Bab 14.

18K 1.7K 43
                                    




Dean melangkah dengan senandung kecil. Dia berniat ketempat sang ayah untuk memberikan kabar tentang nilai yang dia dapat sempurna. Namun ketika semakin dekat, dia mendengar sang ayah berteriak keras, beberapa detik kemudian kakak perempuan Arkana keluar secara tergesa-gesa dan melewatinya.

Dean cepat masuk kedalam ruangan sang ayah. Dia hanya merasa bahwa ayahnya butuh dirinya untuk tenang. Akan tetapi, Alangkah terkejutnya dia melihat sang ayah terjatuh dengan darah mengalir dari hidungnya. "Ayah!!" Dirinya berlari dan menangkap kepala sang ayah.

"Ayah, ayah kenapa??!" Dia menepuk-nepuk pipi James perlahan. Wajah sang ayah begitu pucat. Dean sangat takut. Hal ini mengingatkan dirinya pada kejadian lampau, dimana ayah kandungnya terlibat kecelakaan.

Lelaki kecil itu berteriak memanggil seseorang, entah itu Jessy maupun Gibran. Berharap siapapun datang dan dengan cepat membantu James.

Para pengawal serta maid yang berlalu-lalang yang mendengar teriakan Dean segera masuk kedalam ruangan. Tanpa bertanya segera mengangkat tubuh James untuk dibawa kerumah sakit.

Mereka bergerak sigap.

"Tolong cepat!!" desak Dean memerintah agar supir melaju kencang. Dia memeluk wajah sang ayah. Ketakutan jelas terpatri di wajahnya. Entah apa yang di lakukan Bulan sehingga James seperti ini.

Beberapa menit perjalanan mereka telah sampai di rumah sakit. James segera mendapatkan pertolongan karena pria itu merupakan pasien yang memiliki otoritas tinggi. Tidak susah-susah untuk mengantri ataupun melakukan pendaftaran.

Dean mondar-mandir di depan ruangan tempat sang ayah diperiksa. Menunggu dokter keluar dan mendengar keadaan sang ayah. Dia menggigit kukunya panik, tidak peduli meskipun jarinya terluka.

"Anjing si Bulan. Pasti ada apa-apanya nih, " gerundel Dean. Dia sudah menyangka bahwa Bulan penyebab James seperti ini. Padahal kemarin dia mencoba untuk positif thingking, tapi makin kesini sikap Bulan seperti memaksa kehendak.

"Permisi dek?"

"Adek."

Dean menoleh ke kedua sisi secara bergantian. Dia menatap Gibran yang sepertinya baru datang dan dokter yang sudah keluar. Dean langsung menatap sang dokter. "Gimana keadaan ayah dok?"

"Tuan James kelelahan, tekanan darahnya naik. Biarkan pasien beristirahat. Jangan membebani beliau dengan pikiran berat, " ujar dokter. Dia menjelaskan lebih lanjut tentang kondisi James. Dean pun mendengarkan seksama begitu pula Gibran. Setelah mengatakan semuanya, dokter beranjak pergi.

Dean masuk kedalam ruangan diikuti Gibran. Dirinya duduk di kursi samping brangkar sembari memegang tangan James. Sosok yang menjadi ayahnya sekarang. Tidak bisa dipungkiri dia teramat khawatir.

Gibran pun juga melihat kondisi ayahnya. Wajah pucat sang ayah terlihat jelas disana. Gurat kelelahan masih tercetak jelas meskipun sang ayah tengah tertidur damai. Gibran memahami jika sang ayah lelah. Apalagi ayahnya paling bekerja keras untuk mengembalikan martabat keluarga.

Gibran berjalan mendekati Dean, berdiri di belakang adiknya dan menepuk bahu Dean. "Bisa ceritakan apa yang terjadi sebelumnya, dek?" Dean mengangguk, kemudian dia menceritakan detail sebelum kejadian tanpa ada pengurangan atau kelebihan sedikitpun.

"Apa yang di minta oleh Bulan, " desis Gibran. Sejujurnya dia sudah menduga bahwa adik perempuannya itu menjadi penyebab utama ayahnya darah tinggi.

Ayahnya setres berkepanjangan.

Bantuan dari Galaksi berhasil membuat setres sang ayah berkurang. Lalu tiba-tiba saja dia diberikan kabar bahwa ayahnya drop. Ketika mendengar penjelasan dokter, praduganya kuat terarah pada Bulan.

Dean mendengar gumaman Gibran, meski tanpa berkomunikasi... Abangnya langsung merujuk Bulan sebagai penyebab utama. Semakin meyakinkan Dean bahwa semua ini melenceng jauh dari seharusnya.

Dean berharap jika tak terjadi apapun pada ayahnya.

Tap!

Tap!

Suara langkah kaki menggema mendekati ruangan di dekat mereka. Jessy masuk dan segera mendekat ke sisi ranjang pesakitan sang suami dengan nafas tersenggal-senggal. "Gibran, bagaimana ini bisa terjadi?" Dia menaruh tas sembarangan. Lalu memegang tangan James dan mengecupnya.

Dia menjatuhkan air mata melihat wajah pucat sang suami. Walaupun akhir-akhir ini dia sering bertengkar, Jessy tentu tak akan pernah bisa acuh akan kondisi suaminya. Dia rela meninggalkan rapat pentingnya ketika dihubungi bahwa sang suami dilarikan kerumah sakit.

Tangannya yang bebas terulur untuk mengelus kepala suaminya. Tak tega rasanya menatap wajah lelah James. "Sayang, aku disini. Bangunlah..." Suara Jessy terdengar frustasi. James telah berusaha, suaminya bekerja dengan sangat keras.

Namun bukan mendukung, dirinya malah menuntut.

Dia menyesal sekarang.

***

Kanaya di drop out paksa.

Kabar yang mengguncangkan sekolah sekali lagi. Video syur antara Kanaya dengan empat pria tersebar luas hingga ke luar sekolah. Pihak sekolah terpaksa mengeluarkan Kanaya sebab perilaku gadis tersebut mengancam reputasi Antariksa.

Penghuni sekolah pun kembali dibuat panas akan berita tersebut, hingga video tetang Galaksi dilupakan begitu saja. Mereka tidak mempertanyakan bagaimana, mengapa atau kenapa Kanaya melakukan hal demikian. Semua karena penampilan Kanaya yang sering kali tidak seperti remaja pada umumnya.

Rencana ulang tahun megah yang di nantikan Kanaya harus sirna. Gadis itu terpaksa disembunyikan oleh keluarga sehingga tidak satupun dari orang-orang saat menemukan keberadaan Kanaya.

Undangan yang telah disebar menjadi hangus.

Publik langsung menyerbu dan pergi ke akun keluarga Kanaya. Mencibir serta menghina keluarga gadis tersebut. Sehingga terpaksa keluarga Kanaya mematikan komentar agar berhenti menerima ujaran kebencian serta penghinaan.

"Semua berhasil." Azra menyeruput jus nya. Dia yang pertama berucap saat ketiga temannya memilih diam. "Gangguan telah tersingkir. Seharusnya ini akan menjadi awal yang bagus untukmu Galaksi."

"Dia sangat menikmatinya, " ujar Candra. Matanya fokus pada video yang dia tonton. Telinganya tersumpal headset. Sejak tadi dirinya berkomentar sepanjang melihat video tersebut.

Azra mengangguk mengiyakan. "Aku heran... Dia masih gadis, tetapi seperti sudah sangat terampil. Menerima semua benda besar itu di berbagai tempat."

Sadewa berdecak kesal, dia berkata. "Jika kalian ingin membahas wanita itu. Lebih baik pergi. Dasar pengganggu." Dia yang fokus membaca harus terganggu karena ucapan kedua temannya. Terlebih, Candra yang mengamati dengan serius.

Imajiner muncul di dahi Sadewa, dia menutup bukunya dan langsung melemparkan pada burung Candra yang telah berdiri tegak dan kokoh. "Sialan! Kalau kau ingin menonton hal tidak senonoh, jangan di sini!!"

Galaksi yang sudah ingin terlelap dikagetkan oleh suara menggelegar Sadewa. Azra ikut terlonjak kaget. Karena demi apapun suara Sadewa itu besar, meski bersuara pelan akan terdengar nyaring.

Lalu sekarang Sadewa berteriak, siapa yang tak akan terkejut.

Sedangkan disisi Candra, lelaki itu berguling-guling di lantai. Memegang burungnya dan berdesiss sakit. Sadewa menghantam tepat pada masa depannya itu.

Lagi pula apa salahnya?

Horny saat nonton video sex gratis, itu hal normal bagi lelaki.








Tbc.

Saudara Antagonis - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang