Bab 12.

14.2K 1.5K 37
                                    



Sekolah sangat ramai hari ini, seluruh penghuni sekolah menjadi heboh dan membuat sirkel untuk menggosipkan berita hot yang mereka dapat dari base milik sekolah. Video beredar  berdurasi 5 detik. Video buram yang memperlihatkan Galaksi ejakulasi diwajah Bulan.

"Wah gila!! Aku tau kalau berita ini memunculkan pro dan kontra. Ada yang mengatakan kalo Bulan menjebak Galaksi dan melecehkan dia, " ujar salah satu siswi.

"Tapi si Gala menikmati cuy. Dia sampai orgasme woy! Aku sih mau lah handjob di depan wanita cantik, " sahut lelaki disamping siswi tersebut.

"Matamu menikmati, ga liat Galaksi tertekan gini, " sanggah siswi lainnya. Tak terima ketika Gakaksi disangka menikmati Bulan.

"Berita lain bilang kalo sebenernya mereka sama-sama mau." Komentar dari salah satu yang menonton video membuat mereka semua menoleh kearahnya.

"Aku ga setuju sih. Galaksi benar-benar kek tertekan."

"Tapi kita ga ada yang tau kalo dia tertekan. Lihat saja, Bulan di sana juga seperti ingin menangis."

Mereka pun sontak kembali melihat videonya, kemudian mengangguk membenarkan ucapan teman mereka itu. Mereka pun berargumen tentang siapa sebenarnya yang salah dalam kasus Galaksi dan Bulan.

Tak hanya mereka, seluruh penghuni sekolah membicarakan Gala dan Bulan. Para guru dibuat pusing karenanya. Terpaksa, kepala sekolah memanggil Galaksi ke ruangannya.

"Kenapa video seperti itu harus tersebar Gala?" Denrick memijat kepalanya pusing. Kasus sang keponakan tidak berkesudahan meskipun sudah 6 bulan. Selalu saja ada yang menyiram minyak pada api yang hampir padam.

Galaksi bersedekap dada tenang, seakan apa yang terjadi hari ini tidak ada apa-apa untuk dirinya. "Karena ada yang sengaja menyebarkannya."

Denrick menghela nafas, dia memandang Galaksi serius. "Jika video singkat seperti itu tersebar. Pandangan orang akan menilai bahwa kau yang salah, Gala. Ini akan berdampak buruk bagi keluarga kita."

Denrick tidak bermaksud menyalahkan sang keponakan. Tetapi ucapannya merupakan kenyataan. Penyebar video sengaja memotong videonya hingga memperlihatkan bahwa sang keponakanlah yang memaksa Bulan.

Gala menyunggingkan senyum seringai. "Paman tenang saja. Kabar ini tak akan sampai di keluarga. Aku sendiri yang akan memastikan, bahwa penyebar ini mendapatkan balasan setimpal atas apa yang telah dia lakukan."

Galaksi sangat tau siapa dalang dibalik ini. Kepalanya telah memikirkan rencana apik. Dia juga tau bahwa dalang ini jugalah yang bekerja sama dengan Bulan. Karena dia yakin bahwa Bulan tak akan bekerja sendirian.

"Paman mengandalkan mu. Keluarga Ravendra menjadi pertaruhannya."

Galaksi mengangguk dan beranjak keluar. Tidak memperdulikan desas desus tentang dirinya. Dia kelewat santai hingga membuat pelaku yang bersembunyi dibalik tembok mengernyit heran. "Kenapa dia begitu tenang?"

Galaksi tersenyum miring mengetahui sosok itu. Dia mengangkat bahu acuh dan mengangkat jempol yang dibalik, meremehkan dan mengejek sosok itu. Seseorang yang sekarang menggertakkan gigi kesal. "Sial!! Kenapa aku merasa tak tenang."

Sosok itu pergi, Galaksi abai. Seringainya semakin melebar. Memikirkan rencana yang akan dia buat untuk membalas pelaku penyebaran video itu, membuat dirinya tak sabar. "Tunggu dan lihat. Apa hari esok kau bisa menujukkan wajahmu itu, Kanaya."



***



Dean kepo tentang video yang dimaksud oleh para murid. Dia juga ingin melihatnya, tetapi tidak ada satupun yang membiarkan dia melihat walau hanya sekejap. Katanya, dia masih terlalu kecil untuk menonton video tersebut.

Hey, mereka tidak sadar jika usianya dengan usia mereka tidak terlalu jauh, bahkan ada yang seumuran dengannya. Namun kebapa dia saja yang tidak boleh, Dean kan kesal. Jiwa keponya meronta-ronta.

"Udah cil, lagian ga sehat untuk matamu, " ujar Elang. Lelaki yang berteman dengan Dean. Menepuk bahu Dean untuk menenangkan sikecil.

Dean menyingkirkan tangan Elang, menatap sinis pemuda tersebut. "Iya si paling dewasa. Berarti matamu sudah tidak sehat. Udah jelek, bau lagi!" Cibirnya. Elang merasa ada sebuah tombak yang menembus jantung. Sakit coy.

Dean jadi tidak mood, dia melangkah keluar meninggalkan Elang dan putra. Tidak memperdulikan panggilan keduanya. Sebal dia tuh, padahal semuanya tengah menggosipkan, tapi tak ada yang ingin membagi dengannya.

Dean berjalan menuju kantin, mungkin dia akan pergi kesana untuk memperbaiki moodnya. Untung saja kelas kosong karena para guru sedang rapat perihal video itu. Makin kesal pula dia karena sepertinya masalah ini sangat besar.

Tidakkah ada satu saja yang menunjukkan kepada dirinya?

"Aku sudah berusaha kak! Semakin aku mencoba, aku semakin sakit hati!!" ujar seseorang dengan nada tinggi. Dean sontak menghentikan langkahnya. Menyembunyikan diri dan mencari siapa gerangan..

Matanya menangkap siluet Galaksi bersama seorang gadis. Gadis tersebut tengah menangis. Dean yakin bahwa suara itu terdengar dari si gadis.

"Kau tidak bisa mengerti, Renjana?" Ujar Galaksi datar. Dia memandang tajam kekasihnya.

Oh, Renjana? Sang protagonis.

"Aku bisa. Bahkan aku mengesampingkan amarahku dan mencoba untuk tegar. Tapi melihat video yang beredar, kau seperti menikmatinya kak, aku sakit hati!" Raung Renjana, dia mengutarakan isi hatinya.

Galaksi melipat satu tangan, sementara tangan lainnya mengelap mukanya secara kasar. "Kau sudah tau bahwa aku dijebak. Tapi kau menuduhku menikmatinya?!"

Renjana menangis, dia menunduk sembari menghapus air matanya. Wanita mana yang rela melihat kekasihnya melakukan hal tak senonoh di depan gadis lain. Meskipun dia tau bahwa semua itu merupakan jebakan, tetap saja dia tak terima.

Renjana kecewa, dia bahwa kalap dan sering emosi sendiri. Tak hanya satu ata dua kali dia sering bertengkar dengan pacarnya. Perasaannya sunggu sesak, setelah dia tahan selama beberapa bulan, kali ini dia kembali meledak melihat video itu.

"Aku tidak tau. Aku tidak sanggup jika terus seperti ini?!" Pantas baginya untuk merasa marah. Apalagi dia merasa panas ketika mengengar bisik semua orang bahwa kekasihnya menikmati jebakan Bulan.

"Lalu jika kau tak sanggup, kau mau apa?!" Galaksi sudah diambang batas. Rahangnya mengetat dengan urat yang menonjol.

"A-aku mau kita break dulu." Dengan terbata-bata, Renjana mengucapkannya. Dia butuh istirahat untuk sesaat.

Tatapan Galaksi menjadi dingin, dia memandang Renjana dan berkata. "Oke." Lalu pergi meninggalkan gadis itu. Dia tidak peduli meskipun Renjana belum selesai berbicara. Galaksi merasa kecewa sebab tidak mendapatkan kepercayaan dari orang yang dia cintai.

Dean menjadi saksi bisu atas pertengkaran kedua sejoli itu. "Ternyata, Renjana tidak sesuai seperti apa yang aku pikirkan."

Biasanya, di novel yang ia baca. Protagonis akan berlagak baik, padahal kenyataan bermuka dua. Berbanding balik dengan antagonis yang ternyata baik. Namun sepertinya Renjana tidak demikian. Mengingat sikap Bulan, Dean jadi berpikir.

"Apakah kakak akan tetap menjadi antagonisnya?"





Tbc.

Saudara Antagonis - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang