Pagi itu, sinar matahari baru saja menembus celah-celah daun pepohonan, memberikan suasana yang segar dan penuh semangat.
Brilly berdiri di depan cermin, memeriksa penampilannya sekali lagi sebelum berangkat.
Ia mengenakan jaket denim yang dipadukan dengan kaus putih, dan celana jeans hitam yang membuatnya terlihat kasual namun tetap rapi.
Sambil menarik napas panjang, ia mengambil helm dan keluar dari kamarnya.
Di depan rumah, motor matic kesayangannya sudah siap mengantarkannya menuju rumah Kesya.
Brilly menyalakan mesin motor dan berangkat dengan perasaan campur aduk antara gugup dan antusias.
Pagi itu, ia berencana untuk menghabiskan hari bersama Kesya di Bumi Merapi, sebuah tempat wisata yang terletak di lereng Gunung Merapi, Yogyakarta.
Setibanya di depan rumah Kesya, Brilly merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
Ia tidak perlu menunggu lama sebelum melihat Kesya keluar dari rumahnya.
Kesya mengenakan pakaian kasual yang anggun blus putih dan celana jeans biru muda yang dipadukan dengan sneakers putih.
Rambutnya yang panjang digerai, memberikan kesan natural namun tetap menawan.
Kesya tersenyum ketika melihat Brilly, dan Brilly segera turun dari motornya untuk menyapa.
"Pagi, Kesya," ucap Brilly dengan senyum.
"Pagi, Bril," balas Kesya sambil mendekat.
Sebelum berangkat, Kesya memperkenalkan Brilly kepada ibunya yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Ibu, ini Brilly. Kami akan pergi ke Bumi Merapi hari ini," kata Kesya memperkenalkan.
Ibu Kesya menatap Brilly dengan senyum ramah.
"Oh, ini Brilly yang sering Kesya ceritakan. Jaga Kesya baik-baik, ya, Bril."
Brilly tersenyum sedikit gugup, tapi ia mengangguk dengan penuh keyakinan.
"Tentu, Tante. Saya akan menjaga Kesya."
Setelah berpamitan, Kesya mengenakan helm dan duduk di belakang Brilly. Mereka pun memulai perjalanan menuju Bumi Merapi.
Di sepanjang jalan, Brilly dan Kesya saling berbincang, mengenal satu sama lain lebih dalam.
Brilly mencoba melontarkan beberapa lelucon, meski kadang terasa garing, namun Kesya tetap tertawa.
Tawanya yang lepas membuat suasana di antara mereka terasa ringan dan menyenangkan.
Ketika akhirnya mereka tiba di Bumi Merapi, udara segar dari pegunungan langsung menyambut mereka.
Brilly segera memarkir motor, lalu mereka menuju loket untuk membeli tiket.
Brilly mengambil alih, membeli dua tiket, dan mereka pun mulai menjelajahi keindahan tempat tersebut.
Langkah pertama mereka adalah mengunjungi Area Ternak dan Hewan Eksotis.
Di sana, mereka melihat berbagai macam hewan seperti alpaka, kambing, dan burung-burung yang cantik.
Kesya tampak sangat antusias, bahkan sempat memberi makan salah satu alpaka yang jinak.
Brilly memperhatikan dengan senyum, senang melihat Kesya begitu bahagia.
"Lihat deh, Bril ! Alpaka ini lucu banget, bulunya lembut," kata Kesya sambil membelai hewan tersebut.
"Iya, lucu. Kamu juga terlihat sangat senang."
Selanjutnya, mereka menuju Langlang Buana, sebuah area di mana replika landmark dari berbagai negara dibuat dengan sangat detail.
Mereka berjalan melewati miniatur Menara Eiffel, Patung Liberty, dan berbagai ikon dunia lainnya.
Kesya terlihat sangat terpesona, dan mereka sempat berfoto di depan beberapa landmark.
"Kapan lagi kita bisa keliling dunia dalam sehari, ya ?" canda Brilly sambil menunjuk ke arah miniatur Menara Pisa.
Kesya tertawa. "Iya, seru banget! Ini tempat yang luar biasa."
Setelah puas di Langlang Buana, mereka melanjutkan perjalanan ke Underground Baker Street, sebuah lorong bawah tanah yang didesain seperti jalanan klasik di London.
Suasana di sana terasa berbeda, dengan pencahayaan remang-remang dan suasana yang agak misterius.
Mereka berdua menikmati sensasi menjelajah lorong tersebut, yang penuh dengan toko-toko kecil dan suasana yang otentik.
"Kita kayak lagi di London beneran, ya," komentar Kesya dengan kagum.
"Iya, hampir lupa kalau kita masih di Indonesia," balas Brilly sambil mengamati sekitar.
Selanjutnya, mereka menuju Kastil, sebuah replika istana megah yang membuat mereka merasa seperti sedang berada di dalam dongeng.
Kesya berjalan dengan penuh kekaguman, melihat detail arsitektur yang menakjubkan.
Brilly, yang mengikuti di belakangnya, tak bisa menahan senyum ketika melihat Kesya yang begitu terpana.
"Kamu cocok jadi putri di kastil ini," ucap Brilly tiba-tiba, membuat Kesya tersenyum malu.
"Ah, kamu bisa aja, Bril," balas Kesya sambil tersipu.
Tak lama kemudian, mereka menuju Alpen House, replika rumah khas pegunungan Alpen dengan latar belakang yang indah.
Di sana, mereka menikmati pemandangan sambil duduk sejenak untuk beristirahat.
Udara pegunungan yang sejuk dan suasana yang tenang membuat momen itu terasa begitu damai.
Setelah cukup beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan ke Taman Hidroponik, sebuah taman yang dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman yang ditanam secara hidroponik.
Kesya sangat tertarik dengan cara menanam yang unik ini dan sempat bertanya banyak hal kepada pemandu taman.
Brilly, di sisi lain, hanya tersenyum sambil melihat Kesya yang begitu antusias.
Akhirnya, perjalanan mereka berakhir di Kampung Santorini, area yang didesain menyerupai kota Santorini di Yunani dengan rumah-rumah bercat putih dan biru.
Kesya dan Brilly merasa seperti sedang berada di negeri yang jauh, menikmati suasana romantis di bawah bayangan Gunung Merapi.
Mereka duduk di sebuah bangku yang menghadap pemandangan indah.
Kesya duduk sambil menikmati angin sepoi-sepoi, sedangkan Brilly berpamitan sebentar untuk membeli minuman dingin.
Saat ia kembali, Brilly membawa dua botol minuman dingin dan sesuatu yang istimewa.
Di salah satu botol, ia menyelipkan setangkai bunga melati yang cantik.
Brilly menyodorkan botol minuman itu kepada Kesya.
"Ini untuk kamu, Kesya. Dan... aku juga mau ngomong sesuatu."
Kesya menatap botol itu dan melihat bunga melati yang terselip di sana.
Dengan wajah sedikit terkejut, ia menatap Brilly yang tampak gugup.
"Ada apa, Bril ?" tanya Kesya dengan lembut.
Brilly menghela napas sejenak sebelum memberanikan diri berbicara.
"Kesya, aku... aku sebenarnya suka sama kamu. Aku tahu mungkin ini tiba-tiba, tapi aku benar-benar merasa nyaman saat bersamamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HEY CANTIK
RomanceBrilly, seorang remaja pemalas namun jenius, menjalani tahun ajaran baru dengan tekad sederhana: lulus sekolah dan punya pacar populer. Tapi hidup di SMAN 198 Yogyakarta tak sesederhana itu. Ketertarikannya pada Kesya, cewek OSIS yang selalu jadi...