Bab 13.

18.2K 1.8K 118
                                    


18++

Mohon yang dibawah usia ini jangan baca. Ada sedikit adegan ekhemm...
































































Kanaya menunggu jemputannya, duduk di pos tunggu sembari memainkan ponsel. Sesekali dirinya menengok jam tangan untuk melihat berapa lama dia telah menunggu jemputan. Berdecak kesal karena meski telah lama, belum ada tanda-tanda dari kedatangan penjemputnya.

"Pak Karto kemana sih!"ujarnya marah. Dia sudah tak bisa menahan raut marahnya. Wajahnya memerah sangat kontras dengan kulit putihnya. Dia sangat tak suka menunggu, lalu sekarang dibuat menunggu dengan sangat lama.

Tetapi kekesalannya terhenti saat melihat video yang berhasil dia sebar luaskan. Sungguh, dirinya sangat senang karena telah berhasil menghancurkan Bulan. "Dia bodoh sekali, mau saja aku bohongi, " ujarnya kemudian tertawa.

Mengingat betapa gampang dia mempengaruhi Bulan untuk melakukan rencana itu. Awalnya, Kanaya tak pernah berpikir bahwa Galaksi bisa tahan dari obat perangsang. Namun meski tidak sesuai ekpetasi, Kanaya malah mendapatkan hal yang lebih dari ekspetasinya.

Untung saja dia telah menaruh satu CCTV di balik kain yang ada di gudang. Memudahkan dia untuk melancarkan aksi mempermalukan Bulan di hadapan publik. Hingga dia bisa leluasa untuk mendekati Galaksi.

"Lucu sekali." Dia pun mengingat-ingat hubungan Galaksi dan Renjana  yang telah merenggang. Rencananya berhasil menyingkirkan semua pesaingnya.

Dia juga menyebarluaskan aib Galaksi dan mengeditnya sedemikian rupa sampai membuat banyak orang di buat salah paham. Kanaya tak menyesal, dia berpikiri bahwa saingannya akan banyak berkurang dan memudahkan segala urusannya.

"Aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku Gala!" tekannya. Dia menyeringai kecil, tak sabar memikirkan rencana yang telah berjalan dengan mulus. Membayangkan Gala menjadi kekasihnya, membuat dia senang bukan main.

Tin!

Kanaya sontak berdiri, dia menyambar tasnya kemudian masuk kedalam mobil yang diyakini pak Karto tanpa melihat mobil tersebut. Dia duduk di kursi belakang dan menaruh tasnya sembarangan.

Kanaya menatap ponsel, dia tidak menyadari bahwa di sampingnya, seseorang telah siap menyergap dirinya. Dia membius Kanaya hingga gadis tersebut tak sadarkan diri. Menyuruh sopir untuk segera pergi dari kawasan sekolah.

Gadis tersebut tidak akan menyadari, bahwa hal ini akan menjadi kehancuran baginya.

Mobil itu membawa Kanaya masuk kedalam pemukiman desa yang terketak jauh dari kota, melewati dua hutan dan beberapa desa hingga akhirnya sampai di sebuah Vila. Mereka lekas membawa tubuh Kanaya ke dalam sebuah ruangan di Vila tersebut.

Ruang remang-remang dengan penerangan yang disengaja di buat sedikit gelap. Dengan lilin Aromaterapi yang bisa membangkitkan hawa nafsu. Disetiap pojok ruangan terdapat kamera siap menyorot ranjang di tengah. Tempat itu seakan sudah dipersiapkan oleh seseorang untuk Kanaya.

Kanaya diletakkan di ranjang, lalu dari luar, empat orang bertelanjang masuk. Mereka menggunakan topeng untuk menutupi wajah. Di susul oleh lelaki yang seperti bos dari mereka. Lelaki tersebut menatap datar kondisi Kanaya.

Dia pun mengkode empat pria itu untuk segera memulai aksi mereka kemudian dirinya pergi.

Tubuh Kanaya digerayangi, salah satu dari mereka membuka seragam yang melekat pada Kanaya menyisakan kaos kaki serta sepatu.  Satu yang lain mencoba membangunkan Kanaya, sedangkan satu lainnya mulai menyentuh setiap lekuk tubuh sang gadis.

Yang lebih besar dari mereka mulai menyentuh area bawah Kanaya. Jari-jarinya perlahan menerobos masuk kedalam miss v nya. Kanaya sontak terkejut dan bangun. Belum sempat memproses semuanya, bibirnya dilumat oleh pria yang tadi mencoba membangunkannya.

Satu pria menghisap nipple kiri, satu nipple kanan, sedangkan pria dibawah mulai bergerak cepat menggunakan jarinya.

Pikiran Kanaya kalang kabut, menerima rangsangan di seluruh tubuh membuatnya bergairah. Apalagi dia mencium sesuatu dari ruangan yang tidak dia ketahui hingga menambah nafsu miliknya.

Kanaya menerima seluruh perlakuan keempat pria itu. Dia mendesah tak karuan saat pria-pria itu menjamah dirinya. Sungguh, dia tak pernah berpikir untuk mendapatkan kenikmatan ini hingga membuatnya mabuk kepayang.

Kanaya melupakan semuanya diantara kenikmatan yang dia rasakan. Tidak peduli bahwa kamera telah merekam setiap pergerakannya yang dengan senang hati menerima apa yang diberikan keempat lelaki tersebut.

Kanaya begitu binal, bahkan ketika semua lubangnya telah penuh, gadis itu masih memasang wajah kurang.

Mari kita tinggalkan dia.

Karana tak akan lama lagi, hidup Kanaya...  akan berubah.

***

"Kali ini, apa yang ingin kau bicarakan?" ujar James datar. Dia tidak menatap putrinya duduk di seberang meja. Melainkan fokus pada pekerjaan yang sengaja dia kerjakan dirumah. Bulan datang dan berkata ada sesuatu penting harus dibicarakan.

Bukan menghela nafas sebentar, mengumpulkan keberanian utnuk mengatakan maksud dari kedatangannya. "A-aku ingin bertunangan ayah."

James mendongak menatap Bulan, tatapannya menjadi serius. Dia menaruh berkas dan mulai memusatkan fokusnya pada sang putri. "Bertunangan? Dengan siapa?" mungkin jika putrinya memutuskan demikian, akan ada hal baik kedepannya. Berpikir bahwa dengan ikatan itu, nama putrinya sedikit bersih.

"Dia lelaki yang aku cintai ayah, A-apakah ayah tidak akan keberatan?" Bulan gugup, Ta'ala ayahnya seolah siap menelanjangi kapan saja.

"Siapa?" Mendadak, firasat James buruk. Lelaki yang dicintai putrinya? Sejauh yang dia tau, putrinya hanya mencintai satu orang..

"Galaksi."

Brak!!

James berdiri dan menggebrak meja, hingga beberapa benda jatuh akibat kerasnya pukulan James. Rahang pria itu nengetat. "Bagaimana mungkin kau meminta bertunangan dengan Galaksi tanpa tau malu seperti ini, Bulan!!"

Bulan berjengit kaget, dia menutup kedua matanya mendengar ucapan sang ayah. "A-aku mencintainya ayah. Tolong, aku ingin bersama dia." Perlahan membuka matanya, menatap ayahnya.

"Kau tau kan apa yang kau lakukan kepada Galaksi? Kau juga tau, konsekuensi atas perbuatan memalukan kau itu?!" James tak habis pikir. Darimana putrinya mendapatkan ide untuk bertunangan dengan Galaksi, yang bahkan setiap dia bertemu dengan keluarga Ravendra, dia harus menahan malu.

"Sekarang kau sanggup meminta sesuatu yang mustahil. Apakah kau pikir, Ravendra mau menerima gadis serampangan seperti kau? Apa kau berpikir Galaksi mau memiliki kekasih pemaksa sepertimu!" Pria itu menjatuhkan diri ke kursinya. Dia memijat kepalanya yang teramat sakit.

"Tapi ayah-"

"Keluar."

"Ayah."

"Keluar!"

"Aku bel-"

"AYAH BILANG KELUAR!!"

Bulan pun segera bangkit dan pergi dengan tergesa-gesa. Tak ingin membuat ayahnya semakin marah. Mungkin, ia akan memintanya lagi setelah kemarahan sang ayah mereda.

James memegang kepalanya, sakit luar biasa dia rasakan. Hingga tanpa sadar hidungnya mengalir sebuah cairan kental berwarna merah sebelum  dirinya jatuh dari kursi kebanggaannya.

Samar-samar, James mendengar suara teriakan sibungsu, sebelum semuanya menjadi gelap.



Tbc.





Saudara Antagonis - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang