Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul di cakrawala, namun taman yang dipenuhi bunga-bunga cerah sudah dipenuhi cahaya lembut. Brilly berdiri di tengah-tengah taman, merasa hangat dan nyaman.
Di sebelahnya, Kesya berdiri dengan senyuman manis yang membuat jantungnya berdegup kencang. Mereka berdua bergandengan tangan, berjalan di antara barisan bunga mawar yang bermekaran. Angin sepoi-sepoi mengusap wajah Brilly, membawa aroma manis bunga mawar yang segar.
Burung-burung berkicau riang di atas pohon, sementara daun-daun berbisik lembut di antara dahan. Taman itu terasa hidup, penuh warna dan suara,seolah dunia itu hanya milik mereka berdua.
Kesya tiba-tiba berhenti dan menatap Brilly dengan tatapan yang lembut. "Bril,tutup matamu sebentar, ya?" pintanya dengan suara yang lembut namun penuh semangat.
Brilly menurut, menutup matanya perlahan. Suara detak jantungnya terasa lebih jelas di telinganya saat dia merasakan jemari Kesya yang lembut ditangannya.
Ada keheningan sesaat yang membuat Brilly merasa semakin tegang, namun dia tetap diam, menunggu dengan penasaran. Kemudian, suara lembut Kesya terdengar lagi, "Sekarang buka matamu, Bril." Brilly membuka matanya perlahan, mengharapkan melihat senyuman manis Kesya.
Namun, saat matanya terbuka, wajah di depannya bukanlah Kesya. Sebaliknya, itu adalah wajah Dimas yang tersenyum lebar, dengan mata yang bersinar-sinar."Apa kabar, Bril?" kata Dimas dengan nada ceria, sementara Brilly terkejut dan terdiam, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Brilly langsung melompat mundur, melepaskan tangan Dimas. "D-Dimas?! Kamu ngapain di sini?" tanyanya dengan suara tergagap, hatinya berdegup kencang. "Di mana Kesya?" Dimas hanya tersenyum, tidak menjawab, dan seolah-olah suasana disekitar mereka menjadi semakin aneh.
Bunga-bunga di taman mulai berubah menjadi bola basket, dan suara burung-burung berubah menjadi gemuruh suara penonton di stadion. Semuanya terasa begitu nyata dan aneh di saat yang bersamaan.
Tiba-tiba, Brilly merasakan getaran kuat di seluruh tubuhnya. Suasana berubah menjadi kacau, dan dia merasa seolah-olah akan terjatuh. Dengan panik, Brilly mencoba untuk berpegangan pada sesuatu, tapi semuanya mulai memudar.
Brilly terbangun dengan napas terengah-engah, matanya terbuka lebar. Dia mendapati dirinya berbaring di atas tempat tidurnya,bukan di taman penuh bunga, dan bukannya berada di samping Kesya.
Brilly menduduki tempat tidur dengan bingung, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi."Apa-apaan tadi? Kenapa Dimas ada di sana?" gumam Brilly sambil menggaruk kepalanya yang masih kusut. Ia melihat sekeliling kamar, memastikan bahwa semuanya nyata dan tidak ada yang aneh.
Brilly menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul 06.30 pagi. Dengan buru-buru, dia melompat dari tempat tidur dan menuju kamar mandi."Aku harus ke sekolah... tapi, tadi itu apa ya? Kok bisa mimpi kayak gitu?" pikirnya dengan bingung sambil membasuh wajah.
Brilly berusaha mengingat kembali mimpi itu dengan detail, tapi semakin dia mencoba, semakin aneh rasanya. Ia mengingat bahwa dia bersama Kesya, tapi tiba-tiba Dimas muncul menggantikan Kesya. Meskipun dia sudah terbangun,perasaan aneh dan sedikit jengkel itu masih tersisa.
Setelah selesai bersiap-siap, Brilly menatap dirinya di cermin dan tertawa kecil."Halah, cuma mimpi doang. Nggak usah dipikirin,"katanya kepada bayangannya sendiri, mencoba menghibur diri.
Namun, saat ia mengenakan seragam sekolahnya dan bersiap untuk berangkat, bayangan wajah Dimas di mimpinya tadi terus menghantuinya. "Apa-apaan sih aku, masa kepikiran Dimas terus," gerutunya sambil mengambil tasnya.
Meski dia mencoba untuk melupakannya, ada sedikit kegelisahan yang tak bisa ia hilangkan begitu saja. Brilly keluar dari rumah dengan perasaan yang campur aduk, setengah tertawa karena keanehan mimpinya, setengah lagi merasa jengkel tanpa tahu kenapa.
Sambil berjalan menuju sekolah, dia berusaha mengusir bayangan mimpi itu dari pikirannya, tapi sesekali senyum aneh muncul di wajahnya ketika dia mengingat bagaimana wajah Dimas tiba-tiba muncul menggantikan Kesya."Sialan, Dimas. Sampai di mimpi pun ikut-ikutan," kata Brilly pelan sambil menggelengkan kepalanya, mencoba fokus pada hari yang baru di sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/376782966-288-k631204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY CANTIK
عاطفيةBrilly, seorang remaja pemalas namun jenius, menjalani tahun ajaran baru dengan tekad sederhana: lulus sekolah dan punya pacar populer. Tapi hidup di SMAN 198 Yogyakarta tak sesederhana itu. Ketertarikannya pada Kesya, cewek OSIS yang selalu jadi...