Siang itu, kantin SMAN 198 Yogyakarta penuh dengan keramaian siswa yang menikmati waktu istirahat mereka. Suara obrolan,tawa, dan dering ponsel saling bersahutan, menciptakan suasana yang hidup.
Langit-langit kantin yang tinggi dan kipas angin yang berputar lembut memberikan udara segar di tengah kesibukan. Di sudut kantin yang agak sepi, Brilly, Miguel, dan Cantika duduk di meja mereka, dikelilingi oleh piring-piring kosong dan gelas-gelas minuman.
Brilly, dengan wajah sedikit cemas, mengaduk-aduk es tehnya. "Miguel, gue butuh bantuan nih. Gue pengen banget bantuin Cantika deketin Dimas. Jadi,bisa nggak lo kenalin gue ke dia?"
Miguel yang tengah menikmati gorengan tiba-tiba berhenti, matanya membesar. "Eh, tunggu dulu! Lo mau bantu Cantika deketin Dimas? Serius?"
Cantika, yang sudah mulai melahap baksonya, langsung menatap Miguel dengan ekspresi lega. "Iya, Brilly mau bantuin aku. Soalnya, aku beneran butuh bantuan buat dekatin Dimas."
Miguel melongo sejenak, lalu tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Wah,ini berita baru! Kenapa gue baru tahu kalau Brilly mau bantu Cantika? Gue kira lo mau kenalan sama Dimas buat diri lo sendiri."
Brilly mengerutkan kening, bingung. "Hah? lo piker gue homo..."
Cantika mengangguk sambil tertawa, kemudian berkata, "Iya, sebenarnya rencana ini adalah bagian dari deal kita. Aku bantu lo dekatin Kesya, dan lo bantu aku dekatin Dimas."
Miguel tampak semakin terkejut, matanya membelalak dengan ekspresi dramatis menatap tajam ke Brilly. "Jadi, lo naksir Kesya? Kenapa baru sekarang lo kasih tahu gue Bril?"
Cantika mengangguk lagi dengan ekspresi penasaran, sementara Brilly tertawa kecil. "Iya, Miguel. Gue udah lama naksir Kesya, hehe."
Miguel menghela napas panjang, berusaha menyembunyikan ekspresi kesedihannya dengan gaya dramatis. "Wah, kenapa gue baru tahu? Gue rasa hidup gue penuh dengan kejutan, kayaknya gue butuh waktu buat memproses semua ini."
Cantika menahan tawa, melihat ekspresi Miguel yang dibuat-buat. "Ayo,jangan sedih gitu. Lo kan masih bisa bantu kami. Lagipula, lo juga jadi bagian dari rencana ini."
Miguel berusaha tersenyum lagi, mencoba menenangkan diri. "Oke, oke.Jadi, gimana caranya kita atur ini semua? Kalau Dimas lagi ada di pertandingan besok, gue bakal bantuin kenalin lo."
Brilly mengangguk dengan penuh semangat. Miguel menarik napas dalam-dalam,merasa lega dengan kepastian rencana mereka.
"Oke, jadi besok sore kita ke pertandingan basket." Cantika tersenyum lebar, merasa lebih tenang setelah mendengar dukungan dari teman-temannya.
"Makasih banget, Miguel. Gue nggak sabar buat nonton pertandingan besok." Miguel mengangkat gelas es tehnya, memberikan semangat kepada teman-temannya.
"Oke, cheers untuk hari esok! Semoga rencana kita sukses dan kita bisa merayakan kemenangan entah itu di lapangan basket atau dalam hal perasaan!" Brilly dan Cantika tertawa, merasa lebih percaya diri dengan rencana mereka.
Percakapan mereka berlanjut dengan penuh canda tawa, sambil menikmati makanan mereka di tengah keramaian kantin yang semakin ramai menjelang akhir waktu istirahat. Suasana semakin ceria, dengan Miguel yang terus bercanda dan Brilly serta Cantika yang merasa siap untuk tantangan esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY CANTIK
RomanceBrilly, seorang remaja pemalas namun jenius, menjalani tahun ajaran baru dengan tekad sederhana: lulus sekolah dan punya pacar populer. Tapi hidup di SMAN 198 Yogyakarta tak sesederhana itu. Ketertarikannya pada Kesya, cewek OSIS yang selalu jadi...