Aku menatap pantulan diriku pada cermin di depanku. Aku terbangun pagi ini dengan sedikit terkejut. Kepalaku terus mengulang kilasan kejadian tadi malam. Theodore Nott dan kotak penyimpanan ibunya.
Aku tersenyum miring menyadari betapa bengkaknya kedua mataku saat ini. Aku benar-benar menghabiskan waktuku untuk menangis kemarin, hingga pada akhirnya aku tertidur, yang bahkan dalam ingatanku aku tertidur di dalam dekapan Theodore Nott.
Setelah aku mengutarakan semuanya, Theodore Nott sedikit bersikap sewajarnya kepadaku. Itu kemarin malam, namun aku tidak bisa memastikan bagaimana dengan hari ini. Kurasa pria itu merasa sedikit bersalah kepadaku.
Aku menoleh ketika seseorang mengetuk pintu kamarku lantaran membukanya di detik berikutnya. Baru saja kepalaku membahas tentang dirinya, Theo kini berdiri di depan pintu kamarku seraya tersenyum kikuk.
"(y/n)"
"Maafkan aku. Aku baru saja bersiap-siap. Aku memastikan dalam 30 menit aku meninggalkan rumah ini" aku memotong perkataannya seraya mulai membereskan barang bawaanku. Ingat bahwa pagi ini aku harus meninggalkan tempat ini? Aku benar-benar tidak ingin merusak suasana keluarga ini, dan bahkan merusak natal mereka.
Tunggu. Kalian dengar itu? Pria itu baru saja memanggilku dengan namaku, bukan?
"Ayah menunggumu untuk sarapan" lanjut pria itu dengan pelan.
Aku mengerjapkan kedua mataku, tidak percaya melihat bagaimana pria itu berbicara denganku. Aku bahkan sudah tidak melihat tatapan kebencian di kedua matanya.
Dapatkah seseorang berubah 180 derajat dalam waktu semalam?
"Kau tidak perlu membereskan barang bawaanmu, (y/n). Kau akan tinggal di tempat ini sampai liburan natal selesai" pria itu kembali berucap sebelum dirinya beranjak meninggalkan kamarku.
Kalian dengar itu, bukan? Tidak ada panggilan jalang, darah kotor atau bahkan anak haram lagi untukku? Aku bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali pria itu memanggilku dengan namaku.
Apakah pengakuanku benar-benar membuatnya sangat merasa bersalah kepadaku?
Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menyusul kepergian pria itu, beranjak menuju ruang makan. Aku melihat Tiberus Nott bersama Alexander Nott tengah menikmati sarapan mereka, sementara Theodore Nott baru saja menarik sebuah kursi untuk dirinya.
"Selamat pagi, (y/n)" timpal Tiberus Nott begitu melihat kedatanganku.
"Terima kasih sudah mengizinkanku untuk tinggal di tempat ini, sir" balasku seraya menarik salah satu bangku meja makan ini.
"Baiklah, aku akan membiarkanmu memanggilku seperti itu hingga dirimu terbiasa memanggilku ayah" kini pria paruh baya itu terkekeh kecil, membuatku tersenyum sopan sebagai tanggapan.
Aku menikmati sarapan pagi ini dengan sangat tentram. Bahkan Theodore Nott sedari tadi hanya terdiam dan tidak memberikan cercaan kepadaku. Alexander Nott sedari tadi tidak berhenti untuk menceritakan berbagai hal kepadaku, berusaha untuk mencairkan suasana, sementara Tiberus Nott hanya bisa mengamati kami dengan sebuah senyuman yang menemaninya.
"Ku dengar kau sangat senang memasak, benar begitu (y/n)?" timpal Tiberus kemudian.
"Dari mana kau tahu itu, sir?"
"Tentu saja, young lady. Aku tahu semua hal tentang keluargaku" balas Tiberus, namun jawaban itu membuatku melirik kearah Theo. Pada umumnya pria itu akan memberikan reaksi yang berlebihan jika mendengar ayahnya berucap seperti itu. Namun kali ini berbeda. Bahkan sampai saat ini Theodore Nott terlihat enggan untuk mengucap sepatah kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
begin again | draco malfoy
FanfictionNo matter how hard the past is, you can always begin again ©2024 by deeongg