Bab 7.

17.1K 1.8K 15
                                    



Dean menatap keseluruh penjuru restoran. Apapun yang bisa dia jangkau dengan pandangannya, dia lihat. Entah itu pria dan wanita yang sepertinya pasangan berbincang. Pria gendut yang menggandeng wanita cantik maupun barista yang mengantarkan pesanan dengan elegan.

Dia mengaduk makanannya sendiri, merasa tak memiliki minat untuk memakannya. Pikirannya melayang pada apa yang terjadi di mansion sebelum dia pergi. Sebab Gibran lebih dulu membawanya ke restoran hingga dia tidak mengetahui apapun.

"Di makan, jangan dibuat mainan dek, " ujar Gibran memperingati sang adik. Dia tau bahwa adiknya kehilangan mood untuk makan.

Dean hanya mencebikkan bibirnya. Dia sungguh tidak berselera. "Abang, kenapa ya.. Ayah keknya marah banget sama kakak." Yes, Dean suka sekali mencari masalah. Lihat, mimik wajah Gibran berubah.

"Emang kakak buat salah ya?" Niatnya Dean, dia ingin mendengar pengakuan Gibran, tentang masalah Bulan. Bagaimana sulung Alaska itu menanggapi masalah tersebut. Perihal James, dia sudah mengetahui garis besarnya. Ini dia lakukan agar memudahkan apa yang akan dia lakukan kedepannya. Karena diposisi Bulan pun tidak menguntungkan. 

"Kalau kau tidak selera. Abang akan memesan yang lain." Gibran mengabaikan ucapan Dean. Dia lebih memilih untuk memanggil pelayan restoran untuk memesan kembali makanan yang sekiranya membuat mood adiknya kembali.

Dean berdecih pelan agar tak terdengar oleh Gibran. Lelaki itu sangat lihai mengalihkan topik. Akan tetapi dia adalah Dean, yang bahkan ibunya terus dibuat ke dalam lantaran kekeraskepalaan dirinya.

"Ga mau makan sebelum bertemu kakak. Kenapa tidak ada yang mengerti, aku tuh rindu kakak." Dia berpose merajuk. Berharap dengan ini, Gibran luluh dan menjawab pertanyaannya, atau kalau bisa dia diajak pulang.

"Arkana, stop menguji kesabaran abang." Gibran tidak tau, dari mana harus dia mulai menjelaskan kepada adiknya. Alasan apa yang akan dia lontarkan kepada Arkana.

1 masalah besar yang membuat kehidupan keluarganya runyam. Ayah serta ibunya menjadi  sering bertengkar, dia yang selalu emosi ketika seseorang membawa nama adiknya saat menjelekkan dirinya. Tentang nama baik Alaska yang sudah tercoreng.

Gibran bukan tidak mencoba open minded. Akan tetapi adik perempuannya melakukan hal besar.  Gibran mengerti bahwa banyak diluaran sana yang melakukan sesuatu seperti itu dengan biasa, bahkan akan ada yang lebih parah dari masalah sang adik.

Namun kasusnya disini adalah adiknya merupakan salah satu putri dari keluarga terpandang. Yang diketahui publik harus memiliki attitude bagus dan tak akan menimbulkan masalah yang banyak menimbulkan pro dan kontra.

Media pun sangat gemar mencari informasi dikarenakan keluarga mereka seperti figur publik. Yang selalu hidup dengan beberapa paparanzi yang siap menyebarkan berita apa saja dalam hasil tangkapan mereka.

Masalah kecil tetapi tidak sesimple itu.

Alasan mengapa ayahnya sangat marah sebab Alaska tidak berhenti mendapatkan gunjingan, sindiran pedas tentang bahwa satu-satunya putri Alaska merupakan gadis tak beretika. Menyalahkan peran orang tua serta pendidikan yang dijalani oleh Bulan.

Mereka sudah membungkam setengah dari penyebar berita. Namun media lebih cepat melebar luas hingga Alaska tak mampu membersihkan secara menyeluruh berita yang beredar.

Keluarga utama menyarankan agar adiknya di asingkan. Berkat ibunya, adiknya itu bebas dari hukuman. Tetapi sebagai ganti, Bulan tidak diperbolehkan untuk menyandang nama Alaska dibelakang namanya.

"Ayah menyusul nanti, adek akan mendapatkan hukuman kalau tidak menurut."

Dean mendorong piringnya menjauh, dia menjatuhkan diri pada sandaran kursi, menyilangkan tangan dan mengalihkan atensi dari Gibran. Ceritanya dia ngambek.. Dean tak mendapatkan jawaban dari sulung Alaska itu.

Sampai tak sengaja dia menangkap sosok Galaksi yang berjalan di belakang satu pasangan suami istri. Mereka juga memakai pakaian formal. Tidak, bukan itu yang dia maksud dan fokuskan, tapi mengapa mereka berjalan menuju tempatnya? Dia tak salah kan?

Gibran yang juga melihat keberadaan mereka pun berdiri, Dean spontan mengikuti pemuda itu. Gibran mengulurkan salaman berniat bersalaman dengan tuan besar Ravendra. "Selamat malam tuan Ravendra."

Edward menerima uluran tangan Gibran lalu menjawab. "Malam Gibran. Berbicaralah dengan informal."

"Baiklah."

"Oh Gibran, kau semakin tampan saja." Nyonya Ravendra ikut menimpali. Memuji penampilan Gibran yang begitu sempurna dengan jas Navy nya. Di balas senyuman oleh Gibran.

"Silahkan duduk sebentar, ayah sedang ada kendala. Mungkin akan datang beberapa saat nanti."

Ravendra pun mengangguk mengiyakan. Mereka mencari spot duduk mereka. Dengan Edward yang duduk bersama sang istri Maretta. Kemudian Galaksi memilih menempati spot kosong di dekat Dean.

Selama beberapa saat, Gibran lah yang menjadi teman obrolan Edward dan Maretta. Sementara Dean memakan makanan yang sudah dipesankan kembali oleh Gibran, mencoba untuk tidak terlalu menonjol disana. Terlebih, Galaksi berada di sampingnya.

"Gibran, apakah dia adik bungsumu?" ujar Maretta yang merujuk pada Dean. Semua mata fokus pada Dean.

Dean sontak mendongak ketika berbagai tatapan tertuju kearahnya. Sedikit cengo sampai-sampai makanan yang baru saja ia masukkan kedalam mulut berhenti dia kunyah. Membuat pipi mengembangnya semakin bertambah.

Mereka yang ada disana tertawa kecil melihat tingkah Dean yang menurut mereka menggemaskan itu. 

"Iya, namanya Arkana."

Topik pun dimulai kembali, setelah bertanya-tanya tentang Gibran, kini mereka membicarakan sosok Arkana. Tidak peduli meskipun Dean ada di samping mereka. Gibran yang bersemangat menceritakan betapa dia gemas memiliki adik seperti 'Arkana'.

Gibran gemas, Dean menahan malu.

Obrolan berlanjut sampai James datang. Dean bernafas lega karena kedatangan James membuat topik tentang dirinya terhenti.







Tbc.

Saudara Antagonis - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang