[13]

656 72 10
                                        

Aku berjalan melewati koridor menuju kamarku, baru saja selesai membaca buku bacaanku di perpustakaan malam ini. Kedua mataku menangkap seorang pria terlihat berdiri di depan pintu kamarku sembari menyenderkan tubuhnya pada dinding yang ada di sisi kanan pintuku. Pria itu kemudian menoleh ketika melihatku berjalan kearahnya, membuatnya tersenyum kecil.

"Apa yang kau lakukan, Dray? Bagaimana jika ada yang melihatmu?" timpalku menghampirinya lantas membuka kamarku. Draco Malfoy mengikutiku dari belakang, membuatnya segera menutup pintu kamarku begitu berhasil masuk.

"Kau melewatkan makan malammu lagi?" tanyanya sembari mengambil tempat untuk duduk di kasurku.

Aku masih berdiri di dekat pintu seraya memperhatikan pergerakan pria itu. Di detik berikutnya Draco mengulurkan sebelah tangannya, menyuruhku untuk mendekat kepadanya.

"Aku tidak begitu lapar"

Tapi itu benar, beberapa hari ini aku selalu melewatkan makan malamku. Bukan karena aku sengaja, namun kebetulan aku memang tidak lapar dan lebih memilih untuk melanjutkan bacaanku di perpustakaan atau di kamarku.

Aku menerima uluran tangan Draco, membuatnya segera menarikku mendekat kepadanya. Kedua tangannya kali ini terulur untuk memeluk tubuhku dalam posisinya yang masih sementara terduduk.

Aku tersenyum seraya mengelus rambutnya "Kenapa, Dray?" tanyaku.

"Sepertinya aku harus meminta Professor McGonagall untuk memberimu kelas tambahan lagi, princess. Setidaknya jika seperti itu aku memiliki alasan untuk bertemu denganmu setiap hari"

"Kita tidak pernah bertemu selama kelas berlangsung. Aku selalu berharap bertemu atau setidaknya melihatmu ketika jam makan, tapi kau selalu memilih untuk makan di kamarmu atau melewatkannya" lanjut pria itu.

"Jadi, kau berusaha untuk memberitahuku bahwa kau merindukanku?" balasku seraya tersenyum jahil. Kedua tanganku kemudian terulur untuk menangkup kedua pipi pria itu, membuatnya mengerucutkan bibirnya seraya mengangguk kecil. Astaga, jika kalian melihat wajahnya yang seperti ini, aku yakin kalian tidak bisa menahan diri untuk menjerit saat itu juga.

"Aku merindukanmu setiap hari"

"Padahal kau bisa mengunjungi kamarku"

"Aku tidak bisa terlalu sering melakukan itu, princess. Astoria, ingat?"

"Aku juga tidak ingin murid perempuan yang lainnya melihatku mendatangi kamarmu terlalu sering" lanjutnya yang membuatku melepaskan kedua tanganku dari pipinya.

Itu benar. Apa yang kuharapkan dari hubungan yang Draco Malfoy anggap sebagai hubungan rahasia ini? Sekalipun aku menganggap hubungan ini adalah bagian dari pertemanan kami, apakah harus bertemu sesering itu? Sementara Draco Malfoy sendiri pernah mengakui dirinya tidak pernah menginjakkan kaki di kamar kekasihnya sendiri, Astoria Greengrass. Ditambah setelah mengingat bagaimana pria itu memperlakukanku, bahkan layaknya kekasihnya.

Aku melepaskan pelukan Draco dari tubuhku, selanjutnya membuatku mengambil tempat untuk duduk di sebelahnya.

"Apakah kau memiliki perasaan kepada Astoria?" pertanyaanku berhasil membuat Draco menaikkan sebelah alisnya.

"Astoria adalah gadis yang baik"

"Lalu?"

"Aku tidak tahu, princess. Kurasa aku tidak bisa menjawabnya sekarang"

"Bagaimana denganku? Apakah kau memiliki perasaan kepadaku?" tanyaku lantas memalingkan wajahku. Pertanyaan yang bodoh, terdengar menggebu-gebu, namun setidaknya aku mengetahui bagaimana jawabannya.

"Kau cemburu?" tanya Draco, membuatku enggan untuk membalas perkataannya.

"Apa yang kau harapkan, princess? Kau ingin aku menaruh perasaan kepadamu?" lanjutnya dengan nada mengejek, namun suaranya terdengar menggoda di telingaku.

Aku bisa memastikan wajahku sangat memerah begitu Draco menarik pelan daguku, seakan memintaku untuk menatap kedua mata biru keabuannya itu. Kedua mata yang selalu berhasil membuatku tenggelam dalam tatapannya.

"Kau bisa menilainya sendiri" Draco kini beralih menarik sebelah tanganku, membawanya menyentuh dadanya, membiarkanku merasakan detak jantungnya yang benar-benar menggila. Memikirkan bagaimana detak jantungnya berdebar membuat wajahku semakin memerah. Itu benar, jantungnya berdebar untukku.

"Aku menyukai hubungan ini. Namun aku tidak bisa melepaskan Astoria begitu saja. Keadaan kami sangat rumit, kau tahu?"

Aku menghela nafasku "Aku mengerti" jawabku seraya berusaha tersenyum. Terlihat bodoh? Aku tahu. Maafkan aku, namun terkadang kau tidak bisa menggunakan otakmu dengan baik jika kau mulai menaruh perasaanmu kepada seseorang.

"Ah, aku hampir lupa" Draco kemudian merongoh saku celananya dan mengeluarkan dua kotak chocolate frog dari dalamnya. Entah bagaimana kedua mataku seketika berbinar melihat itu.

"Berjaga-jaga kau kelaparan tengah malam nanti" dan pria itu terkekeh setelah menyadari respon antusiasku begitu menerima cokelat pemberiannya.

"Terima kasih, Dray" balasku.

"Tentu. Aku tidak bisa berlama-lama disini. Selamat malam, princess" hingga pada akhirnya Draco bangkit berdiri, meninggalkan sebuah kecupan singkat pada keningku, dan beranjak keluar dari kamarku dengan senyuman yang senantiasa menemaninya.

Aku menghela nafasku begitu pintu kamarku menutup dengan sempurna setelah kepergian Draco. Bahkan baru beberapa detik yang lalu pria itu bersamaku, aku sudah merindukannya. Maafkan aku, tapi percayalah, kau akan menjadi bodoh dan terlihat menggelikan sepertiku jika kau mulai menaruh perasaanmu kepada seseorang.

Aku memutuskan untuk menyimpan chocolate frog pemberian Draco pada nakas yang ada di sebelah tempat tidurku, sekaligus juga berniat untuk menyimpan buku bacaanku.

Kedua mataku kemudian mengernyit mendapati sebungkus biskuit cokelat dan sekotak susu yang tersimpan di dalam laci nakas itu. Seingatku aku tidak pernah menyimpan dan membawa biskuit dan susu ke dalam kamarku.

Keningku tetap mengernyit setelah menyadari terdapat sebuah notes kecil yang tertempel pada kotak susu tersebut.

Berhenti melewatkan jam makanmu. Aku tidak ingin pria tua itu memarahiku jika melihat berat badanmu turun.

Tidak ada nama dari sang pengirim.

Aku mendengus dan tersenyum di detik berikutnya, karena sebenarnya aku tahu persis siapa pengirim sebungkus biskuit cokelat dan sekotak susu itu.

Sangat terlihat jelas dari bagaimana ia memanggil ayahnya dengan sebutan pria tua. Membuat perasaan senang dalam diriku seketika menggebu menyadari rupanya hubunganku dan sang pengirim benar-benar mulai membaik.

Siapa lagi jika bukan Theodore Nott tentu saja.

***

Lanjut? Double update for tonight perhabs?

begin again | draco malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang