Brilly merasa jantungnya masih berdetak cepat, tapi dia berusaha keras untuk tetap fokus. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya kembali ke kamera dan melanjutkan sesi foto, tapi rasa gugup itu tak sepenuhnya hilang.
Cantika yang masih merasa sedikit canggung setelah pertanyaan Kesya, tetap mencoba tersenyum dan membantu Brilly menyelesaikan sesi foto itu. Mereka berdua bekerja sama dengan baik, tetapi ada rasa yang berbeda dalam suasana yang sebelumnya ceria.
Akhirnya, sesi foto selesai. Brilly menurunkan kameranya, menghela napas lega. Kesya tersenyum puas melihat hasil fotonya. "Thanks, Bril. Foto-fotonya bagus banget." Brilly hanya bisa mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan perasaannya yang masih berantakan.
"Sama-sama, Kesya. Senang bisa bantu." Setelah itu, mereka semua beranjak dari taman, meninggalkan perasaan campur aduk di antara mereka.
Pertanyaan sederhana dari Kesya tadi mungkin terlihat sepele, tapi meninggalkan kesan mendalam di hati Brilly dan Cantika, yang kini harus menghadapi kenyataan bahwa ada sesuatu yang berubah di antara mereka.
Setelah sesi foto selesai, suasana di taman sekolah terasa lebih santai. Cantika dan Kesya tampak puas dengan hasil fotonya, sementara Brilly, meski tetap berusaha menunjukkan senyuman, merasakan kegugupan yang tak kunjung hilang.
Dia sedang mengemas perlengkapan fotonya ketika Dimas datang menghampiri mereka. Dimas, yang baru saja selesai berlatih basket, mengenakan pakaian olahraga dan tampak bersemangat. "Hei, Cantika! Kita pulang bareng, yuk?" ujarnya sambil tersenyum lebar.
Cantika memandang Dimas dengan wajah ceria, lalu menoleh ke Brilly. "Kebetulan, Dimas mau ajak aku pulang bareng. Gimana, Bril?" Brilly merasa sebal, namun berusaha menutupinya dengan senyuman tipis.
"Oh,silakan saja, Cantika. Aku bakal pulang sendiri kok." Kesya, yang melihat ekspresi Brilly, merasa sedikit canggung.
Dia tersenyum pada Brilly dan berkata, "Kalau gitu, Brilly, mau pulang bareng aku? Aku rencananya mau mampir ke Gramedia sebentar, soalnya ada novel baru yang katanya bagus banget." Brilly merasa hatinya semakin bergejolak, namun dia berusaha untuk tetap tenang.
"Tentu saja, Kesya. Aku bisa temani kamu ke Gramedia." Cantika menatap Brilly dan Kesya dengan mata yang penuh rasa ingin tahu.
"Wah, seru juga. Kalau gitu, aku pamit dulu ya. Nanti kita ketemu lagi." Dimas melambai kepada Brilly dan Kesya dengan penuh semangat.
"Sampai ketemu besok!" Cantika melangkah pergi bersama Dimas, meninggalkan Brilly dan Kesya ditaman.
Brilly mencoba menyembunyikan rasa kesalnya saat Cantika pergi, sementara Kesya memperhatikan Brilly dengan penuh perhatian.
"Brilly, ayo kita pergi sekarang," ajak Kesya sambil tersenyum. Brilly mengangguk dan mereka berdua mulai berjalan keluar dari taman menuju area parkir.
Di sepanjang jalan, suasana terasa sedikit canggung. Brilly berusaha mengalihkan perhatian dengan membahas hal-hal ringan, sementara Kesya tampak sangat antusias untuk ke Gramedia.
Sesampainya di Gramedia, mereka langsung menuju bagian buku baru. Kesya terlihat sangat bersemangat mencari novel yang diinginkannya. Brilly, di sisi lain, merasa sedikit lebih nyaman berada di tempat itu, meskipun perasaannya masih campur aduk.
"Jadi, Brilly, kamu udah pernah baca novel terbaru ini?" tanya Kesya sambil menunjukkan buku yang menarik perhatiannya.
Brilly mencoba untuk tetap terlibat dalam percakapan. "Belum sih, tapi kayaknya menarik. Kamu udah sering baca buku-buku di sini ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY CANTIK
RomanceBrilly, seorang remaja pemalas namun jenius, menjalani tahun ajaran baru dengan tekad sederhana: lulus sekolah dan punya pacar populer. Tapi hidup di SMAN 198 Yogyakarta tak sesederhana itu. Ketertarikannya pada Kesya, cewek OSIS yang selalu jadi...