menampilkan wajah polos. Menangkap kedua bahu Dean dan mencengkramnya kuat. "Kau!! Kenapa kau sekolah disana!!" teriak Bulan.

Mempertanyakan mengapa adiknya datang pada tempat yang membuatnya memiliki mimpi buruk. Kenangan tak mengenakkan hingga perlakuan yang sama dia dapat disekolah barunya.

Dia harus menanggung semuanya ketika rencana miliknya telah gagal total. Semua orang menggunjing dirinya, mengatainya wanita murahan dan sering merundung dirinya tanpa ampun.

"Ugh kakak sakit." Mata Dean berkaca-kaca. Dia menatap mata tajam Bulan. Semua, demi menjadi lebih dekat dengan sang Bulan. Wanita berparas cantik yang telah kehilangan sinarnya. Apalagi baru pertama kali Bukan menotice dirinya.

Bulan sadar akan perbuatannya. Dia membawa Dean ke dalam pelukannya. Disana, Dean merasakan detak jantung milik Bulan berdegup sangat kencang. Dean bisa merasakan ketakutan yah dialami oleh Bulan.

Bulan melepaskan pelukannya. "K-kakak akan mengatakan pada ayah. Kau harus segera keluar dari sana. " Kemudian berlari pergi. Meskipun dia dikondisi memprihatinkan, Bulan tetap khawatir pada adiknya.






Tbc.

Saudara Antagonis - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang