Bab 18.

15.7K 2K 102
                                    



Dalam perjalanan keheningan terjadi. Dean memilih bungkam dan mengasingkan diri dari empat manusia yang berada satu mobil dengannya. Menatap keluar melewati jendela kaca, mengamati jalanan kota dengan berbagai makhluk yang hidup didalamnya.

Ketika hening menyapa, bisik suara ibu membangunkan seolah dirinya terdengar. Suara ayahnya mengajak dirinya berbicara ikut andil dalam memenuhi kepalanya. Dean, merindukan sosok kedua orang tuanya.

Dean rindu omelan ibunya, Dean rindu candaan ayahnya. Sudah sejak lama dia memasuki cerita, maka selama itu dia menyembunyikan perasaan aslinya. Menutupi semua kesedihannya dengan menyelam dalam alur cerita.

Lagipun, masalah yang seharusnya telah usai, timbul kembali dalam kehidupan seorang Arkana. Dean mendapatkan pelajaran, bahwa meski sebuah cerita telah selesai, tetapi tidak dengan kehidupannya. Lembaran buku baru akan terbuka ketika lembaran pertama tertutup.

"Kana." Panggilan di sertai tepukan di bahunya menyadarkan dirinya dari lamunan. Dean menoleh kearah Azka yang berada di sampingnya. Lelaki itu menatap lekat dirinya, jika dilihat lebih lekat, Terdapat raut bersalah di sana.

"Maaf jika perkataanku menyinggungmu." Azka meminta maaf dengan tulus. Azka merasa bersalah sebab Dean yang murung sejak dia mengatakan hal tak mengenakkan di mansion Ravendra. Seharusnya dia lebih menyaring setiap perkataan.

Dean menaikkan alis sebelum menjawab iya dan tidak masalah. Memikirkan raut bersalah Azka, Dean pun menyadari, bahwa sikap serta sifat yang dimiliki karakter novel 'For My Love'. Semuanya memiliki kesadaran masing-masing, meskipun terkadang sedikit menyebalkan.

Sebagai contoh Azka yang merasa bersalah karena ucapannya. Galaksi sigap meminta maaf atas segala paksaan dengan membelikannya sesuatu atau membawanya ke suatu tempat favorit Arkana asli.

Satu karakter yang tidak dipahami dan belum Dean tau lebih dalam, yaitu Renjana sang protagonis. Gadis yang jarang berada di sisi Galaksi. Padahal di akhir cerita, couple ini berhasil membuat banyak  pasangan lain iri.

Seperti saat ini, meskipun Renjana berada di sebelah Galaksi, keduanya perang dingin.

Bagaimana ada Renjana dimobil itu?

Galaksi menyuruh supir yang membawa mereka untuk ke Mansion Alaska berhenti mendadak ditengah jalan. Galaksi melihat Renjana kesusahan membawa beberapa belanjaan milik si gadis. Ditambah motor matic yang dibawa Renjana mogok.

"Cepatlah, seseorang di sini terburu-buru untuk sampai ke mansion Alaska, " titah Galaksi pada supir sembari melirik Dean yang cemberut.

Ucapannya mengundang tatapan sinis dari Renjana. Dia pun berujar. "Alaska? Jadi, setelah kita break, sekarang kau menerima Bulan?" tanyanya dengan nada meninggi. Menyudutkan Galaksi dan  meminta jawaban.

"Kau dekat dengan adik dari Bulan? Orang licik yang sudah membuat hubungan kita seperti ini?" Air mata Renjana mulai mengenang. Gadis tersebut siap untuk menumpahkannya. Mengetahui fakta yang disebutkan olehnya, Renjana tiba-tiba marah.

Hubungannya menjadi tidak jelas, dia jarang bertemu dengan sang kekasih. Dia juga terpaksa meminta break karena tak kuasa menerima segala berita yang beredar di antara teman-temannya. Renjana belum bisa untuk menerima bahwa Bulan menjadi gadis pertama yang berhasil berbuat nekat hingga sang kekasih melakukan hal 'itu'.

"Jawab kak!" Renjana memegang kedua pundak Galaksi.

Galaksi mendengus, dia menepis tangan Renjana di bahunya. Dia tau bahwa Renjana marah karena masalah akhir-akhir ini. Namun dirinya juga kecewa sebab tidak di percaya. Bahkan sekarang, gadis didepannya ini berniat membawa 'Arkana' kedalam masalah mereka.

Galaksi membuka tirai mobil, tatapannya langsung bertemu dengan cafetaria pinggir jalan. Sontak pemuda itu menyuruh supir berhenti sejenak. Dia perlu membereskan masalahnya dengan Renjana. Tak ingin kesalahpahaman terjadi.

Mereka di dalam mobil pun terpaksa ikut. Apalagi Dean yang ogah-ogahan. Menyeret dirinya tak semangat masuk kedalam Cafe. Padahal dia sudah sangat tak sabar untuk lepas dari kumpulan serigala ini.

Mereka menemukan tempat duduk yang pas. Kemudian memesan beberapa makanan, cemilan serta minuman masing-masing. Candra sebagai pencatat mengamati dengan seksama. Karena tipe cafe yang mereka datangi memiliki cara unik untuk memesan, yaitu ditulis dahulu sebelum memberikannya pada kasir.

Tak hanya cara memesan, meja dan kursi duduk pun sama uniknya.

Candra beranjak ketika merasa bahwa semua pesenan selesai menuju kasir. Sedangkan yang lain sibuk dengan aktivitas mereka. Dean uring-uringan ditempat duduknya, jika saja moodnya baik ... Dia akan meminta untuk difoto kan. Meskipun kecil, Cafe tempat mereka singgahi sangat nyaman dan memiliki banyak spot foto yang bagus.

Mereka berada di meja 41 sedangkan Galaksi dan Renjana berada di meja 43. Keduanya terlihat berbicara serius. Dean mengintip dari ujung matanya, mengamati bagaimana Galaksi mencoba untuk menjelaskan, sementara Renjana sudah tertunduk karena tangis.

Ketika fokus memandang pasangan diujung tanduk itu, Dean dikagetkan oleh suara yang sangat dia kenali. Segera Dean menatap orang itu ... Bulan berdiri menepuk bahunya, bersama dua gadis terlihat bingung memandangnya dan orang sekitarnya.

"Bersama siapa?" Bulan bertanya lirih, tatapannya memerhatikan satu-satu di meja itu. Tetapi tak menemukan seseorang yang sangat dia harapkan kehadirannya. Sampai dia menangkap meja yang berjarak satu meja dari tempatnya sekarang, membuat wajahnya menjadi berseri.

Tanpa menunggu jawaban Dean, Bulan segera mendekati kearah dua sejoli itu.

Dean terperangah, dalam otaknya berpikir mengapa Bulan bisa ada di cafe tersebut. "Kakak!!" teriaknya memanggil Bulan ketika melihat kakak Arkana itu mendekati Galaksi. Dia segera berdiri dan menyusul Bulan diikuti oleh Syafira dan Maura.

"Galaksi, kamu disini?" tanya Bulan mengabaikan keberadaan Renjana yang menatap tak suka kehadirannya.

Galaksi menghela nafas pelan, mengapa hari ini sepertinya dia sial. Padahal dia mencoba menyelesaikan masalah, tetapi masalah lain datang. Dia berdiri, memandang Bulan jengah. "Kau lagi? Sungguh Bulan, aku muak jika terus melihatmu!" sentaknya.

Bulan menggeleng kecil pertanda tak setuju akan ucapan Galaksi. Dia pun mencoba memeluk lelaki itu.

Galaksi tentu saat akan mau dipeluk peluk Bulan. Maka dari itu, dia sedikit mendorong tubuh gadis tersebut. Karena Galaksi merasa tak nyaman berada di dekat Bulan. Bulan yang tak siap pun tergelincir oleh batu kecil yang menjadi hiasan Cafe.

Dean sigap menolong Bulan. Akan tetapi, Dean lupa bahwa tubuhnya tidak mendukung untuk dia melakukan itu. Belum sempat dia membantu Bulan, tubuhnya sendiri terdorong hingga dia sendirilah yang jatuh.

Jika saja tidak ada tempat duduk besi, mungkin Dean tidak terluka. Siku serta kepala belakangnya harus terantuk besi beton yang di ubah mejadi tempat duduk cafe sampai terluka dan berdarah.

Dean tidak menyadari itu. Ketika hendak berdiri, tubuhnya limbung. Dia merasa pusing luar biasa. Sampai dimana dia merasa diangkat oleh seseorang. Sedangkan kesadarannya perlahan menghilang.





Tbc.

Saudara Antagonis - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang